Ramadhan kareem

Sudah Ramadhan lagi. Padahal belum jelas apa yang kudapat pada Ramadhan lalu. Benarkah hatiku lebih bersih, benarkah pikiranku lebih bijak, benarkah tiap hembusan napasku memiliki berkah?

Aku malu. Bukan hanya pada diri sendiri namun juga pada Yang Memiliki Jagat dan asisten-asistennya yang bersayap itu. Bukankah makhluk langit yang bertugas mencatat semua tindak tanduk manusia? Tentu mereka juga tahu bagaimana bejatnya pikiranku, busuknya hatiku.

Ah Tuhan, di Ramadhan kali ini, aku kembali datang. Bukan dengan hati ikhlas seperti yang sering diceramahkan oleh ustad-ustad itu. Aku datang dengan tangan berlumur dosa, hati hitam dan perut penuh lumpur. Aku tahu, aku tak pantas mendapat ampunan tapi bagaimana mungkin aku sanggup menantang nerakamu.

Tuhan, di Ramadhan kali ini aku belum yakin selama shalatku aku hanya memikirkan Engkau. Mungkin saja, shalatku juga hanya karena takut nerakamu atau karena aku sudah terbiasa. Shalatku mungkin cuma rutinitas, tak ada urusannya dengan-Mu. Puasaku juga cuma formalitas menahan lapar dan haus, tak berkorelasi dengan peningkatan akhlakku. Tapi aku tak mungkin menantang-Mu wahai Sang Pengasih. Karena jika Kau mau, saat ini juga lumatlah sudah nasibku. Habis sudah kehidupanku. Aku tahu, aku bukan manusia terbaik. Aku mudah tergoda dunia. Bagaimanapun aku memiliki daging, bukan hanya jiwa dan hati nurani.

Tuhan, di Ramadhan kali ini aku mendatangi-Mu kembali dengan kesalahan dan dosaku. Dengan segala kuasa dan kasih-sayang-Mu, maafkanlah aku, ya Tuhan. Karena tanpa ampunanmu, sesungguhnya tak perlu aku menyambut Ramadhan.