JANGAN MAU MENJADI GENERASI LEBAY: Ayo! Lebih Kritis Terhadap Isi Media

in #indonesia6 years ago (edited)

"Pada masa lalu, ketika dunia pertelevisian kita hanya diisi oleh TVRI, anak-anak dan remaja hanya mendapat hiburan dari tokoh boneka semacam Pak Raden, Si Unyil, Pak Ogah, dan lain-lain dalam serial Boneka si Unyil. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, ketika mulai bermunculan siaran televisi swasta, anak-anak dan remaja kita mulai kebingungan dengan pilihan tontonan mereka, alias keriuhan yang membingungkan." ~Kutipan dalam buku Kedaulatan Frekuensi, KPI.

Bukan hal asing lagi jika kita menyalakan televisi kita, maka yang kita temukan adalah tayangan yang 'sejenis' rasanya. Entah itu tayangan musik, reality show, sinetron, parodi, uka-uka, dsb.

Mengapa saya katakan sejenis? Karena hampir di setiap stasiun televisi, tema yang diusung per program acara hiburan adalah sama. Sama-sama tidak jelas format acaranya, selain untuk sekadar hiburan atau senang-senang belaka.

Jika kita merujuk kembali pada UU. No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, di sana secara jelas sudah diatur bagaimana fungsi media massa dan standar format tayangan televisi yang layak itu seperti apa. Setidaknya, ada empat fungsi institusi media yang harus dijalankan: edukasi, hiburan, persuasi, dan kontrol sosial. Namun, apakah ini benar-benar sudah dijalankan dengan baik?

Agaknya, posisi lembaga penyiaran Indonesia khususnya media televisi untuk saat ini memang berada dalam posisi yang sangat memprihatikan. Pasalnya, apa yang terlihat saat ini adalah banyak sekali stasiun pertelevisian yang cenderung menjalankan fungsinya sebagai media hiburan belaka yang minim edukasi.

Ini bukan sekadar asumsi belaka. Hampir di setiap tahunnya, masuk laporan pengaduan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers yang berisi kecaman terhadap konten program acara tertentu. Biasanya permasalahan yang ditemukan adalah program acara yang memfasilitasi adanya bentuk bullying seperti kekerasan verbal/non verbal, tindakan SARA, pengumbaran privasi, membangun budaya tidak baik/pencitraan negatif seperti gaya percintaan remaja, atau komodifikasi berlebihan terhadap kisah kehidupan seseorang (ex: kemiskinan, perceraian, meninggal, perkawinan, kelahiran, dsb)

Seperti baru-baru ini, lagi-lagi Dewan Pers mendapatkan keluhan tentang pelanggaran yang dilakukan oleh institusi media televisi oleh presenter-presenternya dan konten tidak layak tayang. Contohnya seperti acara Pesbukers yang kontennya jauh dari unsur mendidik dan tema ramadhan. Program acara ini sering menampilkan joke garing dari presenter plus joget seru-seruan secara jamaatan yang justru tidak mendidik di suasana ramadhan. Belum lagi pakaian seksi yang dipakai oleh presenter dan bintang tamu, atau gosip-gosip tidak penting berkisar masalah pribadi mereka.

Ada juga program yang dipandu oleh Uya Kuya, yang menampilkan aksi wawancara terhadap bintang tamunya dalam kondisi tidak sadar. Meskipun telah disetujui oleh yang bersangkutan, akan tetapi wawancara terhadap informan dalam kondisi tidak sadar jika merujuk pada regulasi maka pada dasarnya tidak boleh dilakukan.

Berikut adalah data yang berhasil dihimpun oleh Tirto berkaitan dengan adanya indikasi pelanggaran oleh media terhadap isi tayangan:

hl-4l4y_4.jpg

sumber

Beberapa pengaduan yang selama bulan Ramadhan ini datang adalah dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di antaranya adalah mengenai tayangan Brownis Sahur edisi 21 Mei 2018, yang menampilkan Ghibah terhadap sosok Angel Lelga mantan istrinya Vicky Prasetyo dan tayangan yang mencontohkan pergaulan bebas. Ada juga tayangan sahurnya Pesbukers edisi 21 Mei 2018, yang menampilkan joget erotis dan sensualitas Dewi Persik yang berbusana tidak layak di bulan ramadhan. Dan masih banyak tayangan lainnya di televisi yang dianggap MUI tidak layak tayang, terlebih lagi dalam suasan ramadhan ini.sumber

Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan, apalagi jika media-media ini memakai embel-embel ramadhan sebagai tema tayangannya. Sehingga alangkah tidak etis jika tayangannya tidak sesuai dengan kaidah religiusitas ramadhan yang dibawanya. Bukannya mendidik, akan tetapi justru merusak nalar berpikir penonton di Indonesia. Apalagi jika tayangan ini ditayangkan secara rutin di jam-jam prime time.

Apa jadinya generasi saat ini jika yang ditonton dan dikonsumsi adalah tayangan hura-hura belaka?

Jangan Mau Menjadi Generasi Alay

Menyaksikan zaman gila,
Serba susah dalam bertindak,
Ikut gila tidak akan tahan,
Tapi kalau tidak ikut-ikutan gila,
tidak akan mendapatkan bagian,
Kelaparan pada akhirnya,
Namun telah menjadi kehendak Allah,
Sebahagia-bahagianya orang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.
(Serat Kalatida karya R. Ng. Ronggowarsito)

pesbukers.jpg

Maraknya tayangan hiburan di media pertelevisian Indonesia yang format acaranya sekadar untuk bersenda gurau belaka, menunjukkan betapa lebay-nya kualitas acara hiburan media di Indonesia. Mungkin ini sesuai dengan sajak di atas, bahwa dalam dunia perbisnisan industri media, orang-orang dituntut untuk menjadi gila dan lalai untuk mendapatkan bagiannya. Namun, yang patut kita sadari adalah sebahagia-bahagianya orang-orang yang mampu mendulang bagian dari kegilaan itu, masih lebih bahagia orang yang waspada dan sadar.

Dan, kita mau menjadi bagian kelompok yang manakah?

Kita adalah apa yang kita konsumsi

Agaknya ungkapan ini sangat tepat ditujukan kepada kita sebagai khalayak media televisi di Indonesia. Apa yang kita nikmati dari media televisi menunjukkan bagaimana "diri kita" itu sendiri. Jika yang kita nikmati adalah tayangan yang berkualitas, maka berkualitaslah isi pikiran kita. Pun begitu jika yang kita nikmati setiap harinya adalah tayangan-tayangan lebay yang disajikan oleh media tersebut, maka lebaylah kita.

Untuk itu, jangan mau kita termasuk ke dalam golongan generasi lebay. Generasi yang hidupnya hanya sekadar bersenda-gurau belaka, tidak ada isinya, dan tidak memberikan faidah pada yang lainnya.

Caranya seperti apa?
Stop menonton tayangan yang tidak berkualitas dan lebih kritis dan bijak menggunakan dan mengonsumsi media massa terutama tayangan-tayangan televisi.

Pada dasarnya, yang dikejar oleh sebagian media pertelevisian adalah rating. dan rating ini sangat ditentukan oleh banyaknya jumlah penonton terhadap suatu acara. Jika banyak yang menonton, tinggilah rating acara tersebut, dan dipertahankanlah acara itu sampai kapan pun. Jika kurang penonton, maka kita juga tidak asing melihat program acara tertentu yang tiba-tiba saja dihentikan tayangnya oleh media. Semua tergantung pada penontonnya.

Media yang menerapkan sistem kapitalisme sangat bergantung pada rating untuk menghitung untung dan rugi. Selama program acara tersebut menciptakan rating yang tinggi, meskipun tidak bermanfaat sekalipun, maka akan tetap dipertahankan. Inilah yang menjadi alasan mengapa program acara Dahsyat, Pesbukers, Brownis, dkk tetap ditayangkan meskipun telah ditegur berkali-kali karena dianggap melanggar standar program tayangan. Tidak lain karena masih banyak khalayak yang mencintai dan susah melepaskan dirinya untuk tidak menonton acara seperti ini. Khususnya bagi khalayak dengan tingkat dedikasi kurang.

Oleh karena itu, bagi yang sudah mengerti jangan mau jadi generasi alay. Jangan mau jadi generasi yang diperalat media hanya untuk menciptakan rating bagi media itu sendiri. Sadar atau tidak, ketika kita menonton acara seperti ini, secara tidak langsung kita semakin membantu media untuk meraup keuntungan bagi perutnya sendiri, sedangkan kita sendiri terus-menerus dijejali dengan sampah-sampah yang merusak nalar dan moralitas diri.

AYO! SADARLAH TEMAN.

ksi.jpg

Sort:  

Alay itu apa kak ya😄😄😄

Alay itu singkatan dari Anak Lebay. Hahaha. Istilah yang populer dulu, buat generasi yang hobinya gila-gilaan ga karuan, di luar nalar kita. Hehe

Owh gitu ya kak, moga aja jangan banyak terlahir generasi yang alay ya kak, jadi ribet kalau kebanyakan anak alay hehehe 😄😄

Informasi yang sangat berguna..

Terima kasih omze. :)

This post has received a $71.43 % upvote from @siditech thanks to: @syawal85.
Here's a banana! banana-small.png

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by putrimaulina90 from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64420.25
ETH 3150.23
USDT 1.00
SBD 3.99