Mengintip Pagi Dari Sebuah Bilik Kecil Sembari Membuang Setengah Kemalasanku

in #indonesia6 years ago


Kusibak gorden usang yang entah berapa lama tak mengenal air. Ornamen yang dirancang oleh laba-laba dengan nalar arsitek hebat menghiasi hampir seluruh daun jendela dan seluruh sudut ruangan. Ruang kecil dimana aku tersandera oleh kemalasan dilengkapi sebuah kipas angin yang sudah sejak lama tak pernah dibersihkan. Di sini ku mengintip pagi. Ku menguping, di ruang sebelah beberapa orang sedang sibuk dengan berbagai kegiatan mereka. Sementara aku mengurung diri di bilik yang seakan tak bertuan ini.

Ku pilih ruang kecil ini untuk memenjarakan seluruh kemalasan yang menggelayut manja di pundak ku. Bukan hanya memenjarakan segudang kemalasan yang mungkin tidak akan tertampung ruang sekecil ini. Malas ku lebih besar dari ukuran ruang berdiameter 2 x 3 m dengan ketinggian 5 m ini. Ku yakin malas ku akan meluber sampai mengisi segenap ruang-ruang yang ada dalam bangunan ini. Disinilah ku mengintip pagi.

Kipas angin yang sudah tak lagi bisa berdiri kokoh, dengan deru dinamonya melebihi suara sebuah kilang padi keliling yang mengitari setiap kampung untuk mengintai setiap warga yang menjemur padi di halaman rumah mereka terus saja menderu sejak aku menempatkan diri di bilik ini. Sesekali ku sibak kembali gorden yang pantang ku hempas, semburan debu pasti akan memenuhi ruang tak terjamah sapu ini. Ku disini mengintip pagi.

Matahari di luar sana sudah sepenggalah atau bahkan bayangannya sudah tidak lagi sepanjang galah. Waktu dhuha sudah tiba. Ku dengar di bilik air yang juga bersisian dengan ruang yang hanya dialasi oleh sebuah sajadah panjang beberapa orang masuk. Mereka mencuci tangan kanan dan tangan kiri masing-masing tiga kali. Lalu semburan air setelah berkumur ku dengar juga tiga kali semburan. Rasa-rasa gemericik air berikutnya yang ku dengan mereka sedang membasuh muka, itu tak lebih hanya dugaan ku saja. Selanjutnya perkiraanku orang yang berada di bilik air itu membasuh kedua lengannya sampai siku, air yang dituang dengan menggunakan gayung tak terlalu banyak. Ada gemericik air yang lebih sedikit sebanyak tiga kali dan dapat kupastikan dia sedang membasuh sebagian kepalanya dan juga tiga kali selanjutnya untuk membasuh telinga. Air dengan jumlah banyak tidak kurang dari enam gayung diguyur dan itu pasti dia sedang mencuci kaki sampai kedua mata kakinya.

Apa yang ku dengar itu rasanya seperti orang yang sedang berwudhu. Untuk melaksanakan shalat dhuha barang dua rakaat. Tapi aku masih di sini di bilik penuh laba-laba tak pernah terjamah sapu lidi. Malasku belum habis ku bongkar. Masih tersisa setengan lagi yang masih bertengger di pikiranku, ruang ini sudah penuh dan perlu ku mencari ruang lain yang tidak lebih kecil dari ruang ini agar malasku tertampung di sana.

Di sisi barat dari bangunan ini ada sebuah ruangan yang kebih besar, tapi mungkinkah malasku kutuang di sana? Itu tidak mungkin karena temanku yang bari saja siap berwudhu pasti sedan di ruang itu menghadap Allah SWT, bermunajat, bersimpuh diri di hadapan-Nya. Biarlah malasku kubasuh dengan air saja serupa yang dilakukan oleh temanku tadi. Biar malas itu memenuhi bak penampung air buangan dan juga septic tank. Kukira itu lebih cocok tempatnya. Malas itu biar terkubur di sana.

Itu rencana yang lebih baik dengan apa yang sudah kulakukan. Memenuhi sebuah ruangan dengan setengah malasku. Semoga bila malam tiba saat pemilik ruangan ini datang tidak tertular dengan seabrek malasku, dan ktika dia membuka pintu tidak lantas malasku tumpah ruah menindis tubuhnya yang ringkih itu. Bila itu terjadi aku malu bertanggung jawab pada pmilik ruangan ini yang masih jomblo itu.

Gorden usang itu tak lagi bisa ku singkap. Tertimbun sudah gorden itu dengan segenap malas yangbbelum habis ku hamburkan di sini. Tak lagi ku bisa mengintip pagi, tak bisa juga kupanjat tumpukan malasku yang sudah mencapai langit-langit. Aku betul-betul harus keluar dari bilik ini dan masuk bilik air untuk kuhanyutkan saja malasku biar memenuhi dua bak penampungan yang ada di belakang bangunan ini.

Aku tak mungkin berani keluar dari ruang ini sebelum seluruh penghuni yang ada disini pulang. Bajuku yang ku tanggalkan tadi ketika masuk dan merebahkan badan disini ku gantung di kosen jendela. Tak lagi dapat ku ambil karena sudah terhimpit dengan malas yang sudah memenuhi ruangan, akupun sudah terhimpit dipintu yang hanya menyisakan sedikit rongga untuk tetap bisa ku bertahan di ruangan penuh dengan kemalasanku. Aku harus bertahan disini sampai semua penghuni bangunan ini kembali ke rumah mereka masing, dan itu masih membutuhkan waktu 4 jam lagi. Sanggupkah aku berada di sini?

Sort:  

Congratulations, your post had been chosen by curators of eSteem Encouragement program. Feel free to join and reach us via Discord channel if you have any questions or would like to contribute.

Also,

DON'T FORGET TO CREATE YOUR OWN @REVIEWME PROFILE TO START EARNING CREDIBILITY STARS FROM THE COMMUNITY!

CREATING YOUR PROFILE IS EASY! JUST FOLLOW THE STEPS HERE ☜(ˆ▿ˆc)

You can trade your earned credstars for SBD!


eSteem Curators

Thanks for your support. This Review My Profile

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63475.77
ETH 3117.23
USDT 1.00
SBD 3.94