Langit Merah Saga

in #indonesia6 years ago (edited)

image

Sources

Derrrttt deeerrtttt deeerrrttt

handphoneku bergetar tanda sms masuk, dan tentu saja sudah ku ketahui siapa pengirim smsnya.

*“Jadi?” *

*“iya, jemput ya!” * dengan cepat aku mebalas sms dari Farel dan bersiap-siap mengeluarkan sepedaku

Hari ini kami sudah berjanji akan jalan-jalan sore, sebenarnya bukan jalan-jalan lebih tepatnya bersepeda santai. Iya, kalau tidak ada halangan aku dan Farel rutin bersepeda setiap minggu sore untuk sekadar bertemu dan melakukan hal gila seperti menertawakan pasangan yang sedang berjalan kaki karena motornya mogok atau seperti saat ini kami sedang menertawakan seorang wanita yang memeluk laki-lakinya dari belakang dengan erat saat naik motor. Dan setelah mereka sadar karena telah di tertawakan, Farel dengan cepat mengayuh sepedanya dan memberi aba-aba padaku untuk lebih cepat akupun mengikutinya.

Dia adalah laki-laki yang selalu membuatku tertawa meski itu adalah hal yang tidak lucu sama sekali. Terkadang hanya aku dan dia yang mengerti candaan yang kita buat sendiri. Orang lain yang mendengar mungkin hanya diam tak mengerti. Tapi ntah kenapa, aku bahagia.

“hahaaha cape?” ucap Farel tak bisa menahan tawa sambil menggowes sepedanya pelan karena sudah berada jauh dari orang-orang itu

Aku menggeleng “bagaimana mungkin aku capek, kalau jalan berdua sama kamu?”

Farel tersenyum

“duduk situ yuk” Setelah lelah menggowes Farel menunjuk sebuah tempat pertambakan di depan sebuah bangunan pabrik. Meskipun aku sering lewat tempat ini, tapi tak pernah kesini sebelumnya.

“katanya mau ke pantai, engga jadi?” protesku pada Farel saat ia tidak jadi mengajakku ke pantai. Tentu saja aku protes, ini tak sesuai kesepakatan di awal.

“kamu udah capek, perjalanan ke pantai masih lumayan jauh. Lagipula pemandangan disini engga kalah bagusnya kok ra” ucap Farel berusaha membuatku mengiyakan ajakannya

Karena benar aku juga sudah lelah lebih baik tak berkomentar apa-apa lagi, aku mengikuti farel ke sebuah pertambakan dan duduk di sana

“sebenarnya disini ada yang pengen aku tunjukin” ucap farel metapku

“apa?” tanyaku penasaran

“merah saga” ucapnya singkat.

“apaan itu?” tanyaku lagi tidak mengerti

“liat aja nanti, sabar ya. bentar lagi muncul”

Aku makin tidak mengerti apa itu merah saga. Tapi aku juga tidak mau di bilang bawel kalau terus-terusan bertanya. Sambil menunggu merah saga muncul kami menyibukkan diri dengan handphone masing-masing. Aku dan farel jika bertemu memang jarang sekali berbicara banyak, kami biasa di sibukkan dengan handphone masing-masing. Farel yang sibuk dengan mendengarkan mp3 di handphonenya kemudian membalas beberapa chat yang entah dari siapa, sedangkan aku sibuk berselfie ria. Ya hanya itu yang biasa kami lakukan, tak ada yang spesial.

“sekarang tanggal 14 ya? aku tidak menyangka kita bisa sampai sejauh ini” aku mulai membuka suara. Ini adalah hari jadiku dengan dia. Sekarang aku udah bersamanya selama setahun.

farel melepaskan headset di telinganya “kamu menghitungnya?”

“tidak sengaja aku melihat tanggal tadi, memangnya kenapa?”

“apakah harus di hitung?” farel berbalik nanya kepadaku

aku terdiam, tidak menjawab pertanyaan farel. Bukankah memang kebanyakan dari sepasang kekasih selalu menghitung berapa lama ia sudah bersama.

“entah mengapa aku tidak suka menghitung sudah berapa lama kita bersama ra”

aku menatap mata farel kemudian ia melanjutkan perkataannya lagi seperti mengerti ari tatapanku yang bermaksud “mengapa?"

“buatku tidak perlu dihitung, entah sudah berapa minggu, bulan, atau tahun kita menjalani ini. Jalani saja apa yang sudah harus kita jalanin. Tanpa perlu di hitung”

Lagi lagi aku terdiam. Aku berpikir dia tak ada niat menjalani hubungan ini.

“jadi kalau ada yang nanya soal sudah berapa lama kita bersama aku tidak perlu repot-repot menghitungnya lagi. Tapi aku akan jawab ‘selamanya’ gimana ra? Setuju kan kalau kita tidak usaah menghitungnya lagi?

Aku terkejut dia berkata seperti itu, hampir saja air mataku menetes, akhirnya aku mengangguk mengerti.

image
Sources

“Aira….. liat merah saganya!” Farel menunjuk ke arah langit
“MasyaAllah" gumamku

Aku melihat matahari yang mulai tenggelang di ufuk barat inci per inci, aku yang terkagum-kagum atas keindahan ciptaan Allah tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memuji-Nya. Ini pertama kalinya aku melihat senja sedekat ini. Benar-benar indah dan sangat mengagumkan. Akhirnya aku mengetahui arti dari merah saga yang sudah dari tadi ku pertanyakan.

“kamu tau darimana tempat ini rel?” tanyaku pada farel sambil tersenyum “bytheway thanks ya rel untuk semua ini”

“aku sering kesini, liat merah saganya lebih dekat dari pada dari pantai. Kamu suka ra?”

Aku mengangguk, dan kembali menikmati keindahan senja. Ah rasanya aku tak ingin ini berlalu begitu cepat. Bersamanya menatap merah saga itu sudah cukup bagiku.

“pulang yuk” ajak Farel

aku menggelengkan kepala "engga mau"

"ayokkk, udah mulai gelap nih" ajak Farel sambil menarik tanganku mencoba membangunkan saat aku tidak ingin beranjak dari tempat itu “nanti kesini lagi” katanya lagi

“janji?” ucapku mencoba melakukan penawaran

Farel mengangguk

“baiklah” ucapku kemudian beranjak dari tempat itu dan kembali pulang

Hari ini senjaku sangat sempurna, dan mulai detik ini tempat itu ku beri nama merah saga. Karena di tempat itu aku bisa sangat jelas melihat senja. Aku ingin senjaku berikutnya tetap bersamanya, selamanya.

Sort:  

Senja dan Pagi selalu menyisakan remah-remah yang berbeda

Seru ceritanya 👍

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64400.33
ETH 3140.71
USDT 1.00
SBD 3.93