‘Ija Kroeng’ Merawat Tradisi dengan Desain Kekinian

Anak muda punya dua pilihan di masa depan, Ikut arus (meneruskan pekerjaan yang sudah biasa) atau berkreatifitas dan membuka usaha sendiri. Bagi bang Khairul Fajri Yahya, owner Ija Kroeng, pria berambut gondrong ini memulai bisnis rumahan dengan cara mereaktulisasi Ija kroeng Aceh. Pada jaman dulu masyarakat Aceh memakai ija kroeng (kain sarung) kemana-mana. Mungkin sebelum celana ditemukan. Lama-kelamaan yang memakai ija kroeng ketika salat saja dan ketika lebaran saja. Di tangan dingin beliau Ija Krong Aceh disulap menjadi produk yang trendy yang digandrungi kawula muda.

Motif yang mainstream ija kroeng yang di produksi massal di nasional kita lihat bercorak kotak-kota dan berwarna campuran. Saat memulai bisnisnya bang Khairul menancapkan moto, bersarung elegan adalah dengan sarung yang berkualitas. Bukan dengan yang mahal, ada kain sarung dijual jutaan tapi tidak berkesan elegan. Dengan mode simpel ini, Ija Kroeng mulai dipakai, tidak hanya untuk salat saja.

Source

Ups! bukan Kharul yang ini.

Ija krong bikinan khairul simpel dan mewah, dengan bahan bagus (cotton) dan untuk satu piece sarung, satu warna saja, dengan hiasan motif khas Aceh. Khairul Yahya Membuat kain sarung dengan filosofi-filosofi Aceh, misalnya yang mode terbaru adalah paduan antara gagang Rencong Peusangan dan Setengah Pinto Aceh. Kalau mode yang original adalah pintoe Aceh utuh, dan ditambah dengan ukiran kerawang Gayo disampingnya.

Kemudian pada edisi berikutnya, kesan kerawang gayonya semakin kental di produknya kala tahun 2017. Khairul membuka bisnisnya di rumah. Dan orang-orang datang ke tempatnya karena kualitas yang dia tawarkan. Beliau meniru kesuksesan pembuat jam tangan swiss Army pertama, walaupun tidak berjualan di toko besar ditengah kota, tapi bapak ini membuat orang-orang mengantre membeli jamnya. Sekarang sudah dunia online. Segala macam produk ada info lengkapnya di dunia maya. Orang tak perlu berbelanja lagi di Mall-mall besar, tinggal pesan klik dan bayar melalui internet banking dan barang diantar ke pintu rumah.

Source

ini penampakan Ownernya yang keren dan gaul

Begitu prinsip Bang Khairul, jadi dia memotong anggaran besar untuk menyewa toko dan uang itu bisa dimaksimalkan untuk mencari bahan bagus, untuk produksi Ija Kroeg-nya. Sekarang perusahaan ritel banyak yang gulung tikar karena digerus oleh aplikasi online shopping seperti Shoppe, Bukalapak, dan lain-lain.

Source

Untuk promosi produk, Khairul ikut kegiatan yang diselerenggarakan komunitas-komunitas di Aceh, baik sebagai pembicara, maupun sebagai sponsor yang menyediakan paket hadiah produknya. Beliau juga ikut acara enterpreneur baik lokal maupun nasional bahkan internasional, untuk membranding lebih luas pakaian khas Indonesia ini.
Saat saya temui di rumahnya, beliau bangga dengan memakai produknya Ijakroeng dan dengan semangat dia menjelaskan produknya yang terbaru, yaitu baju muslim dengan motif Cap Sikureung yang merupakan stempel kerajaan Aceh jaman dahulu.

Baju ‘lebaran’ yang diproduksi terbatas ini sudah sold out, padahal saya juga mau beli. Beliau dengan semangat menceritakan bagaimana riset tentang cap Sikureng, dia mendatangi ahlinya untuk mendengar cerita tentang Cap sikureng dan ditulis di copy writing dipajang di depan rumahnya. Bersama puluhan plakat penghargaan yang dia terima dari berbagai Acara yang Khairul ikuti.

Source

Di rumahnya, Garasi dijadikan sebagai tempat memajang berbagai model Ija kroeng, baik kain sarung maupun celana sarung yang sedang booming sekarang ini. Tersedia berbagai varian warna dengan motif khas Aceh yang elegan.
Beliau menjamin pemakai Ija kroeng buatannya, pasti keren dan akan dilirik orang. Harga persatuan Ijakroeng berkisar 100-400 ribu, tergantung ukuran dan bahan kainnya.

Dari Lantai dua Gedung Aceh Documentary, Setui, Riazul Iqbal Melaporkan!