sampul grup "seurayueng"

Saya melihat foto deretan sepeda yang di tempat barangnya ada bungkusan dengan kain kuning, mirip hidangan kenduri molod (maulid) di aceh. Kelihatan di foto yang menjadi gambar sampul grup "seurayueng" yaitu grup yang konon grup budaya, sepeda itu diparkir di halaman sebuah rumah aceh. Saya jadi ragu apakah itu di aceh, atau itu mengikuti tradisi aceh? Lama lama saya yakin itu bukan di aceh. Alasannya, jika itu di aceh tentu makanan atau hidangan maulid, dlm tradisi aceh ada dua cara membawanya ke meunasah tempat kenduri berlangsung. Pertama hidangan tersebut yang terdiri masakan tradisonal, kue, dan buah buahan ditaruh dalam farakan. Farakan ini seperti replika rumah trdisional aceh dan cara membawanya dengan dipikul oleh dua orang. Cara kedua, makanan dimasukkan ke dalam dalong dan dibawa dengan menjunjung di kepala. Kedua cara ini maknanya sebagai bentuk penghargaan terhadap makanan sebagai sumber kehidupan dan penghidupan. Maka harus ditinggikan. Kalau dibawa dengan sepeda dan ditaruh di tempat barang di belang tempat duduk pendayungnya, itu maknanya hidangan maulid berada lebih rendah dari pantat pendayung sepeda. Sebuah marwah dan spirit kenduri dan eksistensi maknan dalam filosofis aceh telah terlanggar. Maka saya berhadap foto yang ada di grup seurayung fb itu kejadiannya bukan di aceh. Rasanya kalaupun itu sebuah kreasi dan "meuhayeue hayeue" dalam suatu peristiwa budaya seperti kenduri maulid, tdk boleh melewati etika dan fatsunnya. Sebab kebudayaan telah lama menggunakan etika sebagai salah satu pilarnya.

(english)
I saw a photo of a row of bicycles where the items were packed with yellow cloth, similar to a dish of kenduri molod (maulid) in aceh. Seen in the photo that is the cover image of the "Seurayueng" group, the group that is said to be a cultural group, the bike is parked in the yard of an Aceh house. I doubt whether it is in Aceh, or it follows the Aceh tradition? For a long time I was sure it wasn't in Aceh. The reason is, if it's in Aceh, of course food or maulid dishes, in the Aceh tradition there are two ways to bring it to the meunasah where the feast takes place. First, the dish consisting of traditional dishes, cakes and fruits is placed in farakan. Farakan is like a replica of Aceh's traditional house and the method of carrying it is carried by two people. The second way, the food is put into the dalong and carried by upholding the head. Both of these mean their meaning as a form of appreciation for food as a source of life and livelihood. Then it must be elevated. If you carry it on a bicycle and put it in the place of goods in the strip where the rower is sitting, that means the maulid dish is lower than the butt of the bicycle rower. A marwah and spirit of joy and the existence of the philosophical meaning of Aceh have been violated. So I looked at the photos in the FB group that happened not in Aceh. It seems that even if it is a creation and "meuhayeue hayeue" in a cultural event such as a feast of maulid, it is not possible to pass the ethics and fatsun. Because culture has long used ethics as one of its pillars.