KOMA

Suhu kota Banda Aceh terbilang panas, berkisar antara 30 – 33 °C dengan kecepatan angin berkisar antara 5 – 40 km/jam.

**

Dalam beberapa hari ini, Banda Aceh didatangi banyak pendatang. Ada yang menggunakan motor, mobil, bus, kapal laut dan juga pesawat udara. Semua mengaku "pulang."

Hotel dan losmen tidak bisa menampung ledakan orang-orang "pulang". Rumah-rumah penduduk menjadi tempat singgahan. Begitu pula mesjid dan meunasah. Kemah-kemah didirikan.

**

Sekilas, Banda Aceh seperti memasuki lorong waktu kala masih berstatus negeri Bandar Darussalam. Ramai pendatang, ada yang berdagang, ada pula yang meudagang, atau sekedar tempat transittan sebelum berlayar ke negeri tujuan nan jauh di seberang lautan.

Tapi, kali ini berbeda. Mereka yang datang, menyebut "pulang."

**

Lapangan Blang Padang yang memiliki luas 8 hektar dipadati manusia. Dari udara, kehadiran tampak bagai gambaran di Padang Arafah, kala musim haji.

Tanpa ada yang memberi komando atau petunjuk apalagi syarat, rata-rata yang hadir memakai pakaian putih, padahal yang datang bukan hanya muslim. Manusia dengan sengenap warna warninya.

Ilustrasi "KOMA"

Semua yang datang mengambil tempat tanpa perlu dipandu. Masing-masing memandu diri sendiri. Gerak seorang menjadi cermin yang menggerakkan yang lain sehingga menghasilkan keserasian gerak. Jadinya, tidak ada insiden himpitan.

Tidak ada pengeras suara yang mengarahkan kelompok A harus menempati sudut Timur, rombongan dari daerah B wajib menempati sudut utara, dan sebagainya. Bila terjadi perbincangan dilakukan dengan kadar suara yang cukup.

**

Semua mampu mengatur diri sendiri.

**

Media membahas fenomena langka yang terjadi di Aceh. Ragam pandangan hadir. Ada yang penasaran dan terus bertanya, apakah ini yang disebut manusia sebenarnya? Lantas, mengapa harus di Aceh, ada apa dengan bumi Aceh? Adakah Aceh menjadi pintu penyingkap makna manusia?

**

"Saya berencana mengadakan Kongres Manusia, dan itu di Aceh."

Rencana itu disampaikan Pidi Baiq saat pulang ke Aceh, Minggu (6/5) malam. Tentu belum lagi titik, baru sekedar koma sebab belum jelas kapan waktunya, sama seperti manusia, yang belum berakhir menelaah diri sendiri, sampai ia koma, berhenti sejenak, barangkali benar adanya di Kongres Manusia (Koma).