[Fiksi] Kisah Apik Seorang Junior

Bagaimana kita harus menerima sebuah kejutan? Apa yang semestinya kita lakukan terhadap kejutan itu? Merayakan dengan suka cita, atau memperlakukannya sewajar mungkin dan tak melebihi batas-batas ria yang berkesan buruk? Semua orang punya jawaban masing-masing yang berbeda. Tak dipungkiri, hidup adalah rajut tali-temali takdir yang penuh kejutan.

Seseorang mendapatkan uang dalam jumlah banyak ketika menang undian, itu adalah kejutan. Portugal menjadi juara Eropa tahun lalu padahal permainannya angin-anginan, itu juga kejutan. Seorang laki-laki berwajah biasa, dompet tak terlalu tebal tapi berhasil meluluhkan hati idola di kampusnya, itu juga kejutan. Dan masih sangat banyak kejutan-kejutan hidup lainnya yang kalau ditulis semua tak akan pernah habis, persis seperti riwayat koruptor di negeri ini.

Tapi semestinya, segala kejut-kejut dalam hidup harus diterima dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang dan prasangka yang baik. Karena segala kejut-kejut yang terjadi dalam hidup adalah pemberian dari tuhan yang selalu tersisipkan pelajaran yang sangat banyak.

---

---

Sumber

Hari ini seorang junior di kampus memberi kabar baik dan kabar mengejutkan secara bersamaan. Kabar baiknya, katanya, ia mendapat nilai yang tak pernah disangka-sangka pada mata kuliah yang paling sulit baginya. Kabar kejutannya? Baca sampai habis. Dalam terminologi mahasiswa, ia adalah mahasiswa yang sangat biasa. Pulang kuliah langsung ngadem di kos, makanan favorit mie sedaap pakek telor ceplok, merdeka adalah ketika ibu kos telat minta setoran. Persis seperti saya saat mahasiswa dulu. Tak ada yang menarik dari orang-orang macam kami.

Di kelas ia adalah penghuni pojokan paling khusyuk. Kesulitan maha besar adalah ketika ia disuruh presentasi di depan. Ia selalu kelabakan dengan runitas mahasiswa tersebut. Maka tak heran, setiap kali ada tugas presentasi, ia adalah mahasiswa paling rajin nulis surat minta izin tak kuliah. Alasannya macam-macam, mulai dari celana dalam belum ada yang ready, hingga pintu kos terkunci dari luar entah oleh siapa.

Saya kira hidupnya terlalu monoton untuk tak diratapi. Jumlah perempuan yang ia sukai nyaris selusin. Tapi yang membalas cintanya sampai detik ini masih nol. Ia bukan pemburu IPK 4. Dapat IPK dua koma sekian saja sudah dirayakan dengan menelepon mamak di kampung. Intinya, tak ada yang berguna ditulis tentangnya. Tapi malam ini saya tetap menuliskan secarik kisahnya. Barangkali, seumur hidup inilah satu-satunya kejutan paling apik yang ia alami.

---

---

Dari semester pertama ia menyukai seorang mahasiswi Jurusan Ekonomi Bisnis. Nama perempuan itu adalah Julia. Entah Julia apa, yang jelas bukan Julia Estelle. Begitu sepenuturannya pada saya. Sejak semester awal si junior ini telah mendekati Julia dengan berbagai cara, mulai mengirim kata-kata indah yang dia copas di internet hingga mengirim buket bunga saat ultahnya. Reaksi Julia? Masa bodoh!

Sudah semester akhir Julia tak sekalipun membalas chat sang junior. Padahal menurut saya, si junior ini adalah tipikal laki-laki baik meski kadang jarang mandi. Tapi ketulusan hatinya untuk Julia terlalu jahat jika diragukan. Lantas Julia memang begitu orangnya. Dia bisa cuek sampai kiamat pada orang yang tak disukainya.

Bertahun-tahun sang junior mengingatkan Julia agar tak lupa makan dan jangan telat salat. Tapi Julia tetap abai. Dan anehnya si junior tetap tak berhenti melakukan kebodohan yang sama. Hari berganti hari, minggu berganti minggu hingga sang junior pun sudah bertitel mahasiswa akhir di kampus, akhirnya Julia membalas chatnya. Isinya sangat monohok, "Jangan pernah panggil aku Julia lagi, ini bukan Julia. Ini Samsul, petugas kebersihan di kampus!"

Rupanya selama ini sang junior salah sasaran. Orang yang dia perhatikan selama ini rupanya bukan Julia, melainkan Pak Samsul petugas kebersihan di kampus kami. Ia begitu terkejut saat "Julia" membalas chatting nya pertama sedemikian rupa. Ia tak berhenti terkejut jika selama ini yang ia sangka Julia ternyata Pak Samsul. Atas kejutan terbesar dalam hidupnya itu, ia meminta saran pada saya. Saya agak bingung harus memberikan saran macam apa untuk kisah seheroik ini. Akhirnya saya cuma bilang, selesaikan kuliahmu, setelah itu pikniklah ke tempat yang tak perlu kau tahu namanyaa...