Robot sebagai andalan regenerasi petani

Akhir-akhir ini saya melihat banyak artikel kawan-kawan yang menulis tentang sebuah kerisauan atas krisis petani dimasa depan. Regenerasi perlu diciptakan dengan berbagai alasan. Namun apakah logis, dengan segala kenyataan pertanian yang kita lihat seperti ini, regenerasi akan tumbuh di masa depan?

Saya kira akan sangat mustahil. Bahkan banyak anak-anak petani sendiri yang tidak siap hidup sebagai petani. Alasannya sederhana. Petani kita tidak akan kaya seperti halnya petani yang ada di Eropa. Memiliki tanah sendiri untuk digarap, kemudian hasil pertanian akan di tampung pemerintah dengan harga mahal.

Peran pemerintah didalam pertanian cukup besar. Sehingga efektivitas para petani akan didapatkan setiap tahunnya. Dan dengan sendirinya, generasi petani akan tercipta, tidak perlu di regenerasi, cukup dengan melihat hasil yang didapatkan oleh orang tuanya, yang lebih dari cukup, maka ia akan memilih menjadi petani.

Lantas apakah sama dengan kondisi yang didapatkan para petani di negeri kita. Ketika hasil panen para petani yang melimpah, justru pemerintah mengimpor hasil pertanian dari luar negeri. Sehingga harga hasil petani kita hancur babak belur. Mereka ingin merintih menjerit untuk berhenti menjadi petani. Tapi karena hanya itu keahlian mereka, sehingga memilih bertahan didalam belantara pertanian.

Nah, dari fenomena yang saya ungkap diatas, adalah realita yang harus diterima. Mengapa pertani di negeri kita cukup sulit untuk di regenerasi. Jadi hanya satu solusinya. Kekuatan digital, yaitu robot pertanian perlu diciptakan untuk mengantisipasi akan krisis para petani dimasa depan.