Review Buku Acehnologi Volume 3 Bab 25 (SISTEM KEBUDAYAAN ACEH)

in #indonesia6 years ago

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, pada kesempatan ini saya akan mengulas buku ACEHNOLOGI volume 3 pada bab ke - 25 yang berjudul Sistem Kebudayaan Aceh.

Dalam bab ini, akan di jelaskan mengenai bagaimana sebenarnya kemampuan orang Aceh untuk menciptakan, merekayasa, dan mempertahankan sistem kebudayaan. Ada beberapa konsep mengenai kemampuan orang Aceh di dalam melahirkan ataupun memunculkan kebudayaan yang pertama ‘I’ atau saya, yang kedua ada ‘being’ atau keberadaan, yang ketiga ada ‘action’ atau aksi.

Dalam bahasa Aceh, 'saya' berarti lon. Mengenai persoalan mengenal 'saya' bagi masyarakat Aceh sangatlah penting, yang sering di ungkapkan dengan kalimat ‘turi droe’ atau kenali diri. Pemahaman tersebut tidak semudah yang di bayangkan. Kemudian Ulama menuliskannya dalam kitab, sehingga rakyat aceh mampu mengetahui pesan-pesan dari kitab tersebut ke dalam kehidupan nyata. Untuk kenal diri, tahu diri, arah diri, posisi diri, menampakkan diri, perlu adanya pendalaman islam, mulai dari pemahaman dari sisi syariat, pemahaman hakikat, hingga pemahaman makrifat.
Kata kenal atau turi sebenarnya sudah terbangun di dalam pemikiran orang Aceh ‘tempoe doeloe’. Akan tetapi pemikiran ini tidak lagi menjadi faktor penting, setelah pemikiran ini di hilangkan oleh orang Aceh.

Ketika munculnya suatu istilah ‘peutimang nanggroe’, yang mempunyai makna orang tersebut telah mengenali diri sendiri, dan mampu memaknai bagaimana keseimbangan antara hubungan manusia dengan, Tuhan, alam, dan manusia.

Mereka yang sudah mengenal diri, selalu berupaya menciptakan atau merekayasa suatu ritual yang sifatnya simbolik sebagai tanda syukur. Di dalam kebudayaan masyarakat Aceh, yang baik dikenal dengan kata ‘mangat’. Misalnya ada ‘haba mangat’, atau ‘pajoh mangat’ yang biasanya di wujudkan dengan khanduri.

Adapun konsep syukur yaitu dimaknai dengan ‘pajoh mangat’. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, maka semakin enak makanan yang di dapatkan oleh orang tersebut.

Pada intinya di dalam tradisi pemikiran orang Aceh, telah ditemukannya konsep I atau saya, being atau keberadaan dan action atau aksi. Munculnya konsep tersebut dapat kita ketahui misalkan terlihat pada kata 'lon','na', kemudian ada juga beberapa konsep yang menggerakkan kehidupan masyarakat Aceh.

Untuk mengetahui kebudayaan Aceh, maka kajian sejarah merupakan hal yang harus dilakukan. Dalam hal ini, pengaruh Persia di daerah Aceh sangatlah berpengaruh, awal dari kebudayaan Aceh ternyata lebih banyak di dominasi oleh pengaruh peradaban Persia.

Pola pikir yang ada pada orang aceh ternyata ada kemiripan pola pikir di Barat, contohnya seperti mengenai pencarian makna ‘saya’ , dalam konsep di Barat di kenal dengan knowing self atau kenali diri dan ada juga consciousness atau kesadaran diri, dan pola pikir ini sama halnya dengan pola pikir yang ada di Aceh hanya saja di kemas dalam bahasa yang berbeda namun mempunyai makna yang sama, dalam bahasa Aceh kalimat ‘turi droe’ atau kenali diri. Ini semua bisa terjadi karena kajian Aceh pada saat itu dan pada era pencerarahan dib mu belahan Barat mengalamii suatu peristiwa kebangkitan akal atau kemajuan akal dan kebangunan di Aceh sama-sama terjadi di kala itu, di belahan bumu Barat pada saat itu muncul filsafat dan sains, maka di Aceh pemikiran yang berkembang pada saat itu ialah di bidang agama dan peradaban.

Di aceh ada di kenal dengan pemikiran kekuatan laut Aceh, yang mana adanya ide dari orang Aceh berjalan di atas ombak dan perahu namun seiring berjalannya waktu ide ini sudah tidak ada lagi, penyadaran akan kekuatan laut Aceh mulai berkurang. yang sangat menyedihkan adalah adanya pemandangan kapal-kapal besar berjalan beriringan dengan perahu orang Aceh ini sdalah suatu pemandangan yang janggal, kemudian di depan mata orang Aceh sendiri kekayaan bumi Aceh di ambil begitu saja, dan di manfaatkan oleh orang asing.

Pada intinya tanpa kita sadari budaya aceh terus di pengaruhi oleh kebudayaan yang datang dari luar, di harapkan kita harus melawan ataupun menolak secara perlahan kebudayaan luar yang datang di Aceh karena jika tidak dilakukan hal yang semacam itu, maka akan berdampak panjang bagi generasi penerus yang ada di Aceh.

Baik sahabat sekalian hanya itu yang dapat saya kaji pada bab ini semoga bermanfaat.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 69747.29
ETH 3747.51
USDT 1.00
SBD 3.78