Sekelebat Info Tentang FAME Pidie Bersama Juha Salim; Ajak Semua Pengawai Diplomat AS Masuk Steemit.

Secara tiba-tiba hari kedua puasa saya dan Pak Ukis tidak bisa tidur siang. Konsulat Amerika datang ke Sekolah SUKMA Bangsa(SSB) Pidie untuk mengisi kelas FAME spesial ramadan. Ada Ibu Rahma Latiri dan orang Amerika keturunan Swedia-Finlandia Juha Salim.

Setelah bertemu Marthunis Bukhari, Direktur SSB Pidie dan dikenalkan sekolah ini, serta melihat-lihat foto kegiatan SSB beliau masuk untuk memberikan materi. Tajuknya adalah Ramadan di Amerika. Juha mengatakan kalau Amerika negara yang toleran, menerima siapa saja dan Islam disana bertumbuh setiap harinya. Dia dengan wajahnya yang merah bukan karena marah tapi memang begitu warna kulitnya, dengan semangat menceritakan sejarah Islam di Amerika siapa yang bawa dan bagaimana shalat, puasa dan Idul Fitri di sana.

Kami sebagai pendengar setia walaupun sudah tahu hal itu ya diam-diam saja. Dia berbicara bahasa inggris dan diterjemahkan oleh Ibu Rahma dengan tenang sambil duduk. Acara berlangsung sangat tepat waktu, 14.30 mulai dan diakhiri saat Ashar sudah satu rakaat. Beliau berdua juga membawa kabar gembira kepada kita semua kalau ada beasiswa untuk pelajar bernama YES (Youth Exchange and Study) dan untuk orang dewasa ada YSEALI (Youth Southeast Asian Leader Inititative) nanti saya poto gambarnya dan linknya.

Lalu dimulailah keseruannya. Saat tanya jawab. Pertama bapak Madi menanyakan apa menceritakan tentang anaknya Kahfi Rasfanjani yang mengambil beasiswa YES dua tahun lalu dan sekolahnya menyediakan tempat salat untuk Kahfi khusus karena sekolah itu jarang ada siswa muslimnya.

Juha Salim lalu menjawab dan menceritakan apa yang Presiden Trump lakukan. Itulah yang membuat saya panas kuping. Saat mengatakan Trump ke Arab setelah dilantik untuk bertemu dengan pemimpin Islam, lalu ke Palestina untuk bertemu pemimpin Yahudi dan ke Roma untuk bertemu pemerintah kristen, saya jadi naik pitam.
Padahal pak @yarmen-dinamika bilang secara tersirat, jangan ganggu-ganggu masalah itu, kita lihat beasiswa yang mereka tawarkan saja. Tapi Juha mensahkan kalau Palestina merupakan negara yahudi saya marah. Dan tunjuk tangan untuk bertanya.

Saya lupa saya tanya apa, pokoknya kenapa anda membuka kedutaan di Yerusalem dan bagaimana pendapat anda tentang Palestina yang terus diusir dari tanah mereka. Itu kalau gak salah saya tanya. Tapi namanya saja diplomat, pasti menjawab secara diplomasi kalau 20 tahun sudah AS menunda membuka kedutaan di Yerusalem. Lalu yang mendamaikan Palestina vs Israel -saya buat Palestina kandang, tau lah kita kenapa- harus Palestina dan Israel sendiri, karena kalau kita kasih PBB nanti dibagi lagi tanahnya kan?

Teuku Musliadi di Grup FAME juga benci Donal Trump. Dan dia malah bilang kalau Trump telah membuka pintu dengan merebut Yerusalem dari tangan orang Islam. Tapi ya kita inginkan adalah terwujudnya perdamaian dunia. Dan pelan-pelan dan secara tanpa kekerasan, mungkin dengan literasi bisa, orang Islam semakin pintar dan duduk di jabatan penting dunia dan merebut kembali yang sudah diambil dengan cara yang bijak dan cerdik.

Saat pulang dan penutupan saya dan @rezaacoi bilang akan menuliskan ini di Steemit. Dan Juha pun bengong. Apa itu Steemit? Katanya, saya dan ketua Acoi berusaha menjelaskan dengan bahasa inggris kami yang terbata-bata. Sampai Mas Juha tak mengerti juga, dan baru ini dia mendengarnya. Dia akan tanya Rahma dan akan menyuruh Rahma mencari tahu apa itu Steemit. Dia akhir sesi foto-foto Acoi malah bilang, “Suruh semua pegawai kedutaan Amerika buat akun steemit” saya ketawa dalam hati, tapi wajah merenggut, tidak setuju Palestina disebut kota yahudi.
Dari Area 51, Riazul Iqbal Melaporkan!