Mendengar Curhatan Madridista
Barangkali, fans Real Madrid atau lebih tepatnya fans Cristiano Ronaldo sedang mengalami saat ini. Mereka kehilangan orang asing yang paling disayang selama 9 tahun bermukim di Santiago Bernabeu. Kita semua tahu bahwa Cristiano Ronaldo sudah resmi hijrah ke Juventus mulai musim depan. Kepergiannya meninggalkan berbagai efek domino. Terutama bagi mental fans Madrid atau yang sering disebut Madridista.
Entah berkah atau kutukan, saya berada d antara Madridista yang sedang galau-galaunya. Padahal saya sendiri adalah fans Barcelona. Tapi tetap, saya juga merasa kehilangan Ronaldo sebagai pesaing Lionel Messi di Liga Spanyol. Saya jadi takut Liga Spanyol akan membosankan macam Liga Jerman dan Liga Italia yang dimonopoli oleh satu kesebelasan.
Sekarang kita balik lagi ke fans Madrid. Terhitung sudah dua hari kuping saya mendengar curhatan mereka. Ada beberapa teman saya yang benar-benar menggilai Ronaldo. Rasa-rasanya dia lebih kehilangan sosok klimis tersebut dari siapapun. Saya mengira loyalitasnya mendukung Ronaldo patut diacungi jempol. Saya yakin, sangat yakin, dia mencintai Ronaldo melebihi presiden Real Madrid sekalipun.
Tadi bakda subuh dia menelpon. Saya buru-buru mengangkatmu. Karena saya pikir, hanya orang-orang yang memiliki hal penting untuk dibicarakan yang rela menelpon sepagi itu. Ayam saja belum berkokok. Tapi hp saya sudah berdering karenanya. Katanya, ia sudah dua hari urung tidur lelap. Matanya sudah menghitam. Katung matanya pun sudah mulai muncul pertanda ia memang susah tidur.
Saya menyangka dia insomnia belaka. Tetapi setelah dia cerita panjang lebar, disitulah saya benar-benar terkejut. Rupanya yang membuatnya susah tidur adalah kepindahan Ronaldo ke Juventus. Ini bukan lelucon. Hanya orang-orang tak berperikemanusiaan yang menertawakan kehilangan macam itu. Saya tentu tidak melakukannya. Saya mendengarnya dengan duka cita sambil menahan butiran air mata tumpah.
"Saya tak bisa melihat Real Madrid tanpa Bang Ronal. Benar-benar tak sanggup", dia membuka percakapan. Sudah kebiasaan memang, dia menyebut Cristiano Ronaldo seperti itu, "Bang Ronal". Itu menandai dia punya hubungan psikologis jarak jauh dengan pemain berjuluk CR7 itu. Dia sudah menganggap Ronaldo sebagai abang kandungnya sendiri. Saya pikir ini apik.
Berkali-kali saya membuatnya sabar dan berhenti menangis. Tapi tentu saja itu sia-sia. Seorang teman pernah berujar, di dunia ini ada dua hal yang sia-sia dilakukan. Pertama adalah memasukkan air kedalam ember bocor. Kedua adalah menasehati orang patah hati. Saya kira dia memang betul. Saya mengalaminya dengan fans Ronaldo ini.
Meski demikian, saya tetap mencoba kuat dan terus menasehatinya. Saya bilang, tak ada yang perlu ditangisi sampai berhari-hari. Sesedih apapun itu. Hidup harus tetap berjalan. Biarkan tragedi yang ada di dalamnya menjadi kecelakaan kecil yang cukup ditangisi satu hingga dua hari. Semua orang pada dasarnya akan merasakan kehilangan. Ini yang sedang kamu dan seluruh Madridista alami.
Saya terus saja mengoceh macam ibu kos nagih uang bulanan sama mahasiswa akhir bulan. Melihatnya menangis sederas itu membuat kekuatan lain muncul dalam diri saya. Inilah yang membuat saya tak henti-hentinya menasehatinya. Saya berkali-kali meyakinkannya bahwa Madrid akan mendapatkan pengganti Ronaldo. Si teman hanya diam. Saya kembali melanjutkan. Si teman tetap diam.
Beberapa menit saya ngoceh dan dia hanya diam. Saya mulai khawatir dan berpikiran buruk. Jangan-jangan dia sudah mati bunuh diri atau semacamnya. Bukan tanpa sebab, ayahnya pedagang obat-obatan untuk tanaman. Dia juga menjual segala racun hama. Saya jadi berpikir kalau dia minum rondap (obat pembasmi rumput liar). Beberapa kali saya memanggilnya dan dia diam saja. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya dari balik telpon terdengar seperti suara orang ngorok. Setdahhhh.. Rupanya dia tidur.... 😂😂
Regards
)