'INTRO' | RUMAH GADANG KOMUNITAS SENI DI PAYAKUMBUH

(Image: Iyut Fitra, Pendiri Komunitas Seni Intro Payakumbuh dan @mpugondrong suatu ketika di destinasi wisata budaya Kayu Kolek, Sitapa, Lima Puluh Kota - Sumatera Barat)

Selamat malam para Steemian di mana pun anda berada, semoga anda selalu dalam keadaan sehat, dilancarkan segala aktivitas dan tak kurang dari apa pun.

Saya, @mpugondrong sengaja menghadirkan postingan ini untuk mengenalkan sebuah Komunitas Seni yang ada di Payakumbuh, Sumatera Barat, Indonesia.

Komunitas Seni Intro ini memang termasuk kelompok yang aktif dan banyak menelorkan karya serta memunculkan nama-nama di tingkat nasional.

Memasuki usianya ke-28 tahun, saya ditabik untuk menuliskan perjalanan dan sejarahnya serta sedikit-banyaknya mengenai konsep yang dimiliki oleh komunitas ini:

KOMUNITAS SENI INTRO PAYAKUMBUH

'Intro' adalah nama dari sebuah Komunitas Seni di kota Payakumbuh yang begitu setia dalam melakukan aktivitas serta gerakan kesenian. Kekuatan komunitas ini ada pada ikatan kebersamaan dan dengan dielektika kreativitasnya sendiri yang matang.

(Image: Pajangan puisi di dinding tadir Rumah Gadang Minangkabau)

Sebagai salah seorang aktivis kampus diakhir tahun 1990-an, baik organisasi kemahasiswaan maupun kelompok/komunitas seni di Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang, saya sengaja datang dan hadir untuk merespon secara aktif kelahiran Komunitas Seni Intro ini pada awal-awal berdirinya.

Waktu itu, Seniman Muda Sumatera Barat sedang gencar-gencarnya melakukan Kelompok Studi Sastra dan Jurnalistik, serta menerbitkan karya-karya para sastrawan lapis ke-3 setelah angkatan Darman Moenir dan seniman/sastrawan di atasnya.

Begitu pula gairah kelompok independen yang memarakkan kesusastraan di media massa seperti Singgalang, Haluan dll, dengan menulis kolofon (di bawah) tulisan mereka yang sering di muat pada koran tersebut, seperti: Dangau Seni RELL, KPS, dan Kereta Nusantara.

Pada masa-masa ini, pada gairah kreativitas Sumatera Barat yang luar biasa inilah Komunitas Seni Intro lahir dan mengukuhkan sikap berkesenian mereka dengan gayanya yang tersendiri pula. Mereka muncul dalam kompetisi karya dan dengan kekuatan nilai kebersamaan yang luar biasa.

(Image: Kalau ke Intro, saya sering minum teh telor di sini, sebuah minuman khas penuh vitalitas ala Minangkabau)

“KOK S'TANG LU”: (“KOK S'TANG LU DIH”)

Ungkapan Iyut Fitra di atas adalah idiom bahasa Minangkabau yang artinya, ‘Merokok sebatang dulu, atau merokok sebatang dululah’.

Sepertinya ini merupakan filosofi kontemplatif yang memang dapat dijadikan 'intro' (menjelang) kegiatan atau difungsikan dalam menyikapi sebuah keputusan tentang pelaksanaan segala sesuatu kegiatan yang mesti dikerjakan. Ungkapan tersebut akhirnya menjadi kebiasaan yang menjadi biasa saja dan serta-merta tak begitu teracuhkan.

Bagi saya, ungkapan itu jadi lain. Ketika beberapa kali pulang ke Sumatera Barat dan singgah ke Komunitas Seni Intro: sebagaimana dulu, makan dan minum di sini, di rumah Gadang Pitopang ini, dengan kasih-sayang seorang Ibu yang selalu menerima anaknya (yang entah dari mana saja), ungkapan di atas jadi sesuatu yang bermakna dalam dan filosofis.

Tak terbayangkan masa lalu itu, tak terbayangakan lagi proses kelahiran Komunitas ini. Iyut Fitra, atau Zulfitra nama aslinya, laki-laki suku Pitopang ini telah menjadikan halaman Rumah Gadang persukuannya sebagai wadah aktivitas generasi muda dalam menciptakan kreativitas berkesenian. Ini betul-betul Minangkabau-ik. Sebuah Komunitas yang berdasar dan juga amat mengakar.

(Image: Halaman Rumah Gadang, yang ketika tidak dipakai latihan teater digunakan untuk diskusi ringan. Esha Tegar Putra (Penyair dan Peneliti), Koko Sudarmoko (Akademisi/Peneliti), dan @mpugondrong pada suatu ketika)

Di sinilah kreativitas itu mengalir, dari sinilah diskusi dan pemahaman hidup bertumpu. Selain Iyut Fitra, kawan-kawannya yang memang telah terikat lama, baik secara pergaulan, hobby, serta teman sepermainannya kembali menyatu dalam sebuah wadah yang baru, yakni: Seni dan Gerakan Kreativitas Kebudayaan. Sepengetahuan saya, mereka ini sebelumnya memiliki sebuah kelompok yang kuat dengan nama Slemak. Ketika Komunitas Seni Intro ini lahir, mereka pun sama-sama memelihara dan saling membesarkannya.

DIALEKTIKA KREATIVITAS

Dari sini saya ingin mengulas sedikit kandungan api kreativitas yang dimiliki Komunitas Seni Intro. Iyut Fitra bukanlah orang sendiri. Dia memiliki banyak kawan seperjuangan. Semua itu selalu terbina dan saling mengisi. Seingatan saya, ada beberapa nama yang masih lekat, antara lain: Yusril, Ijot, Sigit (alm), Opet, Cibot, Rudi, Coar, dll. Kekayaan pergaulan kelompok semacam ini memang ikut mengutuhkan Intro.

(Image: Penyair Cilik, tengah membacakan puisi 'Aku' Chairil Anwar pada acara 'Kenang Chairil' di Komunitas Seni Intro)

Setelah semuanya berpisah dan disibukkan oleh aktivitas cita-cita dan keluarga: Iyut Fitra setia dengan kreativitasnya sebagai Penyair. Dia mengembangkan sayap Komunitas Seni Intro ke wilayah Perguruan Tinggi, seperti Fakultas Sastra Unand Padang. Inilah persentuhan dan dialektika itu. Beberapa anggota Komunitas Intro pun setamat SMA di Payakumbuh pun ada yang akhirnya kuliah di sana.

Tidak hanya itu, Komunitas Seni Intro pun mengepakkan sayapnya yang kedua, yakni: ISI PadangPanjang. Selain Ijot yang terlebih dahulu kuliah di sana, kemudian disusul Dela, kemenakan kandung Iyut Fitra yang mengambil jurusan teater. Nggak kebayang sebelumnya bagi saya, Della, yang dulunya gadis kecil dan mengintip Om-omnya berkumpul dan tidak tahu itu lagi apa, kini Della telah pula menjadi penopang kreativitas di Komunitas Seni Intro.

(Image: Joind Bayuwinanda, Gus tf Sakai, Iyut Fitra, Yeyen Kiram, Yudilfan Habib, dan @mpugondrong pada sebuah pertemuan sederhana di 'Intro')

Lengkap sudah, lewat sebuah analogi dan kacamata kebudayaan, di usia yang ke-28th Komunitas Seni Intro, Mamak dan kemenakan Suku Pitopang ini selalu terbuka, dan dengan pikiran yang jernih dan hati yang lapang menerima masyarakat dan terkhusus generasi muda untuk dapat menikmati edukasi kreatif seni dan budaya di halaman Rumah Gadang.

Dialektika kreativitas, sebagaimana proses kesenian yang mereka alami sacara otodidak dan kemudian bersentuhan dengan dunia perguruan tinggi ini telah mengantarkan gerak seni dan kebudayaan pada maqamnya.

Lewat tapakan dan capaian prestasi melalui jalur kreativitas, baik sastra, musik, teater, dan film, Komunitas Seni Intro telah menggaungkan ‘Raung’-nya hingga singgasana nasional. Dari Jendela Rumah Gadang ini tentunya nanti akan bisa diintip bagaimana kiprah anggota komunitas ini berbicara secara internasional. Tinggal merapikan management dan program yang diprioritaskan. Kebersamaan adalah modal yang takkan usang dipanggang zaman.

28 TAHUN KOMUNITAS SENI INTRO PAYAKUMBUH

(Image: Para Siswa yang hadir dalam sebuah acara apressiasi seni yang dilaksanakan oleh Komunitas Seni Intro)

(Image: Koko Sudarmoko dan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, ketika sempat menghadiri acara di Komunitas Seni Intro Payakumbuh)

(Image: Suasana Saung Baca Komunitas Seni Intro ketika event Kenang Chairil berlangsung di Komunitas ini)

Dengan merunut perjalanan Komunitas Seni Intro Payakumbuh melalui catatan personal ini, saya dengan bangga mengucapkan selamat kepada semua anggota komunitas atau siapa pun yang terlibat di dalamnya. Salam budaya: ayo bekerja!

Meski pun banyak lagi sesungguhnya yang ingin saya sampaikan, apakah itu tentang sepak bola, kertas kowa, atau penyebutan Bapak Kelok 9 terhadap Iyut Fitra dll, tapi: "Kok s'tang lu...". Bukankah dengan perenungan-perenungan kecil, sirih secabik, pinang segatok dan rokok sebatang tentunya tetaplah jadi ijab-kabul tentang kepastian sikap dan dengan segala konsekwensinya.

Salam hangat KSI:
Irman Syah | @mpugondrong