Ali bin Abi Thalib, Sejarah Serta Konflik

in #indonesia6 years ago (edited)

image


Dilahirkan sekitar 10 Tahun sebelum Rasulullah saw. dilantik menjadi seorang Nabi, bertepatan dengan 13 Rajab, 7 Maret 599M.
Sayyidina Ali adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah saw., beliau adalah Khalifah ke-4 dan salah satu dari 10 Sahabat yang mendapat jaminan surga sejak masa hidupnya.

Sebagian kecil Ulama Ahlisunnah Waljamaah mengatakan bahwa Ali lahir di dalam Ka'bah, meskipun riwayat itu banyak ditentang oleh mayoritas ulama lainnya. Beliau adalah orang kedua atau ketiga (atas perbedaan pendapat dalam hal ini) yang memeluk agama Islam.

Pada saat peristiwa hijrah perannya sangat sakral yaitu menggantikan posisi Nabi Muhammad saw. di tempat tidurnya yang sedang diintai oleh kaum kuffar Mekkah, yang bisa saja itu membuat Ali mati terbunuh, Ali mengorbankan nyawanya demi keselamat Rasulullah saw.
Selang tiga hari dari hijrahnya Rasulullah saw. ke Madinah, Alipun tiba juga di Madinah disambut oleh para sahabat, dan setelah para sahabat yang hijrah dari Mekkah rampung di Madinah, Rasulullah saw.pun menyatukan sahabat Muhajirin (yang datang dari Mekkah) dan sahabat Anshar (yang ada di Madinah) dalam satu majelis, kemudian Ali mengikat persaudaraan, mempersaudarakan seluruh sahabatnya satu sama lain, karena secara acak, Umar bin Khattab langsung menjabat Abu Bakar yang ada di sampingnya, para sahabat yang lain saling mencari teman duduk untuk dijabat dan dijadikan saudaranya, semua saling berpasang-pasangan dalam ikatan persaudaraan, dan tersisalah dua orang tidak mendapat pasangan untuk dijadikan saudara, dialah Rasulullah saw. dan Ali bin Abi Thalib yang saling toleh-menoleh mencari teman. Akhirnya Rasulullah saw.pun tersenyum dan langsung menjabat Ali bin Abi Thalib.

Saat islam memiliki banyak tantangan di Madinah,
Ali muncul sebagai salah satu panglima yang tak pernah absen hadir dalam setiap peperangan, beliau dan Umar beserta Khalid bin Walid menjadi segilintir sahabat Nabi Muhammad saw. yang terkenal kepiawaiannya dalam peperangan dengan sebutan "واحد عد بألف" satu orang sebanding dengan seribu orang, hingga pada perang Khaibar menjadi saksi kedikdayaan Ali bin Abi Thalib, dimana perang itu berlangsung begitu lama tak kunjung ada kemenangan, dan akhirnya pada istirahat jeda perang, Rasulullah saw.pun bersabda bahwa esok bendera perang akan saya berikan pada lelaki yang mencintai dan dicintai Allah swr., mendengar itu, seluruh sahabat tanpa terkecuali Umar (kata Sayyidina Umar sendiri) juga tegang menantikan hari esok itu mengharap bendera itu diberikan pada mereka, namun ternyata besoknya Sayyidina Ali lah yang mendapat gelar pemangku bendera perang itu, dan ditangannyalah perang Khaibar bisa dituntaskan dengan satu moment yang terpahat rapi dalam sejarah ialah ketika Ali mengangkat pintu benteng orang-orang kafir dengan satu tangannya yang mana pintu itu tidak mungkin mampu diangkat oleh 30 lelaki biasa, Islampun menang di peperangan Khaibar.

Dan peristiwa pentingnya lagi dalam sejarah Imam Ali adalah pada perang Tabuuk, Rasulullah saw. mempersiapkan semua panglima dan serdadunya, dibariskanlah satu persatu, dan saat tiba pada giliran Ali, Rasulullah saw. tersenyum dan menyuruh Ali untuk menetap di Madinah dan tidak usah ikut perang, Imam Ali diperintah untuk menjaga para keluarga Nabi Muhammad saw..
Gagal ikut perang, Ali kecewa ditambah orang-orang pun mengolok-oloknya dengan perkataan "engkau sudah tak dibutuhkan oleh Muhammad".
Rasulullah saw. melihat wajah kecewa pada Ali kemudian Rasulullah saw.pun bersabda: "wahai Ali, apakah engkau tidak mau berada di posisi Harun dan Aku Musanya?", Imam Alipun tersenyum dan senang mendengar itu.

Saat Rasulullah saw. wafat diapun menjadi orang yang mempersiapkan penguburannya, dan setelah Rasulullah saw. wafat beliau khidmat menjadi panglima tertinggi pada pemerintahan tiga Khalifah sebelumnya.
Diriwayatkan bahwa aspirasi dan masukan dari Ali bin Abi Thalib tidak pernah ditolak oleh tiga khalifah sebelumnya.


image


Dan setelah wafatnya khalifah ketiga, dewan Syura yang dibentuk oleh Umar bin Khattab menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah keempat. Ali pun menjadi pemimpin umat Islam yang begitu adil dan bijaksana.

Namun, sempat terjadi perselisihan antara Sayyidina Ali dengan beberapa sahabat yang terdiri dari kerabat khalifah Utsman bin Affan, banyak dari mereka (antara lain sahabat Muawwiyah bin Abi Sufyan) yang menuntut Imam Ali untuk menyelidiki kasus pembunuhan misterius terhadap khalifah ketiga itu, ditambah fitnah-fitnah dari kalangan munafik yang menyatakan bahwa Ali mengetahui bahkan dituduh melindungi pembunuh Utsman, hal itu membuat suasana semakin memanas dan tegang.
Sebagian penentang Imam Ali ada yang sering memaki-makinya tiada henti, orang-orang yang di kubu Imam Alipun mengadukan itu, dan beliau hanya menjawab: "itu hanyalah cacian melawan cacian atau ampunan melawan cacian dan aku telah mengampuni".

Suasana perpolitikan antara Imam Ali dan sahabat Muawwiyah begitu memanas dengan bumbu-bumbu fitnah dari orang-orang munafik membuat perselisihan itu sampai pada titik perang saudara yang memakan banyak korban dan seluruh korbannya oleh ulama dinyatakan syuhada. Namun, ada kisah indah pada saat itu dimana perselisihan persaudaraan itu berhembus hingga ke kekaisaran Romawi.
Mendengar ada potensi umat Islam pecah, Kaisar Romawipun mengirimkan utusan pada Ali dan Muawiyah secara sembunyi-sembunyi dengan tawaran: "kami telah mendengar perseteruan kalian, dan kami ada di pihakmu, jika kamu mau aku akan penggal kepala lawanmu itu dan akan aku kirimkan padamu",
namun ya namanya sahabat Nabi, tanpa sengaja dengan kompak mereka marah dan tidak menerima tawaran itu.
Muawwiyah berkata: "apa urusan kalian hingga ikut campur terhadap perselisihan seseorang dengan saudaranya sendiri, sungguh aku tak butuh bantuan kalian", Imam Ali berkata lebih tajam lagi: "jika kalian tawarkan untukku kepala Muawwiyah, maka aku balik menawarkan untuk kalian, bagaimana jika aku kirimkan jutaan prajurit yang pangkalnya ada di Madinah dan ujungnya sampai di Roma untuk mengambil kepala Kaisar kalian dan akan aku persembahkan untuk Muawwiyah?".

Benar kata para ulama: "apapun yang terjadi antara para sahabat, kita wajib diam dan menetapkan pahala ijtihad bagi semua sahabat Nabi", Imam Ali sebagai mujtahid yang benar dalam konflik itu mendapat dua pahala,
dan Muawwiyah sebagai mujtahid yang kurang benar pendapatnya tetap mendapat satu pahala.

Imam Ali bin Abi Thalib, dialah pengganti Rasulullah saw. di kalangan keluarga/suku Bani Hasyim yang tersohor dengan kefasihan dan kesastrawanannya.
Kalam-kalamnya banyak dikumpulkan, dibukukan oleh para ulama.

Beliau wafat secara syahid di tangan seorang Khawarij, jauh sebelumnya Rasulullah saw.pun pernah mengabari akan terjadinya hal itu dengan sabdanya: "wahai Ali, aku menangis melihat di bulan ini nantinya engkau akan dibunuh oleh orang terkutuk disaat engkau hendak menuju Masjid dan pukulannya membuat jenggotmu seperti dicat merah oleh darah".
Dan benar, itupun terjadi, Imam Ali dibunuh dengan pukulan secara sembunyi-sembunyi dari belakangnya menggunakan pedang yang telah dilumuri dengan racun, saat pukulan itu tiba di kepalanya, spontan beliau berkata: "sungguh aku beruntung demi tuhannya Ka'bah".

Tiga hari beliau bertahan dengan bantuan para tabib hingga akhirnya racun yang sudah terlanjur menyebar meracuni beliau dan merenggut nyawa beliau.

Ada pro kontra terkait dimana kuburannya, Syiah meyakini itu berada di Najf, Iraq, sebagian Syiah yang lain meyakini itu ada di tepi timur Afganistan, dan ulama Ahlusunnah banyak yang memilih tidak menetapkan dimana kuburannya, hanya saja jasadnya dibawa oleh kudanya dan menghilang entah kemana, sebagian ulama menyatakan bahwa jenazahnya dikuburkan secara rahasia oleh Al-Hasan dan Al-husain atas wasiat dari Imam Ali sendiri, namun sedikit mengejutkan di tengah kompaknya ulama Aswaja yang tidak berani menetapkan tempat kuburannya.

Satu ulama aswaja Imam Khatib Al-baghdadi menyatakan bahwa jenazah Imam Ali dahulunya memang hendak dikubur di Iraq, namun oleh kedua putranya dipindahkan, lalu dimakamkan persis di samping Sayyidah Fathimah, di Baqi', Madinah. Imam Ali wafat pada 21 Ramadhan 40H atau 27 Januari 661M di Kuffah, Iraq.

Rahmat dan kecintaan serta ridha Ilahi selalu tercurah untuknya.


Regards,
@iamrifk

Sort:  

Tinggal Utsman ya yang belum...

udah mas, coba cek di blog saya

Hello @iamrifk, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64420.25
ETH 3150.23
USDT 1.00
SBD 3.99