Air

---

Dari hulu hingga ke hilir terus mengalir di antara bebatuan. Alam menghadangmu menyergapmu lalu terserap kedalam tanah, manfaatmu telah menumbuhkan pepohonan, dari pohon rendah hingga pohon yang tegak tinggi menjulang. Ranting yang hampir mati bersama dedaunan yang gugur tumbuh kembali satu persatu mulai menghijau.

Ada yang turun saat langit mendung, rintiknya pun bak azimat bagi alam & penikmatnya.
Banyak yang berkata turunnya engkau adalah rahmat setitik demi setitik engkau menjelma menjadi pelepas dahaga tanah yang gersang.

---

Sempat kubayangkan kami tanpamu atau alam tanpamu, meski sebulan saja. Derita itu menjadi nyata. Hayal-hayal toilet-toilet sekarang tanpa tersedianya engkau, maka tisu basah menjadi solusi untuk menghapus taik yang masih melekat bersma baunya di lubang anus yang tak cantik itu.
Hayal galau tanpamu, apa yang harus kami minum ketika haus merajai diri.

Lalu syukurku menghantam tanah bersama sujud, karena nikmatmu begitu terasa dan masih bisa kami rasa. Mencoba sejenak berada di sana bersama manusia yang tidak ada hadirmu di sana. Ya, di Ethiopia, di India, atau di Madagaskar dimana hargamu lebih berharga dari pada nyawa sekalipun, bahkan emas lebih berharga dari seember air. Bahkan mereka rela mengorbankan harta yang melimpah hanya untuk menikmati air bersih. Terbayangkah kita ketika berada di sana. Maka dari itu, pergunakanlah secara bijaksana air yang masih berlimpah. Jangan sampai taik pun harus di lap pakai tisu.

Lalu, nikmat mana lagi yang kita ingkari.

---

Regards: @jubagarang

Mencoba menuliskan satu kata yang tidak tertulis dalam judul, sepertinya masih harus diasah lagi. Terimakasih buat orang yang telah memberikan ide tentang ini.