Whose Mistake? (1)

in #indonesia6 years ago (edited)

IMG_20180516_004811.jpg

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Perkenalkan, aku seorang Muslimah yang sedang merantau untuk menempuh pendidikan Magister di Sumatra Utara.
Mungkin tulisan ini akan sedikit sensitif bagi beberapa pihak. Aku mohon jangan membenci, karena aku pun tidak akan membenci kepada mereka yang tidak sependapat denganku.

Aku yakin, seluruh masyarakat Indonesia saat ini tahu betul, headline apa yang sedang diperbincangkan mulai dari 0 kilometer hingga ujung Papua.
Berawal dari Kasus Napi Terorisme Mako Brimob, kemudian di susul dengan kasus Bom Bunuh Diri di Surabaya dan Sidoarjo. Pelaku berlindung di balik KTP Islam, kata Jihad, menyerang nonMuslim, dan mengejar Syurga. Semua orang menangis, berteriak, marah, namun sambil merapatkan barisan untuk bersatu, karena masyarakat sudah cerdas, mereka sadar bahwa aksi-aksi "heroik" ini ditujukan untuk memecah belah Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai Suku, Ras, dan Agama.

Mari kita mundur sejenak.
Setiap orang boleh berpendapat, dan semua pendapat adalah benar. Sekurang-kurangnya menurut yang mengeluarkan pendapat.
Tentu masih sangat jelas dalam ingatan, bagaimana Indonesia memanas menyerang Ras dan Agama, ketika seorang calon pemimpin yang bukan Islam dan keturunan China mencalonkan dirinya sebagai pemimpin. Siapa yang tidak mengenal Ahok? Sosok yang begitu banyak di puja, karena di anggap memiliki kapasitas luar biasa sebagai seorang pemimpin. Seorang keturunan China yang berhasil menduduki jabatan Gubernur Jakarta. Jujur, aku tak paham dunia politik. Banyak sentimen yang mengatakan bahwa jabatan yang dimiliki Ahok adalah gerbang awal bagi Bangsa China untuk menjajah Indonesia. Benarkah? Wallahua'lam. Sungguh aku benar-benar tak tau kenyataannya.
Tetapi yang aku tau, bahwa sejak Ahok menjabat dan terlibat kasus penistaan Agama yang membawa Ayat AL-Maidah dari kitab suci umat Islam, seluruh umat Islam dari Indonesia bersatu untuk menegakkan kebenaran yang mereka yakini. Kelak lahirlah sebuah gerakan yang akan kita kenang sebagai Gerakan 212. Hari dimana 7 Juta Umat Islam dari seluruh pelosok negeri berkumpul di Ibukota, menyuarakan pendapat mereka, meminta agar sosok Ahok dapat diadili karena ucapan penistaannya terhadap ayat Al-Maidah. Seketika, seluruh umat Islam menjadi melek Qur'an.
Apakah ini suatu kebanggaan? Lagi lagi aku menjawab Wallahua'lam.

Sungguh aku tidak tau, apakah aksi tersebut benar. Namun yang aku lihat, sejak aksi itulah, sentimen masyarakat Indonesia terhadap agama Islam semakin buruk. Banyak teman-temanku yang menanyakan, apakah aksi ini dibenarkan dalam Islam? Apakah aku setuju dengan gerakan ini?
Aku mohon kepada seluruh umat Muslim yang menjadi alumni 212, jangan membenciku karena ucapan ini: Bahwa Aku Tidak Pernah Setuju Dengan Aksi 212! Bahwa yang Aku Tau Islam tidak pernah mengajarkan untuk mendemo pemimpin!

Oh What? Apakah iman ku kurang? Apakah aku tidak membela agama? Apakah aku mendukung seorang NonMuslim menjadi pemimpin negeri ini? Apakah aku seorang dengan paham radikal? Apakah aku membenci umat Islam yang tergabung dalam aksi 212?
Demi Allah jawaban nya adalah tidak!

Aku tau, dalam agama Islam, kita dilarang keras untuk memilih seorang pemimpin Kafir. Aku yakini nilai itu. Oleh karena nya aku tidak pernah memilih Ahok untuk menjadi pemimpin! Aku harap teman-teman nonMuslim dapat menghargai pilihan ku ini, karena inilah keyakinan agama yang ku pegang teguh.
Tapi apakah aku membenci Ahok? InsyaAllah tidak. Aku tau Rasul ku mengajarkan kami untuk selalu berbuat baik kepada makhluk ciptaan Allah, bagaimana seorang mukmin sejati harus bersikap dengan manusia, sekalipun dia seorang atheis. Aku tidak lupa, bagaimana Rasul ku mencintai seorang musuh Islam yang telah melukai Beliau, sehingga orang tersebut berubah menjadi Pedang Allah, berubah menjadi Pejuang Islam yang paling berani.
Aku memang tidak mendukung Ahok, tapi bukan berarti aku membencinya seutuhnya.

Aku juga tidak mendukung aksi 212, tapi bukan berarti aku membenci mereka yang tergabung dalam aksi tersebut.
Aku tahu Ahok salah dalam ucapannya, tapi mendemonya hingga berkumpul 7 juta umat? Aku takut justru kitalah yang membuat mereka yang tidak paham Islam menjadi semakin membenci kita. Apakah kita tidak bisa bermain lebih halus?

Aku banyak membaca artikel. Aku juga sering membaca komentar pembaca. Tahukan kalian? Mayoritas artikel tentang Ahok dipenuhi pujian terhadapnya, dan ucapan sinis terhadap pembela Agama Islam.
Mungkin komentar mereka tidak viral, namun sebagai seorang Muslimah, aku sedikit merasakan kesedihan ketika banyak orang yang sinis terhadap kaum-kaum pejuang agama Allah.
Aku sering bertanya, "Whose Mistake? Siapa yang salah?"
Mengapa mereka begitu membenci umat Islam yang membela agamanya ketika kitab suci mereka di hina oleh seorang nonMuslim?? Mengapa mereka sangat membenci umat Islam, yang bersatu untuk menurunkan seorang pemimpin Kafir agar tidak memimpin negeri ini?? Apakah kami tidak boleh turun ke lapangan membela kehormatan agama kami?? Apakah aksi demo 212 benar-benar gerakan untuk mendukung Islam?? Jika iya, mengapa justru setelah aksi 212 citra Islam di negeri ini semakin tercoreng??
Sebagai perempuan Islam, agaknya aku tau jawabannya.

Baik, mari kita berjalan untuk kasus berikutnya.
Jihad. Cadar. Bom Bunuh Diri.
kata kunci yang menjadi momok di Indonesia. Kata-kata yang tanpa sadar, menggiring isi kepala menuju satu agama mayoritas di Negeri ini: Islam!
Kata tersebut menggiring publik kepada satu kata lainnya: Teroris.
Ah, aku tak mendampik, bahwa selama ini Islam selalu dikaitkan dengan teroris.
Aku Muslimah, aku akui hal itu.
Masyarakat awam sangat takut dengan perempuan bercadar, dengan perempuan jilbab lebarnya, dengan laki-laki sholeh yang tampan dengan janggutnya.
Ciri-ciri pelaku bom bunuh diri bukan?
Haruskah aku tertawa kecut?

Aku sadar, jika dulu banyak pihak yang menyalahkan dan menyudutkan Islam, namun kini masyarakat justru saling merangkul semua agama agar tak saling menyalahkan. Banyak dari nonMuslim menguatkan umat Muslim agar kuat dan tegar. Semua Suku, Ras, dan Agama di Indonesia bersatu untuk keutuhan negeri ini. Kuucapkan syukur atas itu. Alhamdulillah. Tapi cukupkah sampai di sini?
Sampai kapan kita bisa sabar atas pelaku terorisme yang mengatasnamakan Islam? Mengatasnamakan Jihad? Meraih Syurga??? Allahuakbar. Jangan kan kaum nonMulim. Orang Muslim yang tidak taat sekalipun tau bahwa membunuh orang tidak akan meraih Syurga. Lantas paham mana yang mereka ambil? Mazhab siapa yang mereka ikuti? Syurga mana yang hendak mereka kejar? Jihad? Apakah mereka tau arti jihad? Aku sungguh sungguh tak paham. Belum sampai ilmu ku sampai ke sana. Mungkin kitab yang kubaca belum sebanyak mereka, sehingga aku tidak pernah menemukan ajaran untuk membunuh orang kafir agar mencapai Syurga Allah.
Lalu, siapakah yang paling dirugikan dalam kejadian ini?
Jujur, aku termasuk orang yang dirugikan.

Aku Muslimah. Aku menggunakan jilbab besar. Alhamdulillah lingkungan ku cukup intelek untuk menerima nilai keyakinan ku ini. Walaupun aku tak mendampik masih ada satu-dua orang yang melihat ku sinis. Tapi aku tak memperhitungkan mereka, karena aku yakin jumlah mereka tak sampai 1%.

Aku pernah menggunakan cadar. Dan mungkin kalian tidak akan pernah tau betapa nikmatnya menjalankan ibadah yang satu ini.
And Guess What? Seketika semua orang bergidik melihatku. Bahkan keluargaku sendiri. Ibu ku sebagai perempuan yang paling aku cintai di dunia ini, juga tidak menyetujui aku bercadar. Aku mematuhi beliau. Aku melepaskan cadarku. Aku tahu perasaan kalian yang tidak nyaman ketika melihat perempuan bercadar. Tenang, aku tidak menyalahkan kalian. Aku sangat paham perasaan itu, karena aku pun pernah demikian. Potongan artikel tentang perempuan bercadar yang aku cantumkan ini merupakan perwakilan dari perasaan ku. Sungguh. "Bercadar memang hak kami, namun memberikan rasa aman juga menjadi kewajiban kami". Itulah yang kupikirkan. Namun bolehkah lagi-lagi aku memberikan pendapat ku tentang cadar?
Pendapat ini aku utarakan, sebagai Muslimah yang pernah membenci dan takut cadar, lalu menggunakannya, lalu meninggalkannya. Ini adalah tentang polemik cadar yang aku rasakan.

Aku berfikir, jika aku seorang full ibu rumah tangga, yang setiap hari mengurus suami, anak, sesekali urus bisnis rumahan, dan aktif kajian dan dakwah, tinggal dalam lingkungan majelis yang juga bercadar, mungkin bercadar menjadi pilihan paling bijak. Sangat bisa untuk menghindari pintu fitnah.
Tetapi jika aku seorang pegawai, yang mana di lingkungan tersebut tidak satupun bercadar, bahkan cenderung apatis dengan cadar, maka justru bercadar bisa jadi masalah. Dari yang awal nya baik baik, jadi gunjingan. Dari yang awal nya adem ayem, jadi riuh.
"Itu siapa? Ini siapa? Kok beda? Dia ninja yaa? Ikut aliran mana? Sekte apa? Jangan jangan penganut paham ekstrem". Ingatkah kita akan kasus dosen UIN yang di pecat karena bercadar? Di anggap memiliki paham berbeda?
Entah benar atau tidak dia memiliki paham yang berbeda, tapi menurut ku, bercadar di tempat yang tidak umum dengan cadar memang sedikit beresiko. Di Indonesia, kalau mau bercadar harus pintar pintar. "Bercadarlah di tempat dan situasi yang sesuai". Begitulah kira kira.

Lalu lagi lagi aku bertanya "Whose Mistake? Siapa yang salah?"
Dan juga lagi lagi, aku pikir, aku tau jawabannya.
Darimana asal ketakutan orang awam terhadap cadar. Darimana asal rasa skeptis terhadap Islam.
Ya, aku rasa aku tau jawabannya.

Seorang dosenku pernah berkata "Kita semua adalah seorang public relations. Kita membawa citra diri, citra keluarga, citra instansi, dan citra agama. Baik diri dan perilaku kita, maka baik orang memandang keluarga kita, instansi tempat kita bekerja, dan agama yang kita anut. Buruk diri dan perilaku kita, maka buruk pula orang akan memandang keluarga kita, instansi kita, dan agama kita".

Untuk seluruh umat beragama di Indonesia, aku yakin kita yang berakhlak mulia dan berbudi luhur dapat berfikir jernih menyikapi perbedaan di negeri ini.
Kita dapat menghormati apapun kepercayaan kita, dan hidup rukun dalam damai.
Kita selalu berdoa agar Tuhan melindungi negeri kita yang indah: Indonesia.

Dan pribadi ku pun selalu berharap, agar tidak lagi bertanya tanya tentang hal ini.
Krisis kepercayaan terhadap nilai-nilai Islam: Whose Mistake?

Sort:  

@ulyjalil, congratulations on making your first post! I gave you an upvote!

Please give me a follow and take a moment to read this post regarding commenting and spam.
(tl;dr - if you spam, you will be flagged!)

Congratulations @ulyjalil! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Do not miss the last post from @steemitboard:

Are you a DrugWars early adopter? Benvenuto in famiglia!
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Congratulations @ulyjalil! You received a personal award!

Happy Steem Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 62937.86
ETH 3092.40
USDT 1.00
SBD 3.87