The Points of Light Sweat, not From the Opposing Errors | Poin dari Keringat Sendiri, Bukan dari Kesalahan Lawan |

in #philosophy6 years ago



Life is like a MotoGP race, athletic competition, or other sports competition. Every human being is a racer who competes to reach the finish line. Seeing the finished flag flying for the first time is the dream of every racer. Everyone wants to be the first, that's the maximum target that must be achieved. But of course, it's not easy.

People who occupy the first position, will not necessarily remain first until the race. Likewise the opposite. Many factors must be maintained and strengthened to be the first. Engine performance (supporting tools), weather, team support, but the most important thing is the ability of the racer to ride the bike. Although unreliable, good fortune also influences. Many events, a rider who has taken the lead since the start, slipped before finishing on the last lap.

Although luck does exist, he cannot be relied on to win the championship or at least take the podium. The wise said luck is a meeting of mature preparation with honed abilities. Indeed, there are times when poor people who become champions in a race that is full of intrigue, unfair, and full of slander. But it is not a race that should be imitated, let alone be part of the perpetrators of fraud.




The road to the champions is definitely not smooth. For this reason, careful preparation and consideration of all aspects are needed. A true champion does not think of taking advantage of an opponent's misfortune as the opponent slips or is hit by another rider. True champions choose to prepare themselves to be champions. Even if the opponent then falls, the engine burns, or so, that fate is considered bad luck. Not included in the preparation variable.

The driver focuses on the finish line, doesn't see who is chasing him behind. If it is only busy with the opponent behind him, it could be that he will be overtaken because his attention has been divided. Maybe that's why a rider rarely looks back except for casuistics to get certainty.

Even true tennis players behave like that. They become champions of point-by-point collected from their own sweat, not from opponents' mistakes such as the ball coming out or on the net. They practice to increase their capacity and collect points and wins from there. Even if the opponent later returns the ball, it is a bonus.

That's how it is in life. Competition is needed to improve the ability of each individual to build a culture of fair competition. Furthermore, competition is needed to hone brave characters to fight, be highly competitive, respect your opponent, and have a big spirit when you lose, don't blame God and others. Even those who win must respect their opponents. As the Javanese proverb says: Menang tanpa ngarosake. Victory is achieved without having to embarrass your opponent. Just enough celebration, not excessive. []






Poin Dari Keringat Sendiri, Bukan Dari Kemalangan Lawan

HIDUP ini tak ubahnya seperti perlombaan MotoGP, lomba lari, atau pertandingan olahraga lainnya. Setiap manusia adalah racer yang berlomba untuk mencapai garis finis. Melihat bendera finis berkibar untuk pertama kali adalah impian setiap racer. Semua orang ingin menjadi yang pertama, itu target maksimal yang harus dicapai. Tapi tentu saja tidak mudah.

Orang yang menempati posisi pertama, belum tentu akan tetap berada di urutan pertama sampai lomba. Demikian juga sebaliknya. Banyak faktor yang harus dijaga dan dikuatkan untuk menjadi yang pertama. Perfoma mesin (alat pendukung), cuaca, dukungan tim, tapi yang paling penting adalah kemampuan racer menggendarai motornya. Meski tidak bisa diandalkan, nasib baik juga ikut memengaruhi. Banyak kejadian, seorang pebalap yang sudah memimpin sejak start, tergelincir menjelang finis di lap terakhir.

Meski keberuntungan memang ada, ia tidak bisa diandalkan untuk mendapatkan juara atau minimal naik podium. Kata orang bijak, keberuntungan adalah pertemuan persiapan matang dengan kemampuan yang terasah. Memang ada kalanya orang tidak mampu yang menjadi juara dalam sebuah perlombaan yang penuh intrik, tidak fair, dan penuh guyuran fitnah. Namun itu bukan perlombaan yang patut ditiru, apalagi menjadi bagian dari pelaku kecurangan.




JALAN menuju juara sudah pasti tidak mulus. Untuk itulah, perlu persiapan yang matang dan mempertimbangkan semua aspek. Juara sejati tidak berpikir untuk mengambil keuntungan dari kemalangan lawan seperti lawan tergelincir atau ditabrak pebalap lain. Juara sejati memilih untuk menyiapkan diri menjadi juara. Kalaupun lawan kemudian terjatuh, mesinnya terbakar, atau sebagainya, itu nasib dianggap sebagai nasib buruk saja. Tidak masuk dalam variabel persiapan.

Pebalap fokus dengan garis finis, tidak melihat siapa yang mengejarnya di belakang. Kalau hanya sibuk dengan lawan di belakangnya, bisa jadi ia akan disusul sebab perhatiannya sudah terpecah. Barangkali karena itulah seorang pebalap sangat jarang melihat ke belakang kecuali untuk kasuistik untuk mendapatkan kepastian.

Para petenis sejati pun bersikap demikian. Mereka menjadi juara dari poin demi poin yang dikumpul dari kucuran keringat sendiri, bukan dari kesalahan lawan seperti bola keluar atau menyangkut di net. Mereka berlatih untuk meningkatkan kapasitas diri dan mengumpulkan poin serta kemenangan dari sana. Kalaupun nanti lawan salah mengembalikan bola, itu adalah bonus.

Begitulah dalam hidup ini. Persaingan dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan setiap individu untuk membangun budaya kompetisi yang fair. Lebih jauh lagi, persaingan dibutuhkan untuk mengasah karakter berani bertarung, berdaya saing tinggi, menghormati lawan, dan berjiwa besar ketika kalah, tidak menyalahkan Tuhan dan orang lain. Bagi yang menang pun, harus menghormati lawannya. Seperti kata pepatah Jawa: Menang tanpa ngarosake. Kemenangan diraih tanpa harus mempermalukan lawan. Selebrasi secukupnya saja, tidak berlebihan.[]






Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Sort:  

Menjalani kehidupan dengan kompetisi harian memang positif. Banyak buku yang menulis bagaimana harus berjuang layaknya sedang mengikuti perlombaan. Terima kasih bang nasehatnya.

Artikel di atas terinspirasi dari perjuangan menjadi anggota Bawaslu Aceh Utara @andrianhabibi. Banyak kompetitor tidak mau bersaing dengan fair, tetapi menyebar fitnah, mencari-cari kesalahan yang sebenarnya bukan sebuah kesalahan, bukan pelanggaran. Saya pikir, mereka yang punya sifat seperti itu lebih fokus kepada kesalahan lawan daripada memperkuat kemampuan sendiri. Terima kasih kembali sudah singgah di sini. Saleum.

Sangat super dan bijak sekali bg @ayijufridar. Persaingan yang sehat, fokus pada tujuan sendiri, bukannya asik mempertimbangkan lawan yang begini dan begitu. Semoga sukses selalu karena "poin dari keringat sendiri, bukan kesalahan lawan". I like this phrase. it's motivating a lot.

Namun dalam setiap persaingan, selalu kita menjumpai orang-orang seperti itu, dan terkadang mereka memiliki kelomok tersendiri yang memiliki karakter sama. Namun, mereka tidak akan pernah sampai ke puncak karena memiliki orientasi berbeda. Terima kasih @city29 dan tetap semangat.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63799.64
ETH 3130.40
USDT 1.00
SBD 3.97