#photo story 23 - Bencana Bukan Sebuah Kutukan, Melainkan Lonceng Peringatan

Apa kabar negeri duka, sebuah bencana mungkin seperti suatu kutukan bagi anda semua, tapi tidak. Itu hanya pengingat bagi kita pelaku pelanggaran, anda harus yakin bahwa anda tidak akan mendapatkan penderitaan diluar batas wajar, semua aturan telah ditetapkan, hanya saja kita terlalu sempit untuk menilai masalah itu. Memang sebuah kehilangan, disini anda harus belajar bagaimana mengikhlaskan, kehilangan adalah keharusan walaupun anda belum puas menikmatinya. Bagaimana sebuah bangunan mewah harus kalah ditelan tanah, ini bukan tentang kekuatan, karena sehebat apapun anda akan kembali kepada tanah, tidak perlu sombong untuk semua kehebatan, itu hanya kelebihan yang sifatnya tidak beraturan. Jalanan aspal tempat penampungan, mobil mewah sebagai alat penjemputan, tapi itu sial, alat ini hanya akan bertahan sementara selama masalah tidak datang. keluar dari batas keinginan, anda hanya bisa menyaksikan seluruh kehilangan, mungkin penyesalan, iyaa anda hanya akan merasakan penyelasan dalam masalah anda. Gambar itu merupakan sebuah pengeboman antara jerman melawan inggris raya. Pada tahun 1940, Jerman memulai sebuah rangkaian serangan pengeboman panjang melawan Inggris Raya, karena Pertempuran Britania berlangsung selama tiga setengah bulan. Setelah pendudukan Prancis oleh Jerman, Inggris tahu itu hanya masalah waktu sebelum kekuatan Poros mengalihkan pandangannya ke seberang Channel. Dan pada 10 Juli, 120 pengebom dan petempur Jerman menyerang konvoi pelayaran Inggris di Channel itu. Meskipun Inggris memiliki pejuang jauh lebih sedikit daripada Jerman-600 hingga 1.300-itu memiliki beberapa keuntungan, seperti sistem radar yang efektif, yang membuat prospek serangan menyelinap Jerman tidak mungkin. Inggris juga memproduksi pesawat berkualitas superior. Spitfires-nya bisa berubah lebih ketat daripada ME109 Jerman, memungkinkannya untuk menghindari para pengejar; dan Badai bisa membawa meriam 40mm, dan akan menembak jatuh, dengan senapan mesin Amerika Browning, lebih dari 1.500 pesawat Luftwaffe. Namun di hari-hari awal pertempuran, Inggris membutuhkan dua hal: sebuah bibir atas kaku kolektif dan aluminium. Permohonan dibuat oleh pemerintah untuk menyerahkan semua aluminium yang tersedia ke Kementerian Produksi Pesawat. "Kami akan mengubah panci dan wajan Anda menjadi Spitfires dan Hurricanes," kata kementerian itu. Dan mereka melakukannya.