How Local Adapts to Climate and Environmental Changing? A Lesson from Sayung Central Java (Bilingual)

in #blog6 years ago

image

The northern coast of Java is a high risk area to climate change. Abrasion and tidal flood are among the hazards faced by the coastal communities. Sayung Village is one of them. Located in Demak District Central Java, Sayung is drowned due to abrasion and tidal flood.

In that condition, the local knowledge has helped the community to adapt and survived. And that knowledge can not be separated from the village history.

Long time ago, Sayung coastal area was a nest of pirates who robbed boats at North Java coastal area. Kyai Mudzakir, was finally the one who came to neutralize and conquer this area by diminishing violence tradition and spreading Islam beliefs.

Kyai Mudzakir built an Islam religious social traditional centered in Baitul Izzah Mosque in Tambaksari Sayung. Kyai Mudzakir placed mosque as a religious and knowledge learning center.

The knowledge and wisdom in the community is then reflected in their traditions such as communal works, religious ceremonies, and several habit and prohibition system. The local knowledge and wisdom such as prohibition on oyster taking, bird hunting and mangrove cutting are parts of local effort to protect their nature.

image

What about the climate knowledge? The knowledge is passed from one generation to another generation and recorded in pranoto mongso (season arrangement) calendar which becomes weather "prediction" and coastal area community’s guidance in fishing, farming and doing other livelihood activities. Community old generation still keeps their social memory because this tradition have even institutionalized through Majelis Ilmu Kamisan (a learning group).

In technical practices, Sayung community uses nature signs to see seawater flood level in their area by seeing sea snails crawling at trees, woods, or houses. The level the snail becomes an indicator of the flood level. Therefore, community can be more prepared!

image

Bagaimana Masyarakat Beradaptasi dengan Perubahan Iklim dan Lingkungan? Pelajaran dari Sayung Jawa Tengah

image

Pantai Utara Jawa adalah daerah berisiko tinggi terhadap perubahan iklim. Abrasi dan banjir pasang adalah 2 diantara bahaya yang dihadapi masyarakat di sana. Desa Sayung adalah salah satunya. Berada di Kabupaten Demak Jawa Tengah, Sayung mulai tenggelam karena abrasi dan banjir pasang.

Dalam kondisi seperti itu, pengetahuan lokal telah berperan penting bagi masyarakat untuk beradaptasi dan bertahan di tengah krisis. Pengetahuan itu, tak lepas dari sejarah desa Sayung sendiri.

Dulu, daerah pesisir Sayung merupakan sarang bagi bajak laut yang merampok perahu di wilayah pesisir Jawa Utara. Kyai Mudzakir, akhirnya adalah orang yang datang untuk menetralkan dan menaklukkan daerah ini dengan mengurangi tradisi kekerasan dan menyebarkan kepercayaan Islam.

Kyai Mudzakir membangun sebuah tradisi sosial keagamaan Islam yang berpusat di Masjid Baitul Izzah di Tambaksari Sayung. Kyai Mudzakir menempatkan masjid sebagai pusat pembelajaran agama dan pengetahuan.

Pengetahuan dan kebijaksanaan di masyarakat juga tercermin dalam tradisi hidup mereka; seperti upacara keagamaan, dan beberapa kebiasaan dan larangan. Pengetahuan dan kearifan lokal seperti larangan mengambil tiram, menangkap burung dan menebanh mangrove merupakan bagian dari usaha lokal untuk melindungi alam mereka.

image

Bagaimana dengan pengetahuan tentang iklim? Pengetahuan tersebut tercatat dalam kalender pranoto mongso pengaturan musim) yang menjadi "ramalan cuaca" dan panduan masyarakat pesisir dalam memancing, bertani dan melakukan kegiatan mata pencaharian lainnya. Pengetahuan dan ingatan tersebut bahkan telah dilembagakan melalui * Majelis Ilmu Kamisan * (kelompok belajar).

Pada tataran praktik, masyarakat Sayung menggunakan tanda-tanda alam untuk memahami pola banjir air laut di daerah mereka, dengan melihat siput laut yang merangkak di pohon, hutan, atau rumah. Posisi siput menjadi indikator tingkat ketinggian banjir. Karena itu, masyarakat bisa lebih siaga!

image

Ps.
This article is summarized from the research report of local and indiginous knowledge on climate change and disaster risks (Bingkai Indonesia and UNESCO, 2012)

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.11
JST 0.030
BTC 71206.07
ETH 3811.92
USDT 1.00
SBD 3.47