THE HISTORY OF ACEH TEROR MERAJALELA VIOLATION OF HUMAN RIGHTS IN ACEH OF 1998-2000.

Dear steemians

                      : ENGGLIS:

: HISTORICAL BACKGROUND:
Aceh's provision, with a population of about 5 million, lies in the northernmost part of the island of Sumatra, about 1000 miles from the Indonesian capital, Jakarta. Located in the very strategic sea lane of south and east asia, Aceh became the most important commercial port during the 16th and 17th centuries, and is the first Islamic empire kingdom in southeast asia.
The people of Aceh have a long and proud history in self-defense. For 30 years they fought against the Dutch to defend the region and refused to cooperate with the colonial government.
Although some Acehnese joined the struggle for Indonesian independence against the Dutch between 1945-1949, and as providing support for the establishment of the Indonesian state.
Dissatisfaction with central government policy led to the "Darul Islam" opposition movement under the leadership of Daud Beureueh. Although this movement was aimed at establishing an Islamic state, the movement was aborted before it succeeded in reaching its demands. Although the movement succeeded in breaking the weeds as a treatment of the hearts of aceh , the province is titled 'Daerah Istimewa' which gives freedom for Acehnese people to organize education, religion and customs.
In the mid-1970s, the unfair distribution of natural products between regions and centers led to an armed separatist movement, an independent Aceh / Free Aceh Movement (AM / GAM) led by Hasan di Tiro, although the government had attempted to suppress the movement, imprisoning a number of its leaders, as well as many who fled, including Hasan Tiro who fled abroad and established a government in exile in 1979. Although the powers of the movement were weakened ten years later,
Dissatisfaction grew in the hearts of aceh people who resulted in the movement reappearing in 1989, and by that time had gained widespread support from the people of Aceh, the ruling regime faced the movement brutally and repressively then in 1990 the government memformalka repressive policy by making the province of Aceh asa Military operations (DOM) The government considers that this is the most appropriate way to defend a unitary state of the Security Disturbing Movement (GPK), which is more known to GAM. The government uses the term GPK to describe the anti-government movement and the separation as a criminal group.

               :INDONESIA:

: LATAR BELAKANG SEJARAH:
Persediaan Aceh, dengan populasi sekitar 5 juta, terletak di bagian paling utara pulau Sumatra, sekitar 1000 mil dari ibukota Indonesia, Jakarta. Terletak di jalur laut yang sangat strategis di asia selatan dan timur, Aceh menjadi pelabuhan komersial paling penting selama abad 16 dan 17, dan merupakan kerajaan kekaisaran Islam pertama di asia tenggara.
Rakyat Aceh memiliki sejarah yang panjang dan membanggakan dalam membela diri. Selama 30 tahun mereka berperang melawan Belanda untuk membela kawasan itu dan menolak bekerja sama dengan pemerintah kolonial.
Meskipun beberapa orang Aceh bergabung dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan Belanda antara 1945-1949, dan sebagai dukungan untuk pembentukan negara Indonesia.
Ketidakpuasan dengan kebijakan pemerintah pusat menyebabkan gerakan oposisi "Darul Islam" di bawah kepemimpinan Daud Beureueh. Meskipun gerakan ini bertujuan untuk membangun negara Islam, gerakan itu dibatalkan sebelum berhasil mencapai tuntutannya. Meskipun gerakan tersebut berhasil memecah rumput liar sebagai perlakuan terhadap hati aceh, provinsi ini diberi judul 'Daerah Istimewa' yang memberikan kebebasan bagi rakyat Aceh untuk mengorganisasi pendidikan, agama dan adat istiadat.
Pada pertengahan tahun 1970-an, distribusi produk alami yang tidak adil antara daerah dan pusat menyebabkan gerakan separatis bersenjata, Gerakan Aceh / Aceh Merdeka (AM / GAM) yang dipimpin oleh Hasan di Tiro, meskipun pemerintah telah berusaha untuk menekan gerakan tersebut. , memenjarakan sejumlah pemimpinnya, serta banyak yang melarikan diri, termasuk Hasan Tiro yang melarikan diri ke luar negeri dan mendirikan pemerintahan di pengasingan pada tahun 1979. Meskipun kekuatan gerakan itu melemah sepuluh tahun kemudian,
Ketidakpuasan tumbuh di hati orang-orang aceh yang mengakibatkan gerakan muncul kembali pada tahun 1989, dan pada saat itu telah mendapat dukungan luas dari masyarakat Aceh, rezim yang berkuasa menghadapi gerakan secara brutal dan represif kemudian pada tahun 1990 pemerintah memformalka kebijakan represif dengan membuat provinsi Aceh sebagai operasi Militer (DOM) Pemerintah menganggap bahwa ini adalah cara yang paling tepat untuk membela negara kesatuan Gerakan Gangguan Keamanan (GPK), yang lebih dikenal oleh GAM. Pemerintah menggunakan istilah GPK untuk menggambarkan gerakan anti-pemerintah dan pemisahan sebagai kelompok kriminal