Jaga Jarak Dengan Teman Anda

in #life6 years ago (edited)

image


Source

Bagaimana sih cara kita membedakan teman yang benar-benar tulus, sama teman yang cuma mau kepo, dan akhirnya cuma mau jatuhin kita aja ? Itulah pertanyaan yang di lontarkan oleh teman saya, tadi saat pengajian di Meunasah. Kebetulan tadi pengajiannya membahas mengenai teman yang pura-pura baik terhadap kita, atau dengan kata lain, teman munafik, atau teman palsu. Dan beginilah penjelasannya kurang lebih, dari guru ngaji kami di acara pengajian tadi selepas shalat magrib. Dan inilah beberapa penjelasannya yang masih saya ingat. Mohon ma'af sebelumnya, karena ini bahasanya, saya tulis menurut versi saya. Oke, langsung saja. Jadi, kadang-kadang, kita kan juga senang kalau ada teman yang ingin tau banget. Kayaknya tanya seolah-olah dia *care* gitu ya, padahal ujung-ujungnya dia happy aja mendengar penderitaan kita, ada kan teman yang kayak gitu ?

Kenapa saya berani bilang seperti itu, karena sering bertemu dengan orang-orang gitu ya modelnya. Kadang-kadang kalau kita tiba-tiba lagi susah, biasanya ada orang yang menjauh, tiba-tiba mendekat, hanya untuk tanya saja permasalahannya apa, habis itu dia menjauh lagi, itulah ciri-ciri teman kepo, pura-pura tanya, ikut prihatin. Tapi kalau kita sudah bangkit lagi, dia, kita nggak tau lagi dia kemana. Jadi kalau ada teman yang seperti ini, saya menyebutnya SMS. Apa itu sms ? sms itu adalah, Senang melihat orang susah, atau susah melihat orang senang.

Jadi kalau buat saya, teman yang tulus itu sebenarnya adalah, dia nggak akan komentar, dan dia nggak akan tanya-tanya, dia akan menunggu temannya siap untuk menceritakan. Jadi, dia akan hadir untuk menjadi teman, untuk menghibur, untuk seperti biasanya, tanpa banyak tanya. Kalau dari pengalaman saya sih, kita itu akan tau teman itu setia, tulus, atau tidak, pada saat kita susah. Tanpa kita minta pertolongan, dia pasti akan siap untuk menolong, dan tanpa pamrih, itu dia sahabat yang sejati.

Jadi, dia siap untuk membantu kita, dan siap untuk membela dan melindungi kita, dan tidak menjerumuskan kita, dan juga tidak menghina kita, itu dari pengalaman pribadi saya. Jadi pelajarannya terlalu dekat dengan teman juga tidak baik, sehingga kalau tersakiti, sakitnya dalam banget. Tapi bicara soal, ini bukan saya sok tau ya, saya juga mendapatkan ilmu ini dari seorang psikolog perkawinan.

Jadi jangankan bersahabat, suami istri pun, tidak boleh terlalu dekat, sehigga mereka mengalami percampuran, dan membingungkan diri mereka, dalam siapakah diri mereka untuk kepribadian mereka yang sebenarnya, tidak menjadi sendiri lagi, itu juga tidak boleh. Jadi segala sesuatu itu harus ada persinggungan, tapi ada teritori diri sendiri. Jadi kalau ada masalahn kecil, jangan di ungkap, di maklum saja, karena terlalu dekat, jadi hal yang kalau justru kita ini nggak terlalu dekat, jadi nggak masalah. Tapi kalau terlalu dekat, akhirnya justru itu melukai hati . sebenarnya gini, kita nggak boleh terlalu dekat, itu akan melukai dan bisa menjadi sebuah masalah. Sederhananya itu, kalau kita naik mobil, kan ada tulisan "Jaga Jarak".


image
Source

Maksudnya adalah, sekali kita lupa ngerem, itu kita bisa nubruk. Itu analogi dari saya sih.

Jadi dalam bersahabat, posesif itu yang harus di hindari, nggak boleh posesif. Rasanya memiliki sepenuhnya. Kalau orang sudah terlalu dekat, pasti akan ada, maksudnya berdua aman ya, dalam tanda kutip. Jadi jangan terlalu dekat, dan posesif itu juga bisa menjadi masalah. Setiap kita berhubungan, pasti pertamakali yang muncul, kita memiliki pengharapan. Misalnya, saya mau kalau dekat sama dia, saya perhatiin dia, kamu juga perhatiin saya, saya mau kalau saya baik sama kamu, kamu juga baik sama saya, saya ngertiin kamu, tapi kok nggak ngertiin aku.

Itu pengharapan, padahal kalau kita nggak mengungkapkan, tidak berkomunikasi, tentu dia tidak tau apa yang kita butuhkan. Kalau tadi dua hal yang saya pelajari dalam perjalanan. Yang pertama itu adalah, jangan terlalu dekat, jaga jarak, kayak di belakang truk itu ya, dan juga posesif. Buat saya, menarik mengenai masalah posesif, dan pengharapan itu tadi. Kadang-kadang kita itu mengharap teman itu harus selalu ada pada saat di butuhkan, begitu ya, Tapi temanmu juga punya kehidupan juga.

Jadi kita inikan lahir sendiri, walaupun kita memang sebagai makhluk sosial, tapi nggak semua hal itu kemudian harus kita timpa kan tanggung jawabnya kepada teman kita. Ada hal-hal yang harus kita selesaikan sendiri, dan jangan berharap orang lain akan membantu menyelesaikan untuk kita, karena teman itu juga bukan lembaga KUA yang sosial ya, karena kadang-kadang kalau kita cerita hal yang istilahnya sampah gitu ya. Itukan menular juga, energi negatifnya itu menular.

Jadi kalau kita teruskan, dan nggak memutuskan berhenti, dan mari kita mulai dengan yang baru. Itu teman-teman juga capek dan bosan dengar ceritanya sedih melulu, karena tanpa di sadari juga akan bilang gini, misalnya begitu di telpon, "halo..., suaranya sudah mengharap bernada sedih", terus teman kamu pasti akan berpikir begini, "Aduhhh...... Malas dengarnya, kenapa lagi ini". Lain kalau misalnya, "Hay... Kamu di mana, apakabar" ? Pasti energinya juga jadi positif, walaupun buntut-buntutnya "Kamu ada waktu nggak 5 menit aja, aku mau curhat". Tapi paling tidak di awali dengan sesuatu yang menyenangkan.

Jadi harus balance life seperti itu kira-kira. Cuma kadang-kadang, ada juga teman, kadang-kadang kita lama nggak ketemu, terus tiba-tiba telponnya masuk "Aku boleh minta tolong nggak" ? Ada juga kan tipe teman seperti itu. Terus yang saya sampaikan juga bahwa, pola pertemanan saat ini, dengan perkembangan teknologi menjadi berubah. Dulu kalau kita mau berteman, ketemuan yuk, ngobro uplok di rumah, di kamar, ke rumah teman, menginap di rumah teman.

Tapi pola sekarang itu, teknolologi skype, whatsapp, dan sebagainya. Semuanya sudah menjadi sempit sekali komunikasi verbal itu terjadi. Atau kemudian, kita bisa nembaca raut wajah muka teman kita, oh dia lagi sedih, aku nggak akan ngomong dulu, aku lagi susah, dia juga kayaknya lagi sedih. Artinya sudah tidak lagi terlatih kemampuan interpersonal itu, sudah tidak terlatih. Nah itu juga, komunikasi bahwa whatsapp itu contohnya, intonasi yang di omonginnya itu, kita nggak tau, karena kita persepsinya berdasar intonasi kita.

Jadi itu ternyata, berlomunikasi itu memang perlu seni. Tanggapan terkait dengan tadi, perubahan teknologi, kemudian menjadi merubah pola juga, hubungan manusia. Kalau saya sih, karena masih orang lama ya, jadi memang harus butuh ketemu. Ada sahabat yang sering saling ketemu, yang memang harus ketemu, ya walaupun obrolannya nggak penting-penting amat. Walaupun kita bisa whatsapp, tapi kayaknya beda. Karena saya kalau mau cerita sesuatu harus ketemu, kalau mau berbagi yang seru-seru.

Makanya anda yang kenal dengan saya Saya di alam nyata, pasti nggak pernah menemukan saya dalam posisi di tempat sepi, dengan handphone di telinga, maksudnya adalah sibuk berkomunikasi dengan sidia lewat udara. Karena memang bukan tipe laki-laki yang suka ngobrol lewat udara. Saya lebih senang itu, yang komunikasinya kayak jaman dulu sebelum berkembangnya handphone.


image
Source

Kita bisa bertatap muka langsung, terus emosinya keluar dengan bebas. Saya lebih senang, apalagi kalau bercerita panjang, misalnya dia mau curhat, tapi lewat sms, atau whatsapp, Masya Allah, kan itu lama kita ngetiknya banyak menghabiskan waktu. Biasanya saya suka gini, "ehh, nggak punya pulsa, telponlah" ❗ atau nanti kita ketemuan ngobrol yang panjang, sehingga emosi yang keluar pun menjadi lebih tuntas, gitu kan. Kalau baca lewat chat kan lain, apasih maksudnya ini, senang atau sedih, itukan nggak jelas, itukan energi kita, buat kita untuk berpikir.

Ada istilah berteman dengan tukang ikan, bau amis, berteman dengan penjual parfum, kita jadi wangi. Jadi kesimpulannya, bergabung mesti pilih-pilih, tapi dalam arti, nggak juga mesti nggak juga di temanin, maka ada batasan. Kalau pribahasa kami orang Aceh, terkait dengan orang yang berinteraksi, dengan sedang jatuh cinta, itukan :

"Sabab tanyoe ka biasa, tanyoe saleng meu nging-nging, lheuh nyan tanyoe toe, trep-trep ka galak meu galak"

"Artinya gini, karena kita terbiasa, kita terus menerus melihat, terus dekat, lama-lama jatuh cinta"

Begitu juga dengan pertemanan, kalau kita lama-lama barengan, Insya Allah kita juga akan terpengaruh gaya berbicara, gaya berpakaian, gaya hidup, prinsip-prinsip hidup bisa tertularlah itu.

Jadi pesannya adalah, berteman yang sehat itu, pokoknya kita lihat itu. Cek ke diri kita dulu, apakah kita sendiri manusia lebih baik, atau kita menjadi manusia yang yang lebih emosional. Lebih jadi punya masalah kayaknya, masalah kita justru tambah berat, itu barangkali. Oke yang terakhir dari saya, cek kesehatan diri anda, cek mental anda, sehat apa nggak. Baru kemudian anda cek kesehatan mental teman, baru itu adalah pertemanan yang sehat. Karena kan, pertemanan itukan harus memberikan manfa'at yang terbaik. Kita memberikan manfa'at-manfa'at juga kepada orang lain, dan tentunya teman yang baik adalah, teman yang selalu mengajak kita ingat kepada Allah SWT.

Demikianlah postingan saya hari ini, moga-moga ada manfa'at yang di dapat. Terimakasih bagi anda yang telah mengikuti postingan ini hingga selesai, tetap terus di platform kesayangan kita ini, karena Steemit memang keren.

~Keep Writing~

image

Salam Sahabat Inspiratif

Sort:  

Terimakasih karena sudah mengingatkan.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63373.75
ETH 3170.63
USDT 1.00
SBD 3.88