Muslem Akhirnya Memilih Jalan Sendiri

in #fiction5 years ago


sumber

Tahun 2000, usiaku bertambah setahun, dalam hitungan bulan aku sudah bisa dikatakan orang dewasa. Usia 20 tahun menggarisbawahi tentang kemantapan cita-cita untuk menjadi siapa aku nanti. Selama beberapa tahun, aku sudah melalui sekuel hidup yang menegangkan. Betapapun demikian, hidup harus berlanjut meski Keulayu telah membuatku menjadi orang bingung, buntu untuk melakukan sesuatu yang bisa menjamin hidupku kelak, mungkin inilah yang membuat Kakek risau, dan kuatir bila suatu saat aku bergabung dengan pemberontak. Lazimnya, orang-orang yang sudah buntu dan tak banyak hal bisa dilakukan memilih bergabung dengan pemberontak. Barangkali ini salah satu alasan kenapa Muslem benar-benar mewujudkan niatnya itu.

Pantas saja depotnya selalu tutup, utang menumpuk akibat udang yang dikirim ke Medan tak pernah sampai ke tujuan. Sudah setahun aku tidak berjumpa dengannya, bila kulihat penampilannya, Muslem tak pantas jadi pemberontak, pasalnya dia sangat mencintai kukunya yang tumbuh bersih, rambutnya tersisir rapi, badannya kurus tentu tidak akan kuat menenteng senjata laras panjang. Namun, dalam setahun setiap orang bisa berubah. Dia sudah siap meninggalkan penampilan yang sangat dibanggakannya itu.
Depotnya kini menjadi rumah kucing-kucing kurapan, dan kambing-kambing yang berkiliaran tak segan membuang najis di depan pintu. Aku merasa kasian juga melihat kondisi tersebut, padahal bila ia bertahan aku nyakin bisa mengalahkan Toke Din karena menurut firasatku, lelaki pendek itu akan segera gulung tikar lantaran saban bulan dia harus menyetor sebagian labanya ke tentara Lanjok dan ke pemberontak yang datang seminggu sekali ke depotnya.

Di saat Kakek tahu Muslem sudah bergabung dengan pemberontak, gerak gerikku sangat dibatasi. Aku harus pulang sebelum pukul sepuluh dan tak boleh menggunakan sepeda Ludionnya kecuali ada keperluan mendadak. Kakek sudah cukup trauma dengan Ami, yang sampai sekarang tak tahu entah di mana.

“Bila kamu ikut Muslem, tunggu sampai Kakek mati!” Peringatannya itu membuatku sangat takut.

Namun, di saat membayangkan keadaan negeri yang kacau balau, membayangkan para serdadu itu menyiksa Ami semangatku untuk bergabung dengan pemberontak melejit. Pendek kata, aku tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat untuk meluruskan cita-cita Kakek.

“Aku jadi pelaut saja, Kek,” kataku sambil naik ke balai.

Kulihat mata Kakek mengawasi wajahku. Jauh-jauh hari beliau sangat tidak setuju dengan cita-citaku yang menurutnya tidak sesuai denganku.

“Jangan! Kau musti jadi guru,” katanya tegas.

Aku sulit menjelaskan padanya perihal cita-citanya yang tak mungkin kugapai dengan mudah. Di negeri ini percuma pintar, sungguh-sungguh belajar bila tidak bisa dibuktikan dengan selembar ijazah. Kakek tidak memahami ini, bila kujelaskan, kata-kata yang sama acapkali keluar.” Kau tinggal bilang ke sekolah tempat kamu mengajar bahwa sekolah kamu dibakar setan.”

Untuk sementara aku harus mengalami masa-masa bingung. Menjadi pelaut tentu bukan hal yang mudah, jujur aku belum punya keberanian seperti Kakek, musti belajar banyak dari beliau untuk menjadi pelaut sepertinya. Tapi...tapi...beliau sama sekali tidak setuju dengan cita-citaku, hanya orang-orang dungu yang suka melaut, menurutnya.

Di sekolah aku pernah belajar sejarah Ibnu Bathutah, lelaki Arab itu seorang pelaut yang mengarungi samudera penuh keberanian, menerjang ombak, melintasi negara-negara tentu tidak mudah melakukannya. Tapi Kakek masih pada prinsipnya. Bila kukatakan Ibnu Bathutah seorang pelaut serta merta Kakek mengatakan dia orang kurang kerjaan, putus asa, dan diusir dari negaranya. Entah dimana Kakek mendengar itu, yang jelas Marcopolo juga orang bodoh di matanya.

U5dtbQKKmfKuqu7QB1uxntFotPFr9Dq_1680x8400.jpg

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Congratulations @abduhawab! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You received more than 60000 upvotes. Your next target is to reach 65000 upvotes.

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Do not miss the last post from @steemitboard:

Are you a DrugWars early adopter? Benvenuto in famiglia!
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by abduhawab (koffieme) from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64231.88
ETH 3128.59
USDT 1.00
SBD 3.95