50.000 [4]

Zaman boleh berubah Yin, namun restu keluarga dalam sebuah pernikahan itu penting. Bahkan sangat penting.

“Kalau pun keluarganya menolak wajar saja. Tak ada orang tua, yang menginginkan agar anaknya menikah orang miskin dan lain sebagainya. Semua orang tua juga menginginkan anaknya menikah dengan pria mapan. Emak juga begitu, kalau bisa Nuri nikah dengan yang sudah mapan,” sebutnya.

Emaknya juga menyakinkan bahwa rezeki selalu ada dari sang pencipta. Hanya saja, tergantung kegigihan kita mencarinya, berdoa dan beribadah pada maha Esa.

“Jangan khawatir menikah. Jika sudah menikah, rezeki itu akan ada. Terkadang bukan rezekimu, tapi rezeki buat anakmu,” sebut Dawiyah.

---

Hari yang ditunggu pun tiba. Apridar membawa pujaan hatinya bertemu Emak. Sang ibu tampak santai saja. Bicara seadanya, sesukanya, tanpa merubah intonasi bicara dari biasanya.

Sedangkan Tia lebih banyak diam dan menjawab pertanyaan dari calon mertua.

Emak juga menceritakan kondisi keluarga mereka. Agar Tia paham, bahwa putranya bukanlah pria mapan. Bukan pula pria yang akan menerima warisan miliaran rupiah. Satu-satunya warisan hanya rumah itu saja.

Tia hanya tersenyum, mencoba menyakinkan calon mertua bahwa dia bukanlah wanita yang melihat dari sisi materi.

“Materi kan bisa dicari sendiri nanti Mak. Terpenting bisa hidup rukun membesarkan anak-anak,” jawabnya dengan suara nyaris tak terdengar.

Pertemuan itu hanya berlangsung dua jam. Apridar lalu menghantarkan Tia ke kompleks perumahan PT Arun NGL di Batuphat, Lhokseumawe.

---