Catatan Derby Aceh Jilid II

in #football6 years ago

image

Dua tim sepakbola bumi Serambi Mekkah, Persiraja dan Aceh United yang sedang berjuang Liga 2 Indonesia Tahun 2018, harus saling 'baku hantam' demi mengamankan tiket lolos ke delapan besar. Senin malam, Stadion H Dimurtala, Banda Aceh penuh sesak. Panitia mengumumkan, kurang lebih sebanyak 12.000 penonton hadir dalam laga bertajuk "Derby Aceh Jilid II".

Saya bersyukur hadir menyaksikan laga penuh gengsi lagi krusial itu. Sedari awal, jujur, harapan saya hanya satu; saya ingin ada tim Aceh yang lolos ke kasta tertinggi Liga Indonesia. Apapun tim Aceh, silahkan. Pada kompetisi kali ini, harapan itu ada di pundak Aceh United dan Persiraja. Keduanya, sama-sama memiliki peluang lolos.

Sayangnya, ketatnya persaingan hanya menyisakan satu tiket saja. Bisa saja lolos keduanya, tetapi sulit. Tim Aceh bergantung pada tim luar, Persita dengan asumsi kalah di lua laga sisa. Sayangnya itu sudah pasti tidak terjadi. Mengingat, tadi, mereka menang di kandang tim juru kunci, Persita dengan skor 2-0.

image

Dalam laga derbi itu, kemenangan memang diraih tuan rumah, Persiraja dengan skor telak 6-1. Di luar dugaan semua pihak, tujuh gol tercipta malam itu. Dengan rincian, enam gol untuk tuan rumah, yang masing-masing diciptakan Husnuzhon, Andre Abubakar, Luis Irsandi dan istimewa hattrick Vivi Asrizal. Sedangkan satu gol balasan Aceh United dilesatkan oleh palang pintu Aceh United, Syahrizal di masa injury time.

Terlepas dari menang-kalah, ada catatan penting yang agaknya sayang untuk tidak ditulis. Derby Aceh Jilid II sesungguhnya merupakan peristiwa sejarah bagi persepakbolaan Aceh. Satu hal yang paling membekas, insiden kericuhan kedua belah pihak. Di awal laga, pertandingan harus dihentikan sebab hal-hal tidak terpuji oleh kedua belah pihak.

Saling dorong, adu mulut antar pemain tidak terhindarkan. Bahkan, pemain Aceh United, Fairusy menendang area perut-dada pemain Persiraja, Luis Irsandi. Di saat yang sama, Fairusy juga mendapatkan cekikan oleh Viktor Pae. Wasit memutuskan menghentikan laga, setelah berhenti beberapa saat, akhirnya permainan dilanjutkan kembali. Syukur, kedua kesebelasan tampak jauh lebih bisa meredam emosi masing-masing. Saya paham bahwa bukan derbi namanya kalau tensinya tidak panas.

image

Tensi panas sesungguhnya sudah terjadi sebelum laga usai, baik petinggi klub maupun pemain, lewat media sosial menuliskan status macam-macam. Hal seperti ini agaknya lumrah, dalam sepakbola kerap disebut dengan psy-war. Satu adegan yang paling terekam dalam ingatan saya adalah saat Presiden Persiraja, Dek Gam menekel pemain Aceh United, Fanny Aulia -yang notabene mantan pemainnya di Persiraja di putaran pertama.

Usut punya usut, tampaknya adegan tersebut terjadi (selain karena emosi dan tensi), merujuk kepada status di media sosial Fanny yang nadanya agak tajam sebelum derbi. Namun, apapun itu tentunya kedua sikap tersebut tidaklah elok. Sepakbola, setinggi apapun tensinya, lebih ideal bila kedewasaan jauh dikedepankan.

Di sisi lain, skor besar yang tercipta sesungguhnya di luar dugaan semua pihak. Jarang sekali derbi menghasilkan gol setengah lusin. Sekalipun memang, tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola. Hujan gol malam itu, amatan saya, tidak terlepas dari keberhasilan unggul di menit satu atau dua. Persiraja mendapatkan pinalti usai Husnuzhon dilanggar. Dan di mata saya, pinalti tersebut layak. Kebobolan di menit awal mengikis mentalitas punggawa Aceh United. Ditambah lagi adanya kericuhan.

image

Selain itu, keberanian Aceh United bermain terbuka juga berdampak terciptanya banyak ruang untuk dieksploitasi Persiraja. Hal ini turut diaminkan Pelatih Persiraja, Akhyar Ilyas. Dikatakannya, ia terkejut Aceh United bermain terbuka. Padahal, ia memprediksi bahkan sudah melakukan latihan untuk menghadapi pola bertahan Aceh United. Mengingat, Aceh United hanya butuh hasil seri malam itu. Sayangnya, Simon Elissetche -pelatih Aceh United- menggunakan taktik ofensif agresif.

Membludaknya penonton bukan hanya karena pendukung Persiraja semata. Melainkan kedatangan para pencinta sepakbola Aceh dari berbagai daerah, terutama Aceh United yang rata-rata berasal dari Bireuen. Dari situ kita paham, betapa masyarakat Aceh mencintai sepakbola. Sepakbola bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga ruang dan sarana pilihan hiburan yang dapat dinikmati orang banyak.

Akhirnya, saya akan menutup tulisan ini dengan kalimat: Mencintai Sepakbola Aceh Walupun Ku Eh.

image

Sort:  

hana lawan memang, mantap that ulasan jih...

Selamat ulang tahun untuk Laskar Iskandar Muda, bang.

hahaha, na ucapan milad lagoe..

Na. Baca RA, Kamis (10/10). Headline di rubrik Laskar Rencong.

na, soal, ultah, tapi hana foto dan hana komentar MO, hahahaha
terima kasih that, lah na droe si urat treuk....hheehe

Haha. MO ka diwakilkan. Sebenarnya Bg M na sit lon lake komentar. Hanya geu balah terimakasih, bak sang teugoh sibuk gob nyan uroe nyan.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63071.06
ETH 3121.31
USDT 1.00
SBD 3.84