Catatan Lomba Menulis Artikel HIV/Aids di Aceh Utara

in #indonesia5 years ago

WhatsApp Image 2018-12-01 at 12.30.45.jpeg

Saya diminta menjadi salah satu juri dalam lomba penulisan artikel di Dinas Kesehatan, Kabupaten Aceh Utara. Temanya – saya berani, saya sehat-selaras dengan tema memperingati hari Aids dunia, 1 Desember 2018.

Juri lainnya, kolega saya, Jafaruddin Yusuf, Kepala Biro Harian Serambi Indonesia di Lhokseumawe. Saya dan Bung Jafar ini pernah sama-sama di Serambi Indonesia. Bedanya saya sudah veteran, dia masih aktif di Serambi.

Khusus di Serambi Indonesia, Jafar lebih dulu masuk setahun, kemudian saya menyusul. Saat Jafar masuk ke Serambi Indonesia, saya masih bergabung bersama Harian Aceh Independen (media ini sudah almarhum).

Lomba ini diikuti oleh peserta umum, mulai dosen, mahasiswa, lulusan dalam dan luar negeri, orang dengan HIV/Aids, serta pegawai dari berbagai Puskesmas di Aceh Utara, Bireuen dan Pidie.


WhatsApp Image 2018-12-01 at 12.36.03.jpeg
Pesertanya puluhan. Saya lupa angka pastinya, karena alpa mencatat total jumlah. Sekretaris panitia ini, Sri Mulyati Muktar, saya memanggilnya Kak Bos. Kami pernah sama-sama dalam Program Penanggulangan Daerah Tertinggal Khusus (P2DTK) di Aceh Utara, belasan tahun lalu. Bedanya saat itu Kak Bos di sektor kesehatan, saya di sektor pendidikan.

Di awal-awal, kami sempat khawatir akan jumlah peserta. Belakangan, luar biasa antusias. Ternyata kebiasaan—menjelang menit akhir—baru banyak naskah itu juga ternyata dalam even ini.

Saya dan Jafar membuat penilaian terpisah. Kak Sri sudah memilah naskah yang masuk kriteria lomba dan bagus. Ini memudahkan saya menjadi juri. Kami diberi mandat untuk memilih tiga nama (juara satu hingga tiga), plus lima nama juara hiburan. Awalnya, juara hiburan ini tidak ada. Saya menyarankan ada baiknya membuat hadiah hiburan, mengingat pesertanya bisa jadi ramai. Ini saya sampaikan saat diajak menjadi juri.

Masukan itu ditampung. Jadilah lima juara harapan itu. Soal besar-kecil hadiah itu kewenangan panitia. Saya tak ikutan. Termasuk nominal rupiahnya.

Ada dua nama menarik, pertama Teuku Kemal Fasya, yang kami tetapkan juara satu lomba ini. Kedua Asmaul Husna, muridnya Kemal Fasya. Keduanya saya kenal. Menarik, karena mereka ini guru dan murid.


WhatsApp Image 2018-12-01 at 12.45.32.jpeg
Nama lainnya, ada Bisma Yadhi Putra, ini juga saya kenal. Tapi kenal atau tidak kenal, itu tentu bukan unsur penilaian. Beberapa peserta lain dari pegawai kesehatan di sejumlah daerah, saya malah tidak pernah kenal.

Penialaian juri pasti seperti biasa, keselarasan tema dan tulisan, ejaan yang disempurnakan, gagasan, originilitas, dan solusinya.

Nilai saya dan Jafar digabung menjadi dua, lalu dibagi dua. Hingga keluarlah pemenang. Dari sisi nama-nama, hampir tidak ada perbedaan. Hanya satu atau dua nama juara harapan yang kami diskusikan, sedikit berbeda pandangan. Lalu kami simpulkan bersama. Maka ditetapkanlah pemenangnya. Kata Jafar, ini keputusan seperti vonis hakim mahkamah konstitusi, final dan mengikat. Tak ada perdebatan. Tak ada pandangan berbeda.

Dan, hari ini, panitia mengumumkan pemenangnya. Uang tunai dan sertifikat. Hadiah untuk hiburan saya tidak tahu. Dan tidak mau menanyakan ke panitia. Selamat bagi pemenang.


MASRIADI.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63799.64
ETH 3130.40
USDT 1.00
SBD 3.97