@partiko | Rumah Adat Sumatera Barat- Indonesia | Traditional house in West Sumatera- Indonesia | Gadang traditional house | Rumah Gadang-11 | #383

in #partiko5 years ago (edited)

Source

Gadang House of West Sumatra

Still discussing about traditional houses in Indonesia. This time we will discuss about traditional houses in West Sumatra, namely Rumah Gadang. For more details, the following is written about the traditional house.

Rumah Gadang is the name for the Minangkabau traditional house which is a traditional house and many are found in the province of Sumatra Barat, Indonesia. This house is also called by another name by the local community with the name Rumah Bagonjong or there is also someone who calls it the name Baanjuang House. [1].
Houses with this model are also often found in western Sumatra, but not all areas in Minangkabau (darek) can be established by this traditional house, only in areas that have status as nagari, this Gadang House may be established. as well as in the area called rantau, this traditional house was also previously not established by Minangkabau nomads.

Function

Rumah Gadang as a residence for large families in Minangkabau, especially women.

Gadang House as a place to live together, has its own provisions. The number of rooms depends on the number of women living in them. Every woman in the family who has got a room. while old women and children get a place in a room near the kitchen. Teenage girls get shared rooms at the other end.

All parts of the Rumah Gadang are separate rooms except the bedroom. The inside is divided into lanjar and the space marked by the pole. the pole floated face to back and left to right. The pole that runs from front to back marks the row, while the pole from left to right marks space. The amount of lanjar depends on the size of the house, can be two, three and four. the space consists of an odd number between three and eleven.

The Gadang house is usually built on a plot of land belonging to the parent family in the tribe / people from generation to generation [2] and is only owned and inherited from and to women to the people [3]. in front of the Rumah Gadang usually there are always two Rangkiang buildings, used to store rice. .the Gadang house on the wing of the building on the right and left is an anjung room (Minang Language: anjuang) as a place for brides to side with or place of coronation for traditional heads, therefore the Gadang house is also called Baanjuang's house. on the solubility of Koto-Piliang using a support stick, while on the solubility of the Body-Chaniag do not use a support stick below it. this is in accordance with the philosophy adopted by these two different groups, the first group adheres to the principle of government which hierarchy uses a platform that uses a crutch, in the second group it is as if floating in the air. not far from the Rumah Gadang complex there is usually also built a surau that functions as a place of worship, an educational place and also as a place of residence for adult men of the unmarried people.

Architecture

This traditional house has a unique architectural shape with a pointed roof top that resembles a buffalo horn and was previously made from palm fiber which can last up to decades, [3] but recently the roof of this house has been replaced with zinc roofs. This Gadang house is made in the form of a rectangle and is divided into two parts, face and back. The front of the Gadang House is usually full of ornamental carvings and is generally patterned with roots, flowers, leaves and rectangular fields and parallelograms [1]. while the outside of the back is covered with bamboo halves.This traditional house is built from long poles, the house building is made upwards, but it is not easy to collapse by shocks [1], and every element of Rumah Gadang has its own meaning which is based on Tambo which is in the customs and culture of the local community.

In general, Gadang Houses have one ladder located on the front. While the kitchen is built separately on the back of the house that is attached to the wall.

Because the Minangkabau region is prone to earthquakes since it was previously located in the Bukit Barisan mountains, the Rumah Gadang architecture also takes into account earthquake-resistant designs. The entire Rumah Gadang pole is not planted into the ground, but rests on a flat rock that is strong and wide. the whole connection of each large pole and kasau (kaso) meeting does not use nails, but uses a peg that is also made of wood. When an earthquake occurs the Rumah Gadang will shift flexibly like dancing on a flat rock where a post or stand stands. likewise, each connection connected by a wooden peg also moves flexibly, so that the Gadang House built correctly will be resistant to earthquakes. [Source] (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang)

Rumah Gadang Sumatera Barat

Masih membahas tentang seputar rumah adat di Indonesia. Kali ini akan membahas tentang rumah adat di Sumatera Barat yaitu Rumah Gadang. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikutip tulisan tentang rumah adat tersebut.

Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsiSumatra Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjongatau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.[1].

Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

Fungsi

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal keluarga besar di Minangkabau, terutama kaum perempuan.

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjarbergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun[2]dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut[3]. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan pada kelarasan Bodi-Chaniagotidak memakai tongkat penyangga di bawahnya. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, golongan pertama menganut prinsip pemerintahan yang hierarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan kedua anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.

Arsitektur

Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnyaruncing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun,[3] namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian, muka dan belakang. Bagian depan dari Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang[1]. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan[1], dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.

Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.

Karena wilayah Minangkabau rawan gempa sejak dulunya karena berada di pegunungan Bukit Barisan, maka arsitektur Rumah Gadang juga memperhitungkan desain yang tahan gempa. Seluruh tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke dalam tanah, tetapi bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar. Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai paku, tetapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu. Ketika gempa terjadi Rumah Gadang akan bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tonggak atau tiang berdiri. Begitu pula setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu juga bergerak secara fleksibel, sehingga Rumah Gadang yang dibangun secara benar akan tahan terhadap gempa. Source

Posted using Partiko Android

Sort:  

Thank you so much for being an awesome Partiko Partner! You have received a 100% upvote as benefit. Together, let’s change the world!

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64605.91
ETH 3159.61
USDT 1.00
SBD 4.11