Melewati tiga hari lebaran pemuda-pemuda di kampung kami punya kebiasaan yang unik, yaitu; Maumok Gulee Itiek. Kalau dalam bahasa indonesia-nya memasak gulai bebek.

Karena zaman sudah berubah dan gawai yang dipakai makin canggih, tak sulit merencanakan perihal memasak gulai bebek ini. Berbekal aplikasi WA, teman-teman diberitahu dan diwajibkan mengumpulkan uang Rp20.000 per orang.

Ketika uang sudah terkumpul, sore harinya teman-teman yang yang ada di tempat mulai bergerak dan berbagi tugas : dua orang pergi ke pasar membeli bebek, dua orang mencari bahan untuk bumbu, dua orang lainnya mencari tempurung dan kayu.

Bebek yang dibeli ada tiga ekor. Setelah disembelih dan dibersihkan kulit dan isi perut di pasar, sekelompok teman-teman lainnya mulai menghidupkan api untuk membakar itiek yang telah dijagal tadi. Pembakaran itiek ini supaya dagingnya keras, mudah dipotong dan rasanya yang mungkin lebih enak dilidah.

Bebek yang dipotong-potong

Setelah memotong kecil-kecil daging tersebut, daging disimpan, kami pun pulang. Sebab proses memasaknya akan dilakukan pada malam harinya.

Jam menunjukkan angka sembilan pas. Sudah banyak kawan yang berkumpul. Dan proses memasak bebek pun dimulai.

Lazimnya seperti berada dalam forum diskusi, memasak bebek juga menghadirkan banyak pendapat. Ada yang ingin rasa pedas, pedas sekali dan ada yang ingin tidak pedas.

Apa boleh buat, juru masak harus memutar otaknya untuk membuat masakan gulee itiek ini sesuai dengan selera semua kawan-kawan lainnya.

proses pertama

Cuaca agak mendung sebenarnya. Ketika menghidupkan api di tungku besi itu, gerimis sempat turun. Untunglah saat itu ada kawan yang merangkap sebagai pawang hujan dan satu lagi kawan yang konon, merupakan reinkarnasi dari Nagato yang bisa menghentikan hujan.

Seperti yang sudah diprediksi sejak semula. Gerimis reda, lantai dansa kembali dipanaskan.

Menunggu gulai yang dimasak adalah kenikmatan tersendiri yang sulit dijelaskan. Sejumlah kawan ada yang mondar mandir di dekat kuali atau mendekat melihat sekilas, seolah tak sabar mencipipi masakan yang pedas dan lezat ini. Mungkin ada yang menahan-nahan agar air liur tidak menetes dari bibir mereka. Tak ada yang tahu.

Ketika gulai masak, apalagi yang ditunggu, ambil piring dan menyedok nasi yang telah disediakan dan antri secara teratur di depan kuali.

Benar saja. Rasa tak pernah menipu lidah. Rasanya begitu enak. Juru masak kami memang professional ternyata. Pedasnya pas. Kuahnya pun sangat kental. Lezat sekali.

Dan rasa kantung pun mulai menyerang. 😀