Sepenggal Kisah di Padang Gembala [Silampung Photography]

in #photography6 years ago

Kami saling menatap, sorot matanya yang tajam tak berkedip menatapku. Aku terus menatapnya, kali ini aku mulai mendekatinya. Ia tidak bergerak, tetapi kakinya seolah memasang kuda-kuda. Lama kami saling diam dengan jarak yang hanya 5 meter. Lalu, sekonyong-konyong ia bersuara lantang memecah kesunyian. Aku faham akan hal itu, ia memberi ucapan selamat datang kepadaku lalu aku menyentuhnya penuh kerinduan.

Namanya Landuk, ia adalah seekor kerbau jantan peliharaan keluarga kami. Badannya yang kekar, berkulit hitam dan bertanduk melengkung, begitu khas sehingga tampak berbeda dengan kerbau lainnya.

Teringat 10 tahun lalu, Landuk adalah kerbau kecil yang kurus. Waktu itu ia kami temui sendirian di tengah padang gembala sambil meraung-raung penuh kesedihan. Disampingnya seekor kerbau besar tergeletak kaku. Aku dan pamanku datang menghampirinya. Pelan-pelan kami mendekatinya lalu membawanya pulang.

Induk Landuk mati tergorok. Kami semua sangat terpukul atas kejadian ini. Seseorang yang tak bertanggung jawab dengan biadap membunuh sang Induk. Memang saat kami lepas ke padang gembala sang induk sedang hamil besar. Melepas kerbau gembala disaat tak musim bersawah adalah hal biasa bagi semua petani seperti kami. Hanya sesekali saja kami menjenguknya, sekedar memastikan sang kerbau baik-baik saja. Di masa itu mereka bebas di padang gembala sampai tiba saatnya musim hujan. Saat kami harus kembali menjemputnya untuk membajak sawah.

Tetapi hal yang tidak kami inginkan terjadi. Belum lagi musim hujan tiba. Seseorang memberitahu kami bahwa kerbau kami mati di gorok di padang gembala. Aku dan pamanku bergegas menuju padang gembala. Benar saja, kerbau kami terbujur kaku, meninggalkan seekor kerbau kecil berwarna hitam dan sangat kurus.

Landuk, demikian aku menamainya. Sepenuh hati aku merawatnya. 3 hari ia tak mau makan dan minum karena trauma. Matanya selalu basah berlinang air mata. Berbagai cara kami lakukan agar Landuk makan dan pulih dari trauma. Aku takut sekali kehilangannya. Landuk adalah satu-satunya generasi penerus kerbau kami. Pagi, siang bahkan dikala malam aku selalu bersamanya, menghiburnya, membujuknya agar ia mau makan. Di hari ke empat ia mulai mau makan, meski tidaklah banyak, tetapi itu adalah isyarat semangat hidup.

Landuk berangsur pulih, ia mulai lincah dan mau bermain di sawah. Sepulang sekolah, aku langsung membawanya ke padang rumput. Kepadanya aku bercerita banyak hal. Tentang guruku yang galak, temanku yang jahil hingga banyaknya PR yang harus ku kerjakan. Landuk adalah pendengar setiaku.

Waktu berlalu, Landuk sudah menjadi kerbau remaja yang gagah. Ia pun sudah mulai belajar membajak sawah.

Selesai tamat sekolah aku harus meninggalkan kampung halaman untuk bekerja. Aku dan Landukpun berpisah. Kubelai kepalanya untuk terakhir kali, kubisikkan kata ditelinganya bahwa aku akan kembali. Raungan Landuk mengiringi kepergianku merantau.

Aku bukanlah orang yang sukses di rantau, sehingga baru bisa pulang setelah 10 tahun. Kehidupan keras di rantau membuatku hanya bisa survive. Berulang kali aku gagal untuk pulang karena tak cukup uang. Dan kini setelah10 tahun, aku baru bisa kembali pulang.

Bertemu Landuk bagiku bagai bertemu sahabat lama. kubelai kepala Landuk dengan kedua tangganku, ia hanya mengeluarkan lengkingan suara yang tiada henti. Kami berdua saling melepas rindu.

Lalu tiba-tiba Landuk berbalik arah dan pergi menjauh. Ia mendekati seekor kerbau betina yang sedang bersama anaknya. Landuk memandangiku dari kejauahan, matanya seolah berkata, inilah aku dengan keluargaku. Generasi kerbau keluargaku berikutnya.

IMG-20180514-WA0016.jpg

IMG-20180514-WA0017.jpg

IMG-20180514-WA0015.jpg

IMG-20180514-WA0014.jpg

Camera :

Smartphone Xiaomi Note 3

Location :

Persawahan Dusun Pangkul
Desa Sukaraja, Kalianda
Lampung Selatan
INDONESIA

"Lasaklah ... Sebanyak, Sebisa dan Sejauh Mungkin, Karena Hidup Bukan Diam di Satu Tempat"

Kaki Lasak : All About Travel, Photo & Food

Follow Me :
Steemit @ kakilasak
Facebook @ husaini_sani
Instagram @ ucok_silampung & @ kaki_lasak
Whatsapp +6282166076131

Sort:  

Jadi ingat waktu kecil dulu menggembalakan kerbau di kampung, Mas @kakilasak...hehee
Foto2nya selalu keren Mas... Sepertinya berbakat fotografi...😀

Salam sukses...☕🤗❤

Masi belajar mas, camerapun henpon hehe. Btw makasih sudah mampir :)

Mac nama temanku, mungkin ia tidak sekekar landuk. aku menemukannya di sebuah taman sedang melompat-lompat menangkap semut. Mac saat itu kucing kurus dengan bulu mencuat kemana-mana.
Dia bukan kucing sehat, ia juga tak bersuara. Bahkan aku hampir melihat tulang rusuknya.
Mac ku bawa pulang, sebelum sampai rumah aku singgah ke warung nasi beli ikan goreng. buat mac pikirku.

Sampai di rumah, aku sediakan tempat buang airnya, aku remas nasi dan ikan goreng tadi lalu ku beri pada mac. ku perhatikan mac ternyata kucing yang tenang, dari sampai ke rumah dia cuma duduk menunggu, memperhatikanku melakukan segala sesuatu.

setelah makan, aku yang sedang berbaring dihampiri mac. perlahan mac merapatkan tubuhnya ke bawah ketiakku. Dia kedinginan.

Mac yang dulu kurus kering, sekarang jadi kucing baik hati dan selalu menuruti ibuku. Ibuku menganggap Mac jadi penggantiku ketika aku diperantauan. Begitulah mac. dia masih hidup lho by the way....

oalah malah bisa bikin postingan ini namanya

Hahaha, satu postingan niii... Salam dari kelom buat mac, kelom nama kucing jantan ku di rumah hehe

Mak jang............
Sukak kali aku ma foto pemandangannya. Indonesia Indah!

Hi, You Just got an upvote from @steemit.medan, Keep create interesting and original content..!!!
[steemit.medan]

Screen Shot 2018-05-02 at 14.31.56.png

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64513.75
ETH 3146.11
USDT 1.00
SBD 3.95