Ramadhan Segera Berlalu Dan Kembali Fitri

in #life6 years ago (edited)

Kita sering terjebak dengan hal-hal pragmatis, yang artinya tidak secara umum. Karena prinsipnya secara umum gini ya, hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok, harus lebih baik dari hari ini. Yang jadi masalahkan hari ini, hari apa ? Jadi yang terpenting adalah hari ini. intinya begini, ketika tau hari ini, kita pasti bisa membandingkan dengan hari kemarin, dan bagaimana hari esok.

Kalau hari ini saja kita nggak ketemu, mana yang kita sebut kemarin, mana yang kita sebut esok. Ya, seperti lebaran, sebelum dan sesudah lebaran, yang penting apa ? Lebarannya ! Ngapain saat lebaran, jadi bukan sebelum dan sesudahnya lebaran itu. Apa yang kita lakukan disaat lebaran itu, itu lebih penting.

Contohnya ada tradisi dinegara kita ini yang sangat baik, yang tidak ada dinegara-negara lain. Seperti mudik menjelang lebaran, itu apa yang dilakukan ketika dia mudik disaat lebaran.

Kalau dikampung, didesa itu shalat dilapangan itu sangat baik untuk keluarga. Jadi itu ya, jangan sampai ya kita mikirkan ya, setelah lebaran gimana, tapi justru saat lebaran, saat hari raya kita nggak shalat I'ed, itukan salah. Pertama kita lakukan shalat I'ed dulu.


image
Source

Setelah shalat pulang, tradisi kita yang bagus adalah saling mema'afkan.
Jadi itu ketika kita melakukan lebaran ini dengan baik, pasti hasilnya akan lebih baik setelah lebaran, poinnya itu. Oke, berikutnya, kalau kita secara garis besar sudah tau, baru kita ngomong, secara mikronya kasus apa ini, misalnya tentang pembantu yang pulang saat lebaran. Jadi menurut pengamatan saya, tidak semua keluarga yang pembantu itu pulang, itu jadi repot dan nggak senang, seimbang, persis.

Misalnya anda seorang ibu, punya pembantu saat lebaran pulang, anda jadi nggak senangkan karena repot. Tapi, ada keluarga yang senang, yaitu keluarga pembantu tersebut, karena anaknya pulang, dia senang.

Intinya, kadang-kadang kita terjebak dengan hal-hal yang sebenarnya bagus, tapi melakukan dengan cara yang tidak bagus, tradisi mudik, tradisi saling mema'afkan, silaturahmi dengan keluarga dikampung, itukan bagus. Tapi, ketika kita memaksakan diri dengan cara seperti, kan jadi nggak bagus.
Makanya ada yang senang dan ada juga yang merasa dirugikan oleh mudik ini.

Selama bulan puasa kita dilarang makan, minum, dan berhubungan seksual dengan istri kita, atau suami kita. Padahal makan, dan minum, itu halal, suami dan istripun juga halal.

Namun ternyata dengan tekad dan kemauan besar, kita bisa. Nah, bila untuk menjauhi yang halal saja kita bisa, mestinya dengan tekad yang sama, semua perkara yang harampun lebih bisa kita tinggalkan, setelah Ramadhan.

Do'a pertama ketika saya mengetik postingan ini adalah, "Allahu Rabb, hilal kian beranjak, sabit berganti separuh bulan, lalu bergeser jadi purnama, dan sampai pada nikmat yang Allah berikan". Ramadhan akan segera pergi, mohon ampunkan hamba_MU ini, tetapkan pahala dan ridho_MU, untuk hamba_MU ini ya Rabb "Allahumma Innaka Afuntu Hibbul Afwa Fa'fua anna"➡ Engkau Maha pema'af, maka sudilah Engkau mema'afkan kami, dan terimakasih atas nikmat Ramadhan yang telah Engkau beri pada kami.


image
Source

Selepas Ramadhan ini pergi, mohon perkenankanlah kami kiranya Engkau jadikan kami, bagian dari hamba_MU yang menyelesaikan buku kehidupan dengan baik, yang senantiasa menjaga sikap ha'uf dan roja, sikap takut dan penuh harap hanya kepada_MU, yang senantiasa menjadi hamba Rabbani'um, yang bijak, yang paham ajaran agama, yang taqwa.

Hari ini kutitipkan pada_MU ya Allah setangkup do'a bersama air mata yang mengalir, meniti perlahan Dengan segala kerendahan hati, pertemukan kami kembali dengan Ramadhan_MU yang agung ditahun mendatang, Amin....

~Keep Writing~

image

Salam Sahabat Inspiratif

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63877.55
ETH 3143.56
USDT 1.00
SBD 3.97