Kebaikan Kita kepada Orang Lain, Lupakanlah; Kebaikan Orang Lain kepada Kita, Ingatlah!

in #islam6 years ago (edited)

Jika perlu nasehat singkat dan bermanfaat maka kalimat dalam judul di atas agaknya memadai (*). Kenapa memadai? Karena sudah mencakup dua kebajikan spiritual yang penting: Ikhlas dan syukur.

Ikhlas

Ikhlas merupakan suatu sikap terpuji atau kebajikan spiritual yang memungkinkan pekerjaan kita memiliki nilai sejati dalam arti bernilai ibadah (istilah Islami). Untuk mudahnya, ikhlas dapat dilihat sebagai sesuatu kebajikan (virtue) yang identik dengan niat murni. Kebajikan ini sangat penting dalam Islam karena dianggap menentukan nilai sejati suatu perbuatan (hadits). Murni dari apa? Murni dari motivasi yang semata-mata diarahkan untuk kepentingan-diri dan bersifat duniawi.

Kualifikasi ikhlas bertingkat sesuai dengan kedudukan spiritual seseorang (maqam dalam Istilah Sufi). Agar jelas, kita dapat mengambil sebagai ilustrasi kasus seorang pebisnis. Adalah layak (alamiah) jika seorang pebisnis, sebagai homo-economicus, berusaha keras untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Yang menjadi perhatian kita adalah motivasi-dasar dalam praktik usahanya, apakah untuk kepentingan pribadi semata-mata, atau disertai keinginan lain yang lebih luhur termasuk menjaga hak dan kepentingan orang lain, serta kepentingan ekologis yang lebih luas. Tanpa kesertaan dua faktor ini maka usahanya sukar untuk dikatakan ikhlas.

Pengabaian dua faktor ini oleh pebisnis dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk termasuk kebijaksanaan upah-murah, pengabaian prinsip kompetisi sehat dalam berusaha, serta pengabaian kerusakan alam akibat operasi usaha. Sebaliknya, jika dalam berusaha pebisnis memberikan perhatian serius terhadap kesejahteraan karyawan, lingkungan sosial sekitar lokasi usaha, kelestarian lingkungan, serta keinginan kuat untuk menyejahterakan masyarakat banyak, maka motivasi usahanya layak dikatakan ikhlas.

Dalam terminologi agama (Islam) ikhlas merupakan kebajikan yang mengarahkan seluruh kegiatan ibadah, pengorbanan, kehidupan dan kematian semata-mata untuk Tuhan. Dalam Islam, makna ikhlas terungkap antara lain dalam teks suci Surat ke-6 dan ayat 162, atau singkatnya, teks suci (6:162): Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam”.

Islam sangat serius mengenai ini sehingga setiap muslin dituntut mengikrarkan komitmen ikhlas paling tidak lima kali dalam sehari (dalam doa iftitah). Yang perlu dicatat, sikap ikhlas hanya dimungkinkan jika kita memiliki kesadaran-internal bahwa kebaikan merupakan suatu yang seharusnya, buka sebagai sesuatu faktor eksternal yang dipaksakan kepada kita.

Syukur

Secara populer ungkapan syukur tercermin dalam ucapan hamdalah (Islam: segala puji bagi Allah; Nasrani: Puji Tuhan). Ucapan ini mestinya merefleksikan kesadaran internal bahwa sesuatu kebaikan atau yang bernilai positif yang kita nikmati secara niscaya tak-terlepas dari sumbangan pihak lain, termasuk dan pada analisis terakhir, anugerah Tuhan SWT. Keniscayaan inilah yang perlu selalu kita ingat.

Agar kongkret, anggaplah kita tengah menikmati hidangan sepiring nasi dengan lauh ikan laut dan sayur. Yang perlu selalu kita ingat, hidangan itu dimungkinkan karena kontribusi dari berbagai pihak: petani padi, nelayan, dan petani hortikultura, serta pada pedagang yang “menghantarkan” kepada lingkungan kita.

Dalam skenario ini, praktik bersyukur pada tingkat individu dapat mengambil bentuk, misalnya, tidak terlalu mengeluh ketika harga bahan pangan tinggi akibat meningkatkan kesejahteraan petani-nelayan-pedagang kecil. (Tentunya kasusnya beda jika keadaan itu terjadi karena tata-niaga yang buruk untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu.) Pada tingkat pemerintah, praktik itu dapat mengambil bentuk kebijakan yang “ramah” terhadap serta “bias” kepada para petani-nelayan-pedagang kecil, bukan pada segelintir Elit konglomerat .

Sebagai catatan terakhir adalah sifat “infektif” dari kebajikan bersyukur. Ia akan mendorong kita untuk melakukan hal-hal positif sehingga mengandung berlaku ketentuan-Nya (14:7): Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya azab-Ku sangat berat”.

Wallahualam....@

Catatan;
(*) Kalimat itu merupakan pernyataan seseorang tetapi penulis lupa namanya. Penulis akan sangat berterima kasih kepada pembaca yang dapat mengingatkan penulis mengenai ini.![]

Sort:  

Vote kembali ya kawan

Tkb vote-nya. Biar berkah, upvote kalau tulisannya dinilai bermanfaat. Komentar dapat menambah berkah . Salam

Assalamu'alaikum
Saya udah apvote post saudara..
Di tuggu vote n follow balik ya..

Sama sama membantu apvote

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.13
JST 0.031
BTC 61665.59
ETH 2884.57
USDT 1.00
SBD 3.62