Eskimo Folktales #8d - The Strong Man and The Wizzard (Part 4) | Si Kuat dan Penyihir (Bagian 4)

in #art6 years ago (edited)

Orang tua dari Selatan ingin "menyantet" Qujâvârssuk dengan mengirim Tupilak. Berhasilkah Tupilak memakan Qujâvârssuk ?


Source: Wikipedia, edited

Es sudah mencair di mana-mana. Si orang tua, yang dulu marah pada Qujâvârssuk dan ingin membuat Tupilak untuk lelaki perkasa itu, kini melanjutkan niatnya. Dia memanggil Tupilak, lalu berkata kepadanya: "Sekarang pergilah dan makanlah Qujâvârssuk."

Tupilak mengayuh kayaknya ke laut, tetapi Qujâvârssuk sudah mencapai pantai dan menggotong kayaknya ke darat sambil membawa dua ekor anjing laut tangkapannya. Tupilak tidak takut tetapi dia menunggu hari berikutnya karena yakin akan dapat mudah menangkap dan memakannya.

Ketika fajar merekah, Tupilak menunggu di luar rumah lelaki kuat itu. Ketika Qujâvârssuk bangun dan bersiap-siap untuk berburu. Dia mengenakan mantel bulu panjangnya dan menyeret kayaknya ke air. Dia mengangkat satu kaki dan melangkah masuk ke kayak. Tupilak melihatnya. Tetapi, ketika dia mengangkat kaki yang lain dan melangkah masuk kayak, dia tiba-tiba menghilang dari pandangan Tupilak. Sepanjang hari itu, Tupilak mencarinya kemana-mana dengan sia-sia. Akhirnya mahluk itu berenang ke pantai. Tetapi, pada saat itu Qujâvârssuk sudah tiba di rumah. Dia menangkap dua anjing laut. Tupilak hanya bisa menatapnya.

Ketika hari sudah sore, Qujâv&acirc pun beristirahat. Esoknya dia beriap-siap untuk berburu lagi. Tupilak menunggunya. Ketika dia mengenakan mantel berburu dan melangkah ke kayak, Tupilak berpikir: "Sekarang kita akan lihat apakah dia akan menghilang lagi?" Dia pun masuk ke kayaknya dan menghilang dari pandangan.

Tupilak sudah sangat lapar tapi ia hanya bisa makan manusia. "Lain kali aku akan naik ke darat dan memakannya di sana," pikirnya.

Ia pun berenang menuju ke daratan. Pantai itu tampak rata, maka ia meluncur dengan cepat ke sana. Tapi, sesuatu menghantam kepalanya. Rasa sakitnya menusuk ke tulang punggungnya. Ketika dia mmuncul ke permukaan untuk melihat apa yang menghantamnya, ternyata pantai telah berubah menjadi tebing curam dan di atas tebing berdiri Qujâvârssuk.

Sekali lagi ia mencoba berenang ke darat tetapi batu tajam menghantamnya dan menambah banyak lukanya. Yang mengejutkan, dia kini juga tak bisa menemukan rumah Qujâvârssuk karena dia tidak dapat melihat rumah sama sekali. Dia tergeletak kelelahan ketika sebuah batu besar meluncur ke atasnya. Dia menukik ke bawah air tapi tetap saja batu menabraknya dan mematahkan tulang rusuknya. Lalu ia berenang ke tengah dan melihat lagi ke arah daratan. Kali ini ia dapat melihat Qujâvârssuk lagi dengan cukup jelas dan juga rumahnya.


Source: Edge

“Aku harus mencoba cara lain. Mungkin akan lebih baik dengan menembus tanah.,” pikir Tupilak. Dia pun mencoba menembus tanah dengan sangat mudah dan hanya tinggal naik dan menembus lantai rumah. Tapi, lantai rumah itu keras dan tidak bisa dilewati. Ia mencoba melalui bagian belakang rumah yang cukup lunak. Itu berhasil masuk dan pergi ke jalan masuk rumah.

Ada seekor burung hitam besar duduk di sana dan makan sesuatu. "Mahluk yang beruntung. Dia bisa duduk dan makan," pikir Tupilak.

Dia mencoba memanjat dinding bagian belakang rumah dengan berpegangan pada rumput. Ketika dia tiba di atas, hanya makanan burung itu yang dia lihat. Dia melangkah mendekat dan melihat bahwa burung itu tampaknya tidak mengindahkannya sama sekali. Tetapi, tiba-tiba burung itu berbalik dan menggigit lubang di atas sirip Tupilak. Tupilak menggelepar kesakitan dan lari ke air.

Tupilak menjadi sangat marah sehingga ia segera kembali ke orang tua yang telah membuatnya. Dia ingin memakan orang tua itu. Ketika tiba di rumah orang tua itu, tampak dia duduk di kayak dengan wajah menghadap ke arah matahari. Dia tak mengatakan apa pun selain soal Tupilak. Untuk waktu yang lama Tupilak berbaring di bawahnya dan memandangnya. Lalu datanglah pikiran itu: "Mengapa dia menciptakanku sebagai Tupilak dan segala bencana ini menimpaku?"

Dengan marah dia menyerang kayak itu dan memakan orang tua itu. Air menjadi berwarna merah karena darah. Setelah menemukan makanan, Tupilak merasa kembali kuat dan sangat ceria sampai akhirnya mulai berpikir demikian: "Semua Tupilak lain pasti akan membicarakan hal yang memalukan ini bahwa aku telah membunuh orang yang membuatku."

Dia merasa sangat malu sehingga berenang jauh ke tengah laut terbuka dan tidak pernah terlihat lagi. Orang-orang mengatakan bahwa ia pergi karena rasa malu itu.



Cerita ini diterjemahkan dari "Qujâvârssuk" di Eskimo Folk-Tales yang disunting oleh Knud Rasmussen (Gyldendal : 1921) dengan sejumlah modifikasi. Versi asli dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Project Gutenberg.

This is my Eskimo Stories Project. I translate Eskimo Folk-Tales (Gyldendal : 1921) into Bahasa Indonesia to introduce Eskimo art and culture to Indonesian and Malay-spoken language readers. There will be more than 50 stories I will publish. If I have enough money, I plan to print them in a book format. You can support me by upvote and resteem this post. I receive any donation for this project. Read all stories in tag #eskimofolktales.


#blogiwankwriting #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #life #culture #writing #story #literature #literary #book #eskimo #inuit #alaska #polar


Recent Posts


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64231.88
ETH 3128.59
USDT 1.00
SBD 3.95