PSK (Pelukis Spanduk Kain)

Sudah sangat lama saya tidak membuat papan merek toko. Setelah keluar dari ikatan kedinasan di salah satu percetakan di Banda Aceh, yakni sebagai PSK (pelukis spanduk kain), saya jarang mengambil pekerjaan sejenis ini. Alasannya tak cukup waktu yang lalai dengan diri sendiri. Saya dulu bekerja di Studio 12 di Kuta Alam. Saya sebenarnya tidak bekerja di sana. Tapi magang dengan kemampuan melukis spanduk nol; tak punya skill, apalagi pengalaman.

Butuh waktu hampir dua bulan untuk mahir menggunakan kuas lukis di atas kain khusus spanduk yang direkatkan atas spanram kayu. "mahir" di sini itu, saya mampu menyelesaikan 4 meter spanduk dengan dua logo di kiri dan kanan, dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore, tanpa finishing.

Beberapa minggu ini, saya mulai mengambil kerjaan membuat papan merek toko dari styrofoam potong. Penggunaan material ini memungkinkan menghemat biaya bagi pemesan bermodal pas-pasan. Walau bermodal pas-pasan, sebagai pekerja seni, saya harus memberi mereka kepuasan visual yang jarang mereka dapatkan dari cetak digital. Kerja manual begini yang kerapiannya tak mencapai 100%, masih dipandang kolot. padahal, negara aja yang ditopang team work mumpuni, bisa oleng dan tak pernah rapi bekerja. kimaknya!.

Hari ini saya membuat papan merek toko untuk butik kecil di sudut Banda Aceh yang sedang waspada-waspadanya pada Corona. Butik ini milik ibu-ibu yang sedang membangun bisnis kecil-kecilan karena hobi mengoleksi pakaian. Namanya, My Gadiza.

Saya senang mengerjakan ini karena saya kerjakan di sela-sela pekerjaan utama saya membunuh waktu memanjakan diri. Selain senang, tentu saja berbayar di muka.Bukan seperti memegang even dinas yang pembayarannya mengikuti pola negara. Tapi, sekali cair, anda mampu membeli rasa segan pengikut anda. anjay!.

Kalau kamu hendak buat nama seperti itu untuk nama mertuamu dan anaknya, saya tidak dapat memerimanya. Karena tugas saya membuat merek toko. Maka itu karena, buatlah toko yang banyak biar pembuat merek toko ada kerjaan.

Meunan!