Lelaki Tua yang Dirindukan Nelayan Pantai Kampung Jawa

in Indonesia3 years ago (edited)

IMG_20201219_162230.jpg

Belakangan ini, saya cukup sering menghabiskan waktu di pantai Kampung Jawa, Kutaraja, Banda Aceh. Selain untuk melihat aktivitas tarik pukat oleh nelayan setempat, waktu di pesisir pantai itu kerap saya gunakan untuk menikmati permainan batu domino yang dimainkan lelaki berusia lanjut. Mereka tidak sekadar bermain batu, melainkan kerap bercerita satu sama lain di lapak batu. Para pemain selalu orang-orang itu saja: mereka datang ke pantai Kampung Jawa pagi dan sore hari. Selalu begitu.

Saya seperti terhipnotis untuk selalu datang ke sana pada sore hari. Mengunjungi pantai ini seolah menjadi rutinitas yang kerap saya lakukan sebelum memutuskan akan nongkrong di warung kopi mana. Sebagai informasi saja, tidak banyak pilihan warung kopi yang bisa saya pilih. Ini biasanya terkait dengan tujuan yang ingin saya lakukan. Misalnya, jika ingin fokus menulis, saya memilih Stockupi di Merduati. Sementara jika saya ingin bekerja sambil sesekali menonton film, saya memilih Cut Nun. Kalau saya ingin duduk hingga larut malam, saya memilih Banda Coffee di jalan Taman Siswa, di mana salah satu andalannya adalah juice murah.

IMG_20210115_151054.jpg

Tapi, bukan soal itu yang ingin saya ceritakan. Dalam tulisan ini, saya akan menulis tentang Cek Bus, seorang pria yang ditaksir berusia 60 tahun, yang kerap menghabiskan waktunya di pantai Kampung Jawa. Dia hobi memancing. Saya selalu melihat dia bersama teman-temannya menggunakan perahu kayuh memancing di lepas pantai, tidak jauh dari batas pukat nelayan pukat darat. Oh ya, Cek Bus ini paling terkenal di antara para pengunjung Kampung Jawa. Ini pula yang membuat orang-orang kerap menyebut namanya atau berbicara tentangnya, bahkan setelah ia meninggal.

Pada Senin (8/3/2021), seperti biasa saya menyambangi balai nelayan di bibir pantai Kampung Jawa. Sebelum saya sempat memilih posisi duduk, seorang pria mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan saya.

"Bang, Cek Bus sudah meninggalkan kita. Kalau beliau ada salah sama abang, mohon dimaafkan," kata pria yang dipanggil Bang Agam. Dia merupakan salah satu 'toke bangku' yang menjual ikan tangkapan nelayan, selain Amri. Bedanya, jika Amri menjual ikan hasil tangkapan pukat darat, maka Bang Agam ini menjual ikan tangkapan Rado, kapal motor 50 GT milik pawang pukat di sana.

Saya sempat kaget mendengar kabar tersebut. Soalnya, dua hari lalu saya masih melihat Cek Bus memancing dan membeli ikan di sana. Meski sudah berusia lanjut, Cek Bus masih sangat energik. Dia suka bercanda dengan para nelayan atau lelaki tua yang rutin bermain batu. Soalnya, sesekali jika sedang tidak memancing, dia juga ikut nimbrung bermain batu domino.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Sepertinya beliau tidak berbuat salah pada saya," jawab saya, singkat. Iya, meski sering bertemu dia di pantai, tidak sekali pun saya berbicara dengannya. Kalau sempat berpapasan, paling kami hanya saling melempar senyum. Namun, saya cukup hafal kebiasaanya di pantai itu, begitu juga para pengunjung atau nelayan pukat.

Salah satu ciri khas Cek Bus adalah memanggil siapa pun di pantai itu dengan panggilan paling buruk. Bagi orang yang tidak mengenal atau belum pernah mendengar ia berbicara, pasti akan tersinggung. Soalnya, dia kerap memanggil para nelayan dengan kata "Asei" alias anjing. Anehnya, orang yang dipanggil tersebut sama sekali tidak tersinggung, malah tertawa bahagia. Saya menduga, panggilan "Asei" itu boleh jadi semacam kode bahwa mereka teman dekat.

Hal lain yang saya ingat dari Cek Bus adalah dia rutin membeli ikan berukuran besar atau ikan jenis premium. Dia bahkan kerap berbisik kepada para nelayan sebelum melabuhkan pukat agar mengamankan ikan yang bagus-bagus untuk dia. Hal yang sama juga dia bisiki juga pada Bang Agam, toke bangku kapal Rado. Dia akan beli berapa pun harganya. Soal ini saya kira dia cukup royal.

Beberapa kali saya pernah memergoki dia memberikan uang kepada beberapa anggota tarik pukat darat, atau membeli ikan untuk beberapa pemain batu domino. Malah jika ada anggota nelayan yang belum makan, dia akan memberikan uang untuk membeli nasi. Begitulah cara dia menjaga hubungan baik dengan mereka, yang sebagian memang kawan-kawannya.

IMG_20210324_184611.jpg

Suatu kali, saya menangkap suara kehilangan Cek Bus. Saat nelayan menangkap ikan dalam ukuran besar, mereka terlihat bingung.

"Kalau ada Cek Bus, pasti dia akan membeli ikan ini," kata Amri, penjual ikan di pantai.
"Tidak ada Cek Bus, nggak asik lagi," sambung yang lain.

IMG_20210324_184708.jpg

Meski kerap memanggil mereka dengan kata "Asei", "Aneuk Asei", "Lagee Asei Awak Kah", beberapa dari mereka tampak merasa kehilangan. Lelaki gaek enegik itu berpulang setelah terkena serangan jantung. Sebagai orang yang kerap ke pantai kampung Jawa, saya menyesal tidak pernah memotret wajahnya. []

All images: Taufik Al Mubarak

Sort:  

Kanji droe kiban ka. Pue lancar bisnis.

Alhamdulillah, lancar pak.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.13
JST 0.032
BTC 61219.98
ETH 2927.64
USDT 1.00
SBD 3.66