Seminggu Setelah Kamu Pergi

Aku kira, aku telah berhasil melupakan segala hal-hal tentangmu dan siap membuka hati untuk seseorang yang baru. Kupikir juga, aku mampu membuka mata bahwa ada seseorang yang ingin membahagiakanku. Usahaku sudah cukup keras untuk mematikan perasaan. Segalanya terasa lebih berat. Tak mudah berhenti pada seseorang yang kita temui setiap hari. Kamu sudah menjadi bagian dari hari-hariku yang bahkan hampir setiap hari tak pernah absen melihat senyummu. Dan sekarang aku harus berusaha untuk terbiasa dari hal-hal yang tak biasa kulakukan.

Aku kembali menatap ponsel dan berharap ada pesan singkatmu di sana, tapi ternyata tidak ada sama sekali namamu. Hanya ada pesan dari beberapa temanku dan grup yang tak pernah berhenti masuk. Aku menghela napas panjang sambil menatap langit-langit kamarku dan mengingat betapa bahagianya aku dulu. Bagaimana kamu bisa begitu tabah menghadapiku yang begitu keras kepala. Tapi, kamu tak pernah berhenti menerimaku berkali-kali.

Dulu, kita sering berbincang tentang banyak hal, tapi kini bagaikan orang asing yang tak saling kenal. Setiap hari aku berusaha menerima kenyataan dari perubahan yang sedang kita alami. Bahkan, setiap hari aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa suatu saat pasti aku bisa berjalan sendiri. Namun, ketika melihatmu dengannya bahagia, ada luka yang tergores lagi. Mengapa masih sesakit ini? Kamu memang pantas berada di pelukan wanita yang kamu cintai. Kamu juga layak diperjuangkan oleh seorang wanita yang tentunya bukan aku. Namun, setiap kali mengatakan itu, sebenarnya hatiku patah.

Sources

Ketika kamu bisa dengan mudah melupakan segalanya. Kebersamaan kita selama ini bagai tak ada arti. Kebersamaanmu dengannya kini sudah cukup menjawab semuanya hal yang kuterka-terka selama ini. Aku bukanlah sosok yang selama ini kamu inginkan dan kamu harapkan. Sedangkan aku yang bersusah payah berusaha semampuku untuk membuatmu bahagia, namun usahaku tak terlihat di matamu. Seakan kamu sedang dibutakan, entah oleh apa, aku tak tahu.

Sekarang, aku sedang melatih diriku sendiri untuk mandiri melakukan segala sesuatu yang selalu dibantu oleh tangan hangatmu. Awalnya amat berat, pada siapa aku bertanya hal-hal yang tak mampu ku lakukan sendiri? Seakan aku kehabisan cara untuk menyelesaikannya. Tapi, pada akhirnya aku bisa melewatinya tanpa bantuanmu. Aku bisa sekarang, aku bisa. Kamu bukanlah orang yang ku cari lagi saat aku sedang membutuhkan pertolongan, ada tangan lain yang mau mengulurkan tangannya. Aku amat beruntung.

Salam hangat,

@sfa