Kisah Inspiratif – Anak Pendeta Menjadi Seorang Pendakwah Islam [Inspirational Story - Pastor's Son Becomes an Islamic Preacher]/@ekafao

in #religion6 years ago

Muhammad Syafi’i Pasaribu
Muhammad Syafi’i Pasaribu adalah seorang anak muda yang berasal dari agama Kristen. Nama lahirnya yaitu Christian Pasaribu. Pada saat SMA keyakinan terhadap agama lamanya mulai bergoncang, daya kritisnya mulai hadir dari hobby yang gemar membaca, berdiskusi, dan mengkaji kitab sucinya.

Konsep ketuhanan yang menjadi dasar kebimbangan Muhammad Syafi’i Pasaribu terhadap agama lamanya. Saat itu Muhammad Syafi’i Pasaribu baru berusia 17 tahun dan kebimbangan tersebut membuat Muhammad Syafi’i Pasaribu penasaran dan ingin tahu tentang konsep ketuhanan agama Islam. Dia kemudian mulai bertanya – tanya kepada teman seusianya yang muslim di lingkungan sekolahnya.

Pertanyaan – pertanyaan dan diskusi tersebut tidak memberikan jawaban dan kepuasan hati bagi Muhammad Syafi’i Pasaribu. Akhirnya Muhammad Syafi’i Pasaribu mendatangi dan bertanya tentang Islam kepada guru agama di sekolahnya yang bernama Pak Sudirman Latsa.

Pada akhirnya Muhammad Syafi’i Pasaribu memutuskan pindah agama dan hal tersebut tidak dapat diterima oleh orang tuanya yang merupakan seorang pendeta. Pak Sudirman Latsa juga mengingatkan Muhammad Syafi’i Pasaribu bahwa sesuai aturan dari Kementerian Agama bahwasanya seseorang harus berusia minimal 21 tahun jika ingin pindah agama, jika tetap ingin pindah harus mendapatkan surat keterangan izin pindah agama dari orang tua. Hal tersebut membuat Muhammad Syafi’i Pasaribu yang ingin pindah agama secara diam – diam memutuskan untuk berterus terang kepada keluarganya, dan niat tersebut akhirnya disetujui orang tuanya tetapi dengan syarat Muhammad Syafi’i Pasaribu harus keluar dan tidak lagi menjadi anggota keluarga.

Terpisah dari keluarga tidak merubah niatnya untuk masuk agama Islam, akhirnya Muhammad Syafi’i Pasaribu datang ke Panti Asuhan Muhammmadiyah di Jalan Setia Budi, Kisaran pada tanggal 8 Februari 2008, disanalah Muhammad Syafi’i Pasaribu mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Namanya berganti dari Christian Pasaribu jadi Muhammad Syafi'i Pasaribu. Setelah itu, Muhammad Syafi'i Pasaribu tinggal di panti tersebut.

Berpisah dengan orang tua merupakan tantangan bagi Muhammad Syafi'i Pasaribu dikarenakan kebutuhan hidupnya masih menjadi tanggungan orang tuanya. Status sebagai seorang pelajar dan belum bekerja merupakan hal yang tidak mudah jika harus berpisah dari orang tua. Akhirnya Muhammad Syafi'i Pasaribu bekerja paruh waktu untuk mendapatkan biaya hidup. Muhammad Syafi'i Pasaribu bekerja sebagai pencuci piring disalah satu rumah makan. Muhammad Syafi'i Pasaribu juga pernah berjualan es di pinggir jalan.

Setelah lulus SMA, Muhammad Syafi'i Pasaribu melanjutkan pendidikan agama Islam di sebuah pasantren di Sukabumi Jawa Barat. Hanya dalam waktu 3 bulan Muhammad Syafi'i Pasaribu telah mampu berbicara dalam bahasa Arab. Dalam waktu 6 Bulan Muhammad Syafi'i Pasaribu telah mahir dalam tulisan Arab, dan dalam setahun Muhammad Syafi'i Pasaribu telah mampu menghafal 10 Juz Al – Quran.

Akhirnya atas kuasa ALLAH, berita tentang Muhammad Syafi'i Pasaribu terdengar oleh seorang Pilot di Jakarta. Pilot tersebut mengangkat Muhammad Syafi'i Pasaribu menjadi anak angkatnya. Pilot tersebut menyekolahkan Muhammad Syafi'i Pasaribu sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Muhammad Syafi'i Pasaribu memilih kuliah di jurusan Bahasa Arab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disela – sela kuliah, Muhammad Syafi'i Pasaribu sering menjadi penceramah di sejumlah majelis dan tempat – tempat pengajian. Pada tahun 2012, sebuah agen perjalanan haji memberi hadiah kepada Muhammad Syafi'i Pasaribu untuk pergi umroh secara gratis.

Muhammad Syafi’i Pasaribu
Muhammad Syafi'i Pasaribu is a young man from Christianity. His birth name is Christian Pasaribu. At the time of high school beliefs against the old religion began to shake, critical power began to come from the hobby who likes to read, discuss, and review the scriptures.

The concept of the divinity that became the basis of the hesitation of Muhammad Syafi'i Pasaribu against his old religion. At that time Muhammad Syafi'i Pasaribu was only 17 years old and the doubt made Muhammad Syafi'i Pasaribu curious and curious about the concept of the divinity of Islam. He then began to question his age Muslim friends in his school environment.

These questions and discussions do not provide answers and satisfaction for Muhammad Syafi'i Pasaribu. Finally Muhammad Syafi'i Pasaribu came and asked about Islam to the religious teacher at his school named Mr. Sudirman Latsa.

In the end Muhammad Syafi'i Pasaribu decided to convert and it could not be accepted by his parents who was a pastor. Pak Sudirman Latsa also reminded Muhammad Syafi'i Pasaribu that according to the rules of the Ministry of Religious Affairs that a person must be at least 21 years of age if you want to change religion, if you still want to move must get a certificate of permission to change religion from parents. It made Muhammad Shafi Pasaribu who wanted to convert secretly decided to be honest with his family, and the intention was finally approved by his parents but on condition that Muhammad Shafi Pasaribu should leave and no longer be a member of the family.

In the end Muhammad Syafi'i Pasaribu decided to convert and it could not be accepted by his parents who was a pastor. Pak Sudirman Latsa also reminded Muhammad Syafi'i Pasaribu that according to the rules of the Ministry of Religious Affairs that a person must be at least 21 years of age if you want to change religion, if you still want to move must get a certificate of permission to change religion from parents. It made Muhammad Shafi Pasaribu who wanted to convert secretly decided to be honest with his family, and the intention was finally approved by his parents but on condition that Muhammad Shafi Pasaribu should leave and no longer be a member of the family.

Apart from the family did not change his intention to convert to Islam, Muhammad Syafi'i Pasaribu finally came to the Muhammmadiyah Orphanage at Jalan Setia Budi, Kisaran on February 8, 2008, there Muhammad Syafi'i Pasaribu uttered the Two Sentences of the Creed. His name changed from Christian Pasaribu to Muhammad Syafi'i Pasaribu. After that, Muhammad Syafi'i Pasaribu lives in the orphanage.

Parting with parents is a challenge for Muhammad Syafi'i Pasaribu because the needs of his life is still the responsibility of his parents. Status as a student and not working is not easy if you have to separate from parents. Finally Muhammad Syafi'i Pasaribu worked part time to earn living expenses. Muhammad Syafi'i Pasaribu works as a dishwasher at a restaurant. Muhammad Syafi'i Pasaribu also once sold ice on the roadside.

After graduating high school, Muhammad Syafi'i Pasaribu continued his Islamic education in a pasantren in Sukabumi West Java. In just 3 months Muhammad Syafi'i Pasaribu was able to speak in Arabic. Within 6 Months Muhammad Syafi'i Pasaribu has been proficient in Arabic script, and in a year Muhammad Shafi Pasaribu has been able to memorize 10 Quran Al-Quran.

Finally upon the power of GOD, the news about Muhammad Shafi Pasaribu was heard by a Pilot in Jakarta. The pilot appointed Muhammad Syafi'i Pasaribu to be his adopted son. The pilot sent Muhammad Syafi'i Pasaribu to high school level. Muhammad Syafi'i Pasaribu chose to study in Arabic, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

In between classes, Muhammad Syafi'i Pasaribu is a frequent speaker in a number of assemblies and study places. In 2012, a pilgrim travel agency rewards Muhammad Syafi'i Pasaribu to go umroh for free.

Datang langsung Malam ini

CERAMAH MUHAMMAD SYAFI'I PASARIBU

Rabu 11 Juli 2018

Mesjid Tumpok Teungoeh Lhokseumwe

Ba’da Shalat Isya

Regard, @ekafao

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64038.60
ETH 3148.89
USDT 1.00
SBD 3.97