THE DIARY GAME | RABU, 19 MEI 2021; STEEMIT, tulis saya di papan tulis

in #betterlife3 years ago

WhatsApp Image 2021-05-19 at 14.36.45.jpeg

STEEMIT. Tulis saya di papan tulis. Jam hampir menunjuk angka sebelah. Mereka hanya berdua di kelas. Setelah Hari Raya atau hari-hari libur lainnya memang beginilah kondisi sekolah kami. Biasanya Senin depan baru ramai yang hadir ke sekolah.

Setelah menulis STEEMIT di papan tulis, saya menghadap arah murid saya di tempat duduknya. Ini blog berbayar, kata saya. Kalian tinggal daftar di google.


WhatsApp Image 2021-05-19 at 14.36.54.jpeg

Senang sekali hari ini bisa menulis lagi di Steemit. Hari ini Rabu (19/05/21), hari pertama ke sekolah. Dan seperti prediksi kami (mungkin semuanya, kecuali kepala baru), murid yang hadir tak sampai 10 persen.

Ketika saya menulis ini, hari sudah siang. Istri saya baru saja makan siang di sebelah saya.

Saya merenung di depannya. Saya bangun tadi pagi sekitar jam 04.13 WIB (saya kira benar demikian) karena kebelet pipis. Setelah saya kembali ke kamar, hp saya menggonggong karena saya mengatur alarm pembangun tidur pukul 04.20 WIB. Lalu saya kembali ke kamar mandi, ambil wudhu’ dan shalat sunat tahajud. Lalu ke belakang mengambil kurma di kulkas dan minum dua gelas air putih. Saya sahuran sendiri. Istri tidak saya bangunkan. Ia masih didatangi bulan. Ini hari kedua saya puasa sunat enam hari di bulan syawal. Sudah saya hitung-hitung. Selasa sampai minggu. Enam hari.

Selesai sahuran, saya merasa kegerahan. Lalu saya ambil handuk dan mandi. Setelah mandi, saya mengenakan pakaian siap shalat dan shalat qadha subuh. Sambil menunggu azan subuh saya mengaji, melanjutkan juz kedua yang baru saya mulai kemarin. Tak lama kemudian terdengar suara azan dari musala SMAN Unggul Pidie Jaya, saya keluar dari rumah komplek guru SMA tersebut.

Sesampai di musala, saya hanya mendapati beberapa anak di musala. Yang perempuan belum masuk ke musala satu orang pun. Heran. Biasanya yang perempuan lebih dulu tinimbang yang laki-laki. Saya tidak tahu kenapa demikian. Dua tahun lalu saya pindah dari sekolah tersebut. Karena istri saya masih mengajar di situ, saya masih tinggal di sana.

Setelah saya gabliah subuh, saya lihat tidak ada kepala asrama dan wali kamar, saya suruh diiqamat terus. Lalu mengambil posisi imam. Rakaat pertama saya baca surat al-kafirun, surat kedua saya baca li-ila fiquraysin.

Sekitar jam tujuh kurang dua menit saya berangkat ke sekolah sambil membonceng anak saya. Setelah mengantar anak saya ke sekolahnya, saya menuju ke sekolah tempat saya bertugas. Jam delapan, hanya beberapa sepeda motor yang tampak di parkiran. Anak-anak tak ramai yang hadir.

Sekitar setengah sembilan dibuat apel. Kepala sekolah menyampaikan sepatah dua patah kata. Instruksi beliau. Pembelajaran berjalan seperti biasa. Setelah apel saya keluar dari sekolah menuju mesjid. Ya, sambil menunggu jam saya masuk. Jam 5-6, dan 7-8. Di mesjid saya shalat dhuha dan melanjutkan juz yang gabliah subuh saya baca. Sekitar pukul sepuluh lewat sepuluh saya balik lagi ke sekolah. Saya perhatikan, tak ada guru yang masuk kelas. Bagaimana ini? Masuk takut dicela sama yang lain; sok rajin. Tidak masuk, khawatir juga disindir sama ibu kepala sekolah. Ah, saya masuk saja. Dan ternyata hanya dua orang di kelas XI MIPA 5 untuk jam 5-6.

Terbersit dalam hati, daripada saya menyampaikan materi, lebih baik saya ajarkan mereka mendapatkan uang lewat steemit.

Saya dekati mereka.
“Kalian ada bawa Hp?”
“Ada, Pak.”
Keduanya mengeluarkan Hp mereka. Omak, kalah Hp saya, batin saya.
“Apa merk Hp Amira?” tanya saya kepada anak yang duduk di sebelah kanan.
“Oppo, Pak,” jawab Amira, murid saya.
“Berapa harganya?” kejar saya.
“Dua juta seratus entah, Pak,”sahut murid saya.
“Aufi, iphone, ya? Berapa belinya?” tanya saya ke Cut Aufi. Mereka hanya berdua di kelas. Yang lain tidak hadir. Biasa. Hari pertama sekolah. Hari ini Rabu. Biasanya Senin depan baru hadir seluruhnya.
“Lima juta, Pak.”
“Wow,” kata hatiku, takjub.
“Mau tidak kalian dapat uang dari menulis di internet?”
“mau, Pak. Mau, Pak,” sahut kedua-duanya. saya maju ke depan kelas. STEEMIT. Tulis saya di papan tulis. Jam hampir menunjuk angka sebelah. Setelah menulis STEEMIT di papan tulis, saya menghadap arah murid saya di tempat duduknya. Ini blog berbayar, kata saya. Kalian tinggal daftar di google.

“Breng . . . breng . . . , ” terdengar dari arah luar beberapa sepeda motor dihidupkan. Anak-anak kelas lain kelihatannya mau pulang. Mereka mengenakan tas.

WhatsApp Image 2021-05-19 at 14.37.00.jpeg

“Kalian mau pulang?”
“Ya, Pak.”
“Hm, kalau kalian mau daftar Steemit, buka saja di google. Kalau nanti ada yang tidak dimengerti, hubungi saya. Oke?”
“Oke, Pak!”
Maka keluarlah kami dari kelas untuk segera pulang.

Sort:  

This post has been rewarded by @steemcurator08 with support from the Steem Community Curation Project.

Follow @steemitblog to get info about Steemit and the contest.

Anroja

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.12
JST 0.031
BTC 67623.71
ETH 3786.06
USDT 1.00
SBD 3.70