Bangsa Arab Sebelum Kedatangan Islam part 2

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh..

baik, kita lanjutkan saja yaa sejarah bangsa Arabnya. Di postingan sebelumnya, kita telah membahas sampai ke pembagian bangsa Arab. nahh sekarang kita akan membahas tentang bangsa Arab sebelum kedatangan Islam lebih lanjut..

download (8).jpg

Tempat kelahiran Arab Aribah atau kaum Qahthan adalah negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah atau suku, yang dikenal adalah dua kabilah:

a. Kabilah Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid Al-Jumhur, Qudha’ah dan sakasik

b. Kahlan, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Hamdan, Amnar, Thayyi’, Madzhij, Kindah, Lakham, Judzam, Uzd, Aus, Khazraj, dan anak keturunan Jafnah raja Syam.

download (7).jpg

Suku-suku kahlan banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru jazirah sebelum ada bencana karena kegagalan mereka dalam perdagangan, sebagai akibat tekanan bangsa Romawi dan tindakan mereka yang menguasai jalan perdagangan lewat laut dan setelah mereka menghancurkan jalan darat serta berhasil menguasai Mesir dan Syam.

Suku-suku kahlan yang berhijrah dibagi menjadi empat golongan:

a. Uzd. Hijrah mereka langsung dipimpin pemuka dan pemimpin mereka, Imran bin Amru Muzaiqiya’. Mereka berpindah-pindah di negeri Yaman dan mengirim pemandu, lalu berjalan ke arah utara. Setelah sekian lama mengadakan perjalanan, akhirnya mereka berpencar ke beberapa tempat. Tsa’labah bin Amru dari Al-Uzd menuju Hijaz, lalu menetap di daerah yang di apit Tsa’labiyah dan Dzi Qar. Setelah anaknya besar dan kuat, dia pindah ke Madinah dan menetap disana. Di antara keturunan Tsa’labah ini adalah Aus dan Khazraj, yang merupakan dua dari anak Haritsah bin Tsa’labah.

Di antara keturunan mereka yang bernama Haritsah bin Amr atau Khuza’ah dan anak keturunannya berpindah ke Hijaz, hingga mereka menetap di Murr Azh-Zahahran, yang selanjutnya menguasai tanah suci dan mendiami Makkah.
Sedangkan Imran bin Amr singgah di Omman lalu bertempat tinggal di sana bersama anak-anak keterunannya, yang disebut Uzd Omman, sedangkan kabilah-kabilah Nash bin Al-Uzd menetap di Tihamah, yang disebut Uzd Syamu’ah.
Jafrah bin Amr pergi ke Syam dan menetap di sana bersama anak keturunannya. Dia dijuluki Abul Muluk Al-Ghassasanah, yang dinisbatkan kepada mata air di Hijaz, yang dikenal dengan nama Ghassan. Sebelum itu mereka singgah di sana, sebelum akhirnya pindah ke Syam.

b. Lakham dan Judzam. Tokoh di kalangan mereka adalah Nashr bin Rabi’ah, pemimpin raja-raja Al-Mundzir di Hirah.

c. Bani Thayyi’ mereka berpindah ke arah utara hingga singgah di antara dua gunung, Aja dan Salma, dan akhirnya menetap di sana, hingga mereka di kenal dengan sebutan Al-Jabalani (dua gunung) di Gunung Tha’i

d. Kindah. Mereka tinggal di Bahrain, lalu terpaksa meninggalkannya dan akhirnya singgah di Hadramaut. Namun nasib mereka tidak jauh berbeda saat berada di Bahrain, hingga mereka pindah lagi ke Najd. Di sana mereka mendirikan pemerintahan yang besar dan kuat. Tetapi secepat itu pula mereka punah dan meninggalkan jejak.
Di sana masih ada satu kabilah dari Himyar yang dipersilisihkan asal keturunannya, yaitu Qudha’ah. Mereka hijrah meninggalkan Yaman dan menetap di pinggiran Irak.

Tentang Arab Musta’rabah, cikal bakal kakek mereka yang tertua adalah Ibrahim AS, yang berasal dari negeri Irak, dari sebuah daerah yang disebut Ar, berada di pinggi barat sungai Eufrat, berdekatan dengan Kufah. Cukup banyak penulusuran dan penelitian yang kemudian di sajikan secara terinci mengenai negeri ini, keluarga Ibrahim AS, kondisi religius dan sosial negeri tersebut.

download (9).jpg

Sudah diketahui bersama bahwa Ibrahim AS hijrah dari Irak ke Haran atau Hurran, termasuk pula ke Pakistan, dan menjadikan negeri tersebut sebagai pijakan dakwah beliau. Beliau banyak menyusuri negeri ini dengan setitik harapan, hingga akhirnya beliau sampai ke Mesir. Fir’aun, penguasa Mesir, merekayasa dan memasang siasat buruk terhadap istri beliau, Sarah. Namun Allah justru mengembalikan jerat leher itu ke lehernya sendiri. Hingga akhirnya Fir’aun tahu kedekatan hubungan Sarah dengan Allah SWT. Untuk itu dia menghadiahkan putrinya, Hajar menjadi pembantu Sarah, sebagai pengakuan terhadap keutamaan Sarah, dan akhirnya Sarah mengawinkan Hajar dengan Ibrahim.
Ibrahim AS kembali ke Palestina dan Allah menganugerahkan Isma’il dari Hajar. Sarah terbakar api cemburu. Dia memaksa Ibrahim untuk melenyapkan Hajar dan putranya yang masih kecil, Isma’il. Maka beliau membawa keduanya ke Hijaz dan menempatkan mereka berdua di suatu lembah yang tiada ditumbuhi tanaman, tepatnya di dekat Baitul-Haram, yang saat itu hanya berupa gundukan-gundukan tanah. Rasa gundah mulai menggayuti pikiran Ibrahim. Beliau menolek ke kiri dan kanan, lalu meletakkan putranya di dalam tenda, tepatnya di dekat mata air Zamzam. Saat itu di Makkah belum ada seorang pun manusia dan tidak ada mata air. Beliau meletakkan geriba, wadah air di dekat Hajar dan Isma’il, juga korma. Setelah itu beliau kembali lagi ke Palestina. Beberapa hari kemudian, bekal dan air sudah habis. Sementara tidak ada mata air yang mengalir. Tiba-tiba mata air Zamzam memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan mereka berdua, yang tak pernah habis hingga sekarang. Kisah mengenai hal ini sudah banyak di ketahui secara lengkap.

Suatu kabilah dari Yaman (Jurhum Kedua) datang di sana, dan tas perkenan ibu Isma’il mereka menetap di sana. Ada yang mengatakan mereka sudah berada disana sebelum itu, menetap di lembah-lembah di pinggir kota Makkah. Adapun riwayat Al-Bukhari menegaskan bahwa mereka singgah di Makkah setelah kedatangan Isma’il dan Ibunya, sebelum Isma’il remaja. Mereka sudah biasa melewati jalur Makkah sebelum itu.

Suatu saat Ibrahim hendak menjenguk keluarga yang ditinggalkannya. Maka beliau datang setelah pernikahan Isma’il. Tatkala tiba di Isma’il, beliau tidak mendapatkan Isma’il. Maka beliau bertanya kepada istrinya, bagaimana keadaan mereka berdua. Istri Isma’il mengeluhkan kehidupan mereka yang melarat. Maka Ibrahim menitip pesan, agar istrinya menyampaikan kepada Isma’il untuk mengubah palang pintu rumahnya. Setelah diberitahu, Isma’il mengerti maksud pesan ayahnya. Maka Isma’il menceraikan istrinya dan menikahi wanita lain, yaitu putri Mudhadh bin Amru, pemimpin dan pemuka kabilah Jurhum.

Setelah perkawinan Isma’il kedua ini, Ibrahim datang lagi, namun tidak bias bertemu dengan Isma’il. Beliau bertanya kepada istri Isma’il tentang keadaan mereka berdua. Istrinya menjawab, “Segala pujian kepada Allah”. Lalu Ibrahim kembali lagi ke Palestina setelah menitipkan pesan lewat istri Isma’il. Agar Isma’il memperkokoh palang pintu rumahnya.

Dari perkawinannya yang kedua, Isma’il dikaruiai anak oleh Allah sebanyak 12 orang, yang semuanya laki-laki, yaitu : Nabat atau Nabuyuth, Qaidar, Abda’il, Mibsyam, Misyma’, Duma, Misya, Hadad, Taima, Yathur, Nafis, dan Qaiduman. Dari mereka inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di Makkah untuk sekian lama. Seiring berjalannya waktu, keadaan mereka tidak lagi terdeteksi, kecuali anak keturunan Nabat dan Qaidar.
Keturunan anak Nabat bersinar di Hijaz utara. Mereka mampu mendirikan pemerintahan yang kuat dan menguasai daerah-daerah di sekitarnya, dan menjadikan Al-Bathra’ sebagai ibukotanya. Tak seorang pun berani melawan dan menentang mereka, hingga akhirnya pasukan Romawi datang menindas mereka. Sedangkan anak keturunan Qaidar bin Isma’il tetap menetap di Makkah, beranak pinak di sana hingga menurunkan Adnan dan anaknya Ma’ad. Dari dialah keturunan Arab Adnaniyah masih bias dipertahankan keberadaannya. Adnan adalah kakek ke 22 dalam silsilah Nabi SAW.

Untuk saat ini kita cukupkan dulu, asal usul bangsa Arab. untuk kajian selanjutnya, kita akan membahas tentang Kekuasaan di antara bangsa Arab sebelum kedatangan Islam.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.13
JST 0.033
BTC 61959.02
ETH 3004.67
USDT 1.00
SBD 3.59