Simpai Rasa untuk Rofa (Bagian II)

in #fiksi6 years ago (edited)

valentine-1953964__340.jpg
Bagian I

Dika menyetir dengan kalut. Ia paham betul karakter istrinya, Yurin, yang meledak-ledak. Selama ini itulah yang membuat Dika kurang nyaman. Masalah kecil saja bisa memantik amarah Yurin. Tingkah polah anak-anak yang sering tak kooperatif saja sudah membuat Yurin bete dan merepet panjang sekali. Ujung-ujungnya semua terasa salah. Dika juga tak ketinggalan terkena imbas amukan marah Yurin kalau dia memang sedang bete.

Selama ini yang dilakukan Dika adalah diam. Tak terlalu menanggapi istrinya yang rada temperamental seperti itu. Paling juga nanti baik lagi. Begitulah yang selalu dipikirkannya. Tapi bagaimana pula dengan masalah yang satu ini.

Terus terang saja, pertemuannya dengan Rofa memang membangkitkan kenangan lamanya. Sebenarnya lagi, tak lah seperti yang dituduhkan Yurin, Rofa bukanlah siapa-siapa di masa lalu Dika. Mereka tak lebih dari teman baik. Teman satu sekolah, teman kongkow di masa-masa lembab dulu. Di mana sering kali berbagai benih rasa dapat tumbuh. Tapi Rofa dan Dika tak pernah memproklamirkan apapun mengenai status mereka berdua.

Pertemuannya kembali dengan Rofa terasa begitu menggairahkan harinya. Bisa jadi hanya karena kejenuhannya terus-terusan didominasi Yurin. Yurin yang suka berkata asal dan temperamental. Kepercayaan dirinya tinggi dan sulit menghargai orang lain, termasuk Dika, suaminya sendiri.

Sementara Rofa, walaupun terlihat tomboy, sifat childish-nya justru menjadi daya tarik tersendiri. Hal itu membuatnya terlihat kurang mandiri dan tergantung dengan orang yang ada di dekatnya. Walaupun terkesan merepotkan, entah kenapa Dika merasa semakin dibutuhkan dan dihargai.

Di sisi lain Rofa juga penuh empati. Bisa jadi akibat tempaan kondisi pahit yang dialaminya setelah kepergian adik dan ayahnya dulu. Sifat ini terlihat begitu memesona bagi Dika yang kerap dihadapkan dengan sosok Yurin yang dominan.

Padahal sebelum menikahi Yurin, Dika sendiri sadar akan sifat dominan Yurin. Malah dulu hal itu yang menarik perhatian Dika. Ia bertaruh dengan dirinya sendiri, menaklukkan Yurin yang rasa percaya dirinya cukup tinggi adalah prestasi. Tapi tidak untuk saat ini. Ia mulai merasa tak suka terus-terusan dikuasai.

Tanpa sadar Dika mulai membandingkan kedua wanita itu. Dika lupa bahwa ia sudah terlanjur memilih satu paket. Seorang Yurin lengkap dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Dika lupa bahwa ketika ia memutuskan untuk memilih waktu itu, ia harus berhenti pula membandingkan.

Dika lupa dan terlalu lama melupa. Diingatannya yang sedang gundah saat itu adalah Rofa. Entah kenapa, semakin gundah semakin ia ingin bertemu Rofa. Semakin banyak tekanan, semakin ingin mendengar suara Rofa. Otak reptilnya seakan bekerja. Melihat gelagat Yurin yang mulai mampu membaca kondisi hatinya, tiba-tiba saja Dika mulai mengatur strategi back street. Ya, bukannya berusaha menjauhi Rofa, Dika justru berpikir untuk lebih jauh menarik Rofa ke dalam dunianya.

Sayang, sedang sibuk kah?” isi pesan itu diketik Dika dan dikirim ke nomor WA Rofa Fahira.

Ting. Lampu LED di ponsel Rofa berkedip.

Salah kirim, euy!” Balas Rofa.

Gak, Rofa SAYANG. Sdg sibuk kah dirimu?massage delivered ke ponsel Rofa.

Gubrak, ah! Mual aku dipanggl begitu. Iya, sdg sibuk. Sori yak!” balas Rofa lagi.

Sdg sibuk tapi balasnya cepat amat. Pasti boong kan? Aku telp yak?massage sent dari ponsel Dika.

Berselang beberapa detik kemudian ponsel Rofa bernyanyi. Andika Kurniawan is calling. Rofa yang sebenarnya sedang senggang hanya menatap sekilas dan mengabaikan panggilan itu.

Jam beker di kamar Rofa menunjukkan pukul 8.10 pagi. Rofa masih besandar di kepala dipannya. Lututnya ditekuk, punggungnya membungkuk hingga bahu dan lututnya hampir sejajar. Dipeluknya tungkai kakinya yang langsing.

Waktu bertemu lagi di resto tiga bulan lalu, Dika dan Rofa belum sempat bercerita banyak tentang kehidupan mereka saat ini. Tak perlu waktu lama, mereka berdua kembali akrab saling bertegur sapa via WA, telpon, e-mail, dan inbox FB. Dari sana Rofa tahu kalau saat ini Dika bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Ia sudah memiliki dua orang putri yang lucu.

Berselang sebulan kemudian Rofa mulai berkenalan dengan Yurin. Tentu saja di dunia maya. Sebab Rofa hanya kembali ke Banda Aceh rencananya hanya seminggu. Ada keperluan penting yang berkaitan dengan penjualan tanah keluarganya di Banda Aceh. Setelah selama ini Rofa sekeluarga pindah ke Batu, Malang, rumah yang dilahap api dulu tidak pernah dibangun kembali.

Rofa sendiri harus mengalami peristiwa pahit beberapa bulan sebelum berangkat ke Banda Aceh. Pernikahannya dengan Guntur tidak berjalan dengan mulus. Dua tahun bersama tanpa dikaruniai momongan menjadikan hubungan mereka sedemikian rapuh. Sepertinya mereka harus takluk pada kondisi. Mungkin bukan karena hal itu saja, keikutsertaan keluarga besar dalam kehidupan rumah tangga mereka memicu banyak hal lain yang akhirnya membuat mereka akhirnya memutuskan untuk bercerai.

Rofa yang terbiasa hidup mandiri sebagai seorang Dosen di salah satu universitas swasta di Malang, sempat merasa down, tapi bagaimana pun kehidupan harus tetap berjalan. Mungkin dengan kondisi seperti ini, ia lebih bisa fokus mengurus ibunya yang kesehatannya terus labil sejak peristiwa 9 tahun silam.

KLENTANG!

Rofa dikagetkan dari lamunannya. Suara panci jatuh dari arah dapur. Pasti ibunya. Rofa menyambar baju luarnya dan segera lari ke arah sumber suara.

“Ibu! Ibu nggak apa-apa?”

Yang dipanggil menoleh ke arah Rofa “Udah bangun, Ra? Ya, ndak apa-apa... Cuma handphone jatuh. Tangan Ibu tiba-tiba aja kaku...” jawabnya datar sambil mencoba membungkuk perlahan mengambil alat masak yang jatuh.

“Udah, Bu. Nggak apa-apa. Biar Ira saja” Ira adalah panggilan kesayangan. Rofa segera mencegahnya Ibunya dan memapahnya ke meja makan. “Ibu mau buat apa? Biar Rofa yang kerjakan.”

“Mau buat omelet kesukaan kamu untuk sarapan pagi,” si ibu tersenyum dan seperti biasa menurut saja dipapah Rofa dan disuruh duduk tenang. Sebenarnya ia tak lagi ingin menyusahkan Rofa. Ada prihatin yang demekian dalam yang tak sanggup diungkapkannya tentang kepedihan hati putri yang terus saja mengalami cobaan tak terduga dalam hidupnya.

bersambung

Sort:  

Hallo, hai @dyslexicmom! Postingnya menarik ini dan telah kami upvote dan resteem ke 7310 follower ya.. (Sepotong kontribusi kami sebagai witness pada komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)

This comment has received a 1.56 % upvote from @speedvoter thanks to: @puncakbukit.

Many thanks @puncakbukit! Sukses selalu sebagai witness.

You got a 14.37% upvote from @kakibukit courtesy of @puncakbukit!

ditunggu sambungannya 😊

Terima kasih Kak @sitimaghfirah. Sudah kelar ini, tinggal posting. Hehe

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64344.02
ETH 3142.36
USDT 1.00
SBD 4.01