Ancaman Generasi Milenial : Dugem Anak
Tak berselang lama sejak terbitnya informasi ini dari medsos "tetangga", saya langsung terpikir dengan objek pemberitaan ini, yakni anak-anak.
Anak-anak yang masih seumur jagung itu digelandang menuju kantor polisi dalam penggerebekan terakhir dari Cafe Ice Cream garden, komplek MMTC, jln. Selamat Ketaren, Medan Estate.
Anak-anak yang notabennya berada pada masa sekolah ini malah berpartisipasi dalam kegiatan amoral. Mereka memadati lantai 2 dan 3 gedung tersebut yang dibuat khusus tempat dugem bagi anak. Diskotik mini ini tentu saja menawarkan kehidupan indah yang instan dan fana. Parahnya, iya itu tadi, objeknya masih anak-anak.
Bisa dibayangkan, apa jadinya generasi Indonesia ini dengan fenomena kebanyakan anak-anaknya sudah menutup diri dalam memajukan kebangsaan? Boro-boro memikirkan hak hidup orang banyak, mengurus kehidupannya saja kacau berantakan. Anak-anak tersebut berpotensi merusak tatanan adat-istiadat keTIMURan kita. Akan kita temukan adegan mesum di berbagai media. Belum lagi kalau menghitung korban akibat peredaran narkoba. Iya salah satu sumbernya dari diskotik.
Belum tahu pasti maksud dan tujuan pengelola Cafe selain sudzon kita yaitu meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari usaha ini. Yang pasti, butuh upaya yang tidak biasa untuk memgembalikan anak-anak ini ke jalan yang seharusnya. Peran orang tua juga tidak mungkin dihindari.
Sebagai praktisi pendidikan, saya merasa tidak nyaman dengan pemberitaan ini. Sangat disayangkan bila generasi milenial yang sedang berkembang sekarang ini tidak memiliki landasan agama dan kebangsaan yang baik. Selain harus takut akan dosa, sebaiknya mereka sadar bahwa setiap warga negara memiliki tanggung jawab untuk memajukan bangsa besar ini. Tidak semata hanya memikirkan perut sendiri setelah itu selesai.
Di akhir kata, kita perlu juga memberikan apresiasi terhadap kinerja para Polisi. Berkat mereka, perbuatan amoral yang terstruktur seperti ini bisa ditangani dengan baik. Semoga saja, si pengelola dan objek mendapatkan balasan yang setimpal. Ingat, ada hakim yang sangat adil di atas sana.
Hidup itu hanya sementara, tak patut dihabiskan dengan sia-sia.
Terima kasih sudah membaca.
Salam pendidik.
Referensi:
1