Dari Pinjaman Rp 1 Juta Menghasilkan Rp 80 Juta Sebulan

in #life6 years ago

image

Ratusan botol plastik dibungkus rapi di sisi kanan depan rumah panggung kayu di Gampong Illie, Ulee Kareng, Banda Aceh. Puluhan kotak sabun beserta isinya berjejer rapi di sisi kiri tangganya. Peralatan rumah siap dipindahkan. Sementara itu, dua sangkar bergantungan tanpa burung di dalamnya.

Rumah ini disewa oleh Muhammad Idris Harahap (50) bersama istrinya Ellia (47) sejak 2011. Idris merupakan warga Banda Aceh, daerah asalnya Sumatera Utara. Istrinya Aceh tulen. Masa sewa rumah berakhir pada 31 Maret. Mereka akan pindah ke rumah baru hasil penjualan sabun Mu’tabar. Lokasinya masih di Illie, tepat di samping pabrik miliknya dengan luas 10x7 meter yang merupakan hibah Pemerintah Aceh melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh.

Di rumah kecil itu Idris memproduksikan sabun Mu’tabar. Sabun cair dengan perkembangan pasar luar biasa bila dilihat dari proses jadinya. Seorang lelaki yang dulunya meminjam uang usaha dari Baitul Mal Aceh Rp 4 juta, sekarang mampu menjual produknya hingga Rp 80 juta sebulan. Sebelumnya, modal pertama kali yang ia keluarkan sebanyak Rp 1 juta.

image

Awalnya, sabun cair yang diproduksikan cuma 10 liter sebulan. Sekarang sudah mencapai tujuh sampai dengan delapan ton. Walaupun penjualannya sudah mentereng, Idris tidak gelap mata. Setiap satu liter penjualan, Rp 500 dari keuntungannya disumbangkan kepada lembaga pengajian, anak yatim.

Sabun Mu’tabar buatannya tidak kalah saing dengan produk sabun nasional. Bisa digunakan untuk mencuci mobil, piring, pakaian, dan mengepel. Idris, pria ramah itu memperoleh pengetahuan membuat sabun sejak bekerja di sebuahnperusahaan sabun di Sumatera Utara.

Promosi sabun ini dilakukan melalui kelompok pengajian, teman-teman, pameran, dan melalui iklan di media. Kini, produknya telah diperjualbelikan ke sejumlah kabupaten/kota di Aceh, seperti Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireueun, Lhokseumawe, Aceh Utara, Bener Meriah, Takengon, Gayo Lues, dan Langsa. Sabun dikirim ke daerah tersebut dua minggu sekali melalui agen. Kiriman untuk setiap daerah 200 lusin, termasuk dalam bentuk kemasan botol dan jerigen.

"Jumlah produk kita belum sanggup memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan modal," pungkasnya. di kediamannya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan.

Idris tidak menyangka bahwa usahanya bisa berkembang seperti sekarang ini. Dari rakyat kecil ia sudah bisa berkenalan dengan sejumlah pejabat penting yang memberikannya dukungan. “Dulunya saya tidak yakin bisa seperti ini. Tapi saya yakin berkembang,” pungkasnya.

Hal yang paling dinantikan Idris sekarang adalah keluarnya izin edar dari Menteri Kesehatan. Dengan demikian, pemasaran produk yang sudah bersertifikasi Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetika (LPPOM) ini bisa dilakukan keluar daerah. Hadirnya pabrik hibah pemerintah sangat membantu memenuhi persyaratan Kementrian Kesehatan.

Kendala produksi sabun Mu’tabar terdapat pada ketersediaan bahan bakunya. Hampir semuanya berasal dari luar daerah. Ia berharap di Aceh tersedia bahan baku pembuatan sabun. Sehingga biaya operasionalnya irit.

Sort:  

Tak ada yang tak mungkin kalau Allah sudah berkehendak. Dengan kerja keras disertai doa InshaAllah berhasil. Semoga pak Idris sehat selalu.

Terimakasih bang sudah berbagi kisah ini

Betul, Bang. Kalau Allah berkehendak semuanya jadi.

Semoga akan lahir Idris2 lain sepeti bapak Idris ini di Aceh, patut mendapatkan apresiasi baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, dalam hari ini semoga menteri kesehatan dapat segera mengeluarkan izin edar untuk memperluas jaringan penjualan produk

Amiin. Semoga beuna "Idris" laen. Menyoe na lee lagee nyan tanda jih ureung Aceh ka jaya.

Yakin usaha sampai

Semangat yang tak kunjung padam

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63475.77
ETH 3117.23
USDT 1.00
SBD 3.94