NIKAH SIRRI

Pemahaman Masyarakat Gampong Keude Lapang Terhadap Nikah Sirri

Untuk mengetahui pemahaman masyarakat Gampong Keude Lapang terhadap nikah sirri, penulis melakukan wawancara dengan para informan penelitian. Menurut Bapak Sulaiman selaku Geuchik Gampong Keude Lapang, kasus nikah sirri telah lama ada di Gampong Keude Lapang, karena masih banyak warga Gampong Keude Lapang yang tidak memiliki buku nikah karena pernikahannya tidak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA), namun istilah nikah sirri itu sendiri baru dimengerti saat pemberitaan di media massa marak dibicarakan belakangan ini, khususnya setelah hebohnya kasus pernikahan sirri Syaikh Puji dan Bupati Aceng di Televisi dan Media Massa. Menurut beliau nikah sirri dapat disamakan dengan istilah nikah di bawah tangan atau nikah tidak tercatat yaitu pernikahan seorang pria dengan wanita yang dinikahkan oleh wali dari mempelai wanita tersebut dengan dihadiri dua orang saksi dan cukup syarat dan rukunnya, namun tidak diketahui khalayak ramai atau warga Gampong lainnya dan dengan alasan tertentu dari pihak yang bersangkutan tidak diberitahukan dan dicatat oleh pegawai pencatat nikah yang berwenang di Kantor Urusan Agama Kecamatan sehingga tidak memiliki buku nikah.
Menurut Tgk. Abdullah, seorang tokoh agama di Gampong Keude Lapang yang merupakan alumni dayah (pesantren tradisional) dan berprofesi sebagai guru pengajian, yang dimaksud nikah sirri adalah nikah langsung pada antara seorang wali dengan mempelai pria yang tidak didaftarkan dan tidak melibatkan petugas Kantor Urusan Agama selaku pencatat nikah. Akadnya langsung dilaksanakan di rumah mempelai perempuan atau pada tempat lain misalnya Balai atau Dayah seorang teungku, prosesi akad nikah biasanya dipimpin seorang teungku dan biasanya wali nikah mempelai perempuan mewakilahkan kepada teungku tersebut. Nikah ini dirahasiakan, cukup mengundang keluarga dan kadang-kadang juga mengundang tetangga terdekat
Pemahaman yang sedikit berbeda disampaikan oleh Toke Adam yang merupakan tokoh masyarakat di Gampong Keude Lapang yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang. Menurut beliau, nikah sirri secara bahasa sudah dapat dipahami yaitu nikah yang dirahasiakan atau sembunyi-sembunyi sehingga tidak diketahui oleh masyarakat banyak, baik pernikahan tersebut terpenuhi syarat dan rukunnya atau tidak seperti pernikahan seorang perempuan tanpa wali pada seorang teungku yang sering disebut masyarakat qadhi liar atau teungku bale giri. Toke Adam tidak sependapat bila nikah sirri dimaksudkan sebagai nikah yang tidak dicatat di Kantor Urusan Agama Kecamatan sehingga tidak ada buku nikah, karena sangat banyak pasangan apalagi orang tua dahulu yang menikah tidak ada buku nikah tetapi semua masyarakat mengetahui pernikahan tersebut dan pernikahan tersebut memenuhi syarat dan rukun nikah, jadi menurut beliau nikah sirri adalah nikah yang disembunyikan atau dirahasiakan dari orang ramai bukan nikah yang tidak tercatat di Kantor Urusan Agama.
Menurut Bapak Heriyanto selaku ketua pemuda Gampong Keude Lapang, nikah sirri itu adalah nikah yang tidak diketahui warga secara umum, dan tidak didaftarkan atau dihadiri oleh petugas dari Kantor Urusan Agama Kecamatan. Menurut beliau nikah sirri bisa saja diartikan dengan nikah yang cukup syarat dan rukunnya yakni ada wali dan saksi hanya saja tidak tercatat, namun bisa juga diartikan dengan kawin lari, dimana seorang pria dan wanita yang menikah tidak ada wali dengan bermacam alasan, sehingga menikah pada seorang teungku atau orang yang dianggap orang alim atau sering disebut menikah bak teungku bale giri. Dalam pernikahan sirri tersebut, biasanya perempuan yang tidak ada walinya mentahkimkan dirinya pada teungku tersebut dengan membayar sejumlah uang kepada teungku yang menikahkannya tersebut.
Selain dengan Geuchik, tokoh agama, tokoh masyarakat dan to