FIKMIN 'AKU JANDA TAPI PERAWAN'

in #indonesia6 years ago

20181011_044657.jpg

Sumber:
https://pixabay.com/en/butterfly-animal-insect-close-up-1611794/

Inilah perjalanan hidupku. Berubah status di tangan pak hakim. Tiga kali ketokan palu siang itu bagai mimpi di siang bolong. Janda, aku menjadi janda. Kata panitera dalam dua bulan surat keterangan cerai akan mampir ke rumah. Senangkah aku dengan status ini?

Sebuah kebodohan kalau dalam pernikahan memimpikan perceraian. Tetapi bagaimana jika itu jalan yang terbaik sebagai solusinya. Baiklah, inilah mengapa aku memilih bercerai.


Mas Imron, eh dik Imron tetiba selepas acara di masjid menemuiku. Dia minta waktu sebentar. Aku merasa ada yang aneh dengan pemuda yang usianya lebih muda lima tahun ini. Cara memperlakukanku terkadang membuat perasaanku sedikit berbunga.

Perhatiannya tampak ketika aku absen tidak hadir mengisi TPA, atau yang lebih ekstrim si Imron tahu makanan dan warna kesukaanku.

“Ada apa Im? Kelihatannya serius,” tanyaku tanpa basa basi.

“Iya Mbak, ini serius. Masalah hati.”

“Maksudmu?”

“Hati saya dan hatinya Mbak Hani.”

“Kalau ngomong yang jelas Im, maksudmu apa, sih?”

“Emm ... maaf kalau saya lancang. Mbak Hani, saya ingin melamar Mbak.” Nada suaranya bergetar tetapi cukup jelas di telingaku.

Untuk menghargai ungkapan Imron aku harus menahan tawa sampai sakit perut.

“Mbak, tolong! saya di kasih kesempatan untuk membahagiakan Mbak.” Lanjutnya.

“Serius Im?” aku iseng menggodanya.

“Dua rius malah Mbak. Besok Mbak siap dilamar saya akan datang.”

Sekarang justru aku yang tak berkutik. Imron tidak terlihat bercanda sama sekali.

“Maaf Im, kayanya mbak nggak cocok buat kamu.” Aku langsung meninggalkan Imron sendiri yang entah bagaimana responnya.

        ***

Setelah peristiwa itu Imron tidak pernah lagi ke masjid. Kata Ridwan dan Saleh, Imron pergi ke rumah saudaranya di Kalimantan.

Aku merasa bersalah dengan sikapku yang seperti menyepelekannya. Entahlah, rasanya semakin ingin melupakan Imron malah semakin menempel wajah Imron di mataku. Apakah aku mulai menyukainya? Apa yang kusuka dari Imron?

Sepulang dari mengajar aku dicegat bu Surti, tetangga dekat rumah.

“Han, mau nikah nggak bilang-bilang. Jangan lupa undangannya, ya!”

“Bu Surti ngomong apa?”

“Hei, pengantin kok lupa. Han, diam- diam kamu pinter juga cari suami, ganteng, kaya, dan masih muda.”

Sungguh sepanjang perjalanan pulang aku masih tidak paham dengan perkataan bu Surti. Jantungku serasa mau berhenti demi melihat keadaan rumah. Banyak tamu dan makanan yang terhidang. Ibu langsung menyeretku ke kamar dan memberitahu apa yang terjadi di rumah.

“Kenapa kamu nggak bilang bahwa kalian ada hubungan.” Ibu menyelidik.

“Maksud Ibu?” ah, aku jadi orang terbego hari ini.

“Hani, Hani, sudahlah jangan pura-pura lupa. Nak Imron resmi melamarmu, dia menunggu jawabanmu sekarang!”

Masya Allah kunang-kunang di mataku tidak dapat dihitung jumlahnya. Semua menjadi gelap dan aku tidak ingat apa-apa lagi.


Jodohku ternyata Imron, eh mas Imron. Laki-laki imut yang usianya beda tipis dengan Hanafi, adikku. Tidak berjumpa sekian bulan membuat Imron berubah. Tampak lebih dewasa dan tambah ganteng tentunya.

Aku sering kali dibuatnya tidak fokus dengan sikap lembutnya. Ternyata Imron ingin menunjukkan bahwa dia bisa membahagiakanku.

Suatu malam, aku menunggu mas Imron memperlakukanku seperti pengantin di novel-novel romantis atau sinetron. Menikah sebulan dengannya aku belum melaksakan tugasku.

Dia hanya sekedar memeluk dan mencium. Semula aku menganggap karena masih malu saja. Belakangan sikapnya seperti menghindar jika menjelang malam.

Ada saja alasannya agar tidak terjadi hubungan layaknya suami istri. Aku sempat menduga apa mas Imron menyesal menikahi aku? Ah, jelas tidak mungkin karena dia begitu mencintaiku.

“Mas aku pijat ya? pasti capek, kan kerja seharian.”

“Ah nggak, biasa kok.” Tolaknya datar, aku terus berusaha merayunya.

“Kalau begitu aku tolong dipijat, ya! tadi kecapean berdiri lama di kelas.”

Eh, dia mengikuti mauku. Merasa dapat angin kulancarkan jurus selanjutnya.

“Mas, pijatnya enak ya. Coba bagian punggung Mas, situ capek juga.”

Aneh! Dia menurut lagi. Aku merasa misiku kali ini berhasil. Jangan-jangan mas Imron memang masih malu. Lucu rasanya.

“Mas, kok diam. Emm aku buka bajunya ya? biar kaya dipijat mbok Nah. Kalau tangan mengusap langsung, kan lebih mujarab.”

Aku tidak malu lagi, bukankah suami istri itu tidak ada aurot? Hampir daster biru laut ini menjauh dari tubuhku.

“Tolong, jangan Dik jangan dilepas!" Aku terkesiap dengan pernyataannya. Ku coba untuk sabar.

“Ya sudah, kalau Mas capek nggak apa-apa. Tapi tidurnya peluk, ya?” godaku lagi.

Malam itu ternyata malam yang menguras air bening di mataku. Pun mas Imron. Ketika aku berusaha mencari kehangatan didekapnya, dia menolak dan menjauh dari peraduan. Sesaat kemudian tangisnya pecah dan jongkok di dekat ranjang.

“Mas, kenapa?” aku sangat terkejut dan berusaha mengajaknya bangkit. Mas Imron tidak mau.

“Maaf, maaf kan, aku Dik Hani. Sudah kucoba berulang kali tetapi tidak bisa.” Gugunya.

“Mas sakit, kah? Besok kita ke dokter saja.”

“Enggak, aku sehat. Hanya, hanya setiap ingin melakukannya justru yang terbayang di depanku adalah ibuku dan mbak Ina!”

Kali ini petir yang menyambar wajahku.Luruh hati dan jiwaku. Sakit yang menyayat mendengar perkataan mas Imron.

Tidak bisa kubayangkan kalau dia menderita oudipus kompleks. Tanganku hampir saja melayang di mukanya yang pucat.

“Tamparlah Dik! Atau kau apakan saja aku pasrah. Aku memang sungguh tidak berguna.”

Tanganku hanya mengepal dan menahan raungan hati yang perih. Baru saja aku ditalaq satu! Mas Imron tidak bisa merasakan kehadiranku sebagai istrinya. Entahlah, kenapa bisa seperti ini. Apakah dulu dia hanya mengagumiku bukan mecintaiku?

“Terima kasih untuk semuanya. Kejujuranmu aku hargai. Mulai hari aku bukan istrimu. Sampai bertemu di pengadilan!” tanpa menunggu jawabannya aku pergi. Kembali pulang ke rumah orang tua.

Nasibku kini janda tetapi perawan.

***

Kalasan 11 Oktober 2018.

Sumber :
https://pixabay.com/en/rose-floribunda-rose-bloom-blossom-2548784/

2548784_L.jpg

Sort:  

fak, ini entah mesti mengumpat atau bagaimana yah? hahahah

Monggo terserah..makasih sudah mampir kak @evavieka. Salam kenal.

Posted using Partiko Android

Bagus, Mbak, ngagetin, alasan si lelaki tidak menyentuh istrinya.

Posted using Partiko Android

Hehehe aku pikir ....

Makasih sudah mampir mbak....aku pikir gimana mbak? He he

Posted using Partiko Android

Saya kira dia gay hihihi...ternyata ada kelainan seperti itu ya..

Ya mbak benar. Makasih sudah mampir

Posted using Partiko Android


Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.

Terima kasih apresiasinya.

Posted using Partiko Android

Congratulations @wahyulestari08! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Do not miss the last post from @steemitboard:

Presentamos el Ranking de SteemitBoard

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63815.31
ETH 3124.40
USDT 1.00
SBD 3.99