Ricky Yakob, Indonesian Football Legend | Ricky Yakob, Legenda yang Kini Melatih Pemain Usia Dini |

in #sports6 years ago

Ricky Yakob Ayi Jufridar.jpg


In the 1980s I was still a goalkeeper at the Cot Gapu Stadium, Bireuen, Aceh. We are also in charge of providing drinks for football players during the game. Unlike the now existing minerals ai, at that time the drink provided is sugar water and tea.

Becoming a goalkeeper is great because it can watch football games closely and for free. We also get paid the honorarium and free clothing from sponsors. But, at that time a t-shirt that is provided are all large so that the oversize on our skinny body.

The Indonesian national team was well respected in Asia for winning several events such as the SEA Games and achieving at the Asian Games. I often watch them on TV and admire some players like Ponirin Meka goalkeeper, Robby Darwis, Marzuki Nyak Mad, Jaya Hartono, Rully Nere, Bambang Nurdiansyah, and the most special is Ricky Yakob.

I remember with my friends watching the Indonesian national team match against PSV Eindhoven reinforced Ruud Gullit. Ricky scored one of Indonesia's two goals to make it 2-2. One of Ricky's awesome tricks is when the free kick, he pretends to lay the ball. PSV's defense block then is rather loose and not as ready as before. That was Ricky kicking the ball. There was no goal because of his ball over the crossbar. However, the kick was enough to make them startled.

So when the PSSI team came to Cot Gapu Stadium, I was very excited. While leaving for school at SMP Negeri 2 Bireuen, I was surprised to meet Rully Nere who was walking with other players from Hotel Purnama Raya to Cot Gapu Stadium. Saturday afternoon, PSSI won 5-0 against PSAP Sigli who was then still in the Competition Union. Sunday afternoon, PSSI play again against the host PSSB Bireuen and they won again 5-1.

When announcing the PSSB Bireuen game against PSSI on Saturday afternoon, the famous sports commentator at Bireuen, Mawardi Sulaiman (a former reporter for Waspada), mentioned; "If in PSSI there Rully Nere, in PSSB there is Nyak Umar. If in PSSI there is Ricky Yakob, in PSSB there Iskandar Djalil ...! "

It's not only the audience laughed, but the night when I went to Purnama Raya Hotel and heard the PSSI players conversation, they also laughed because the commentator compared Rully Nere with the same black Nyak Umar and curly hair. Rully Nere from Papua, Nyak Umar from Aceh, but they are physically similar. Ricky Yakob and Iskandar Djalil are equally handsome.

Although both have defended PSSI, both achievements far adrift. Ricky Yakob is now a legendary player in Indonesia and became the first Indonesian player to be contracted in Japan. At that time he became the most expensive player Indonesia when contracted Matshushita FC which is now changed to Gamba Osaka. Ricky Yakob who was born in Medan on March 12, 1963, was dubbed as Paul Breitner Indonesia for his skills in front of goal and strengthen PSSI since 1885 - 1991. While Iskandar Djalil strengthens Tapanuli FC Tigers and had become a reserve player PSSI at SEA Games Chiang Mai, Thailand.
***


NEARLY 25 years later, I accidentally met again with Ricky Yakob, now better known to Yakobi since he played in Japan. While sitting drinking coffee at a coffee shop in Banda Aceh, a member of the Lhokseumawe DPRK who is also a businessman, Mukhlis Azhar aka Pak Ulis, called me and introduced with Ricky Yakob. Pak Ulis invited Ricky Yakob to give coaching clinic to the early childhood who is now a Ricky Yakob concentrate.

He now founded a football school or SSB Ricky Yakobi located in Field F, Senayan Sports Complex, Jakarta. The cost is relatively cheap compared to other SSB in Jakarta, which is only Rp550 thousand for registration and Rp150 thousand for the monthly fee. In addition, SSB Ricky Yakobi provides scholarships to underprivileged children.

When touched on his appearance in Bireuen, Ricky Yakob was still remembering it well. He said the 1980s was a time of Indonesia's national team is highly respected in Asia. "We have to work hard to advance Indonesian football. One of them by fixing early age players," Ricky said.[]

Source:

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Ricky_Yacob
  2. https://juara.bolasport.com/read/ragam/sosok/140603-legenda-ricky-yacobi-paul-breitner-dari-medan
  3. https://www.merdeka.com/peristiwa/ricky-yacob-pesepakbola-indonesia-pertama-di-negeri-sakura.html
  4. http://www.tribunnews.com/superskor/2017/01/20/tugas-berat-ricky-yacobi-di-pssi-tangani-pemain-usia-dini-untuk-bekal-ke-timnas
  5. http://redaksiindonesia.com/read/ketika-pak-timbul-bertemu-lagi-dengan-keluarga-ricky-yacob-sisi-humanis-sang-legenda-olahraga





Ricky Yakob, Sang Legenda yang kini Melatih Pemain Usia Dini

Tahun 1980-an saya masih menjadi anak gawang di Stadion Cot Gapu, Bireuen, Aceh. Kami juga bertugas menyediakan minuman bagi para pemain bola saat pertandingan. Berbeda dengan sekarang yang sudah ada ai mineral, saat itu minuman yang disediakan adalah air gula dan teh.

Menjadi anak gawang sangat menyenangkan karena bisa menyaksikan pertandingan sepakbola secara dekat dan gratis. Kami mendapat honor pula dan pakaian gratis dari sponsor. Tapi, saat itu kaos yang disediakan semuanya berukuran besar sehingga kedodoran di tubuh kami yang kurus.

Tim nasional Indonesia saat itu cukup disegani di Asia karena menjuarai beberapa even seperti SEA Games dan berprestasi di Asian Games. Saya sering menonton mereka di TV dan mengangumi beberapa pemain seperti kiper Ponirin Meka, Robby Darwis, Marzuki Nyak Mad, Jaya Hartono, Rully Nere, Bambang Nurdiansyah, dan yang paling istimewa adalah Ricky Yakob.

Saya ingat bersama teman-teman menyaksikan pertandingan tim nasional Indonesia melawan PSV Eindhoven yang diperkuat Ruud Gullit. Ricky mencetak satu dari dua gol Indonesia untuk membuat skor menjadi 2-2. Salah satu trik mengagumkan dari Ricky adalah ketika tendangan bebas, ia berpura-pura meletakkan letak bola. Blok pertahanan PSV kemudian agak longgar dan tidak sesiap sebelumnya. Detik itulah Ricky menendang bola. Tidak terjadi gol karena bolanya melewati mistar gawang. Namun, tendangan itu cukup membuat mereka kaget.

Maka ketika tim PSSI datang ke Stadion Cot Gapu, saya sangat gembira. Saat berangkat sekolah pagi di SMP Negeri 2 Bireuen, saya kaget berjumpa dengan Rully Nere yang sedang berjalan kaki bersama pemain lain dari Hotel Purnama Raya ke Stadion Cot Gapu. Hari Sabtu sore, PSSI menang 5-0 melawan PSAP Sigli yang waktu itu masih berada dalam Kompetisi Perserikatan. Minggu sore, PSSI main lagi melawan tuan rumah PSSB Bireuen dan mereka menang lagi 5-1.

Ketika mengumumkan pertandingan PSSB Bireuen melawan PSSI pada Sabtu sore, komentator olahraga terkenal di Bireuen, Mawardi Sulaiman (mantan wartawan Waspada), menyebutkan; “Kalau di PSSI ada Rully Nere, di PSSB ada Nyak Umar. Kalau di PSSI ada Ricky Yakob, di PSSB ada Iskandar Djalil…!”

Bukan hanya penonton yang tertawa, tetapi malamnya ketika saya ke Hotel Purnama Raya dan mendengar percakapan para pemain PSSI, mereka juga tertawa karena komentator membandingkan Rully Nere dengan Nyak Umar yang sama berkulit hitam dan berambut keriting. Rully Nere dari Papua, Nyak Umar dari Aceh, tetapi fisik mereka serupa. Ricky Yakob dan Iskandar Djalil juga sama-sama ganteng.

Kendati keduanya pernah membela PSSI, prestasi keduanya terpaut jauh. Ricky Yakob kini menjadi pemain legendaris di Indonesia dan menjadi pemain Indonesia pertama yang dikontrak di Jepang. Saat itu ia menjadi pemain termahal Indonesia saat dikontrak Matshushita FC yang kini berganti menjadi Gamba Osaka. Ricky Yakob yang lahir di Medan pada 12 Maret 1963, dijuluki sebagai Paul Brietner Indonesia karena skil-nya di depan gawang dan memperkuat PSSI sejak 1885 – 1991. Sedangkan Iskandar Djalil memperkuat Harimau Tapanuli FC dan sempat menjadi pemain cadangan PSSI di SEA Games Chiang Mai, Thailand.
***


HAMPIR 25 tahun kemudian, tanpa sengaja saya berjumpa kembali dengan Ricky Yakob, kini lebih dikenal Yakobi sejak ia bermain di Jepang. Ketika duduk minum kopi di sebuah warung kopi di Banda Aceh, anggota DPRK Lhokseumawe yang juga seorang pengusaha, Mukhlis Azhar alias Pak Ulis, memanggil saya dan memperkenalkan dengan Ricky Yakob. Pak Ulis mengundang Ricky Yakob untuk memberikan coaching clinic kepada anak-anak usia dini yang kini menjadi konsen Ricky Yakob.

Dia kini mendirikan sekolah sepakbola atau SSB Ricky Yakobi yang berlokasi di Lapangan F, Komplek Olahraga Senayan, Jakarta. Biayanya tergolong murah dibandingkan SSB lain di Jakarta, yakni hanya Rp550 ribu untuk pendaftaran dan Rp150 ribu untuk biaya bulanan. Selain itu, SSB Ricky Yakobi memberikan beasiswa kepada anak-anak kurang mampu.

Ketika menyinggung tentang penampilannya di Bireuen, Ricky Yakob ternyata masih mengingatnya dengan baik. Dia mengatakan, era 1980-an merupakan masa-masa tim nasional Indonesia sangat disegani di Asia. “Kita harus bekerja keras untuk memajukan sepakbola Indonesia. Salah satunya dengan membenahi pemain usia dini,” tandasnya.[]

Sumber:

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Ricky_Yacob
  2. https://juara.bolasport.com/read/ragam/sosok/140603-legenda-ricky-yacobi-paul-breitner-dari-medan
  3. https://www.merdeka.com/peristiwa/ricky-yacob-pesepakbola-indonesia-pertama-di-negeri-sakura.html
  4. http://www.tribunnews.com/superskor/2017/01/20/tugas-berat-ricky-yacobi-di-pssi-tangani-pemain-usia-dini-untuk-bekal-ke-timnas
  5. http://redaksiindonesia.com/read/ketika-pak-timbul-bertemu-lagi-dengan-keluarga-ricky-yacob-sisi-humanis-sang-legenda-olahraga



Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Sort:  

Semoga masa depan sepak bola menjadi cerah, tim usia dini selalu berprestasi di ajang Danone Cup di Prancis. Kita berharap ada solusi dari pembina altlet bola ini ya bang.

Saya heran juga, ketika masih usia belia, Indonesia bisa bermain hebat. Pemain asal Lhokseumawe ketika mewakili Indonesia di Danone, bisa menahan Meksiko dan mengalahkan Amerika Serikat. Tapi sekarang, ketika sudah besar, pemain itu biasa-biasa saja.

Rupanya bg @ayijufridar pernah menjadi bagian dari sepakbola juga alias pernah menjadi Anak Gawang . hehe

Iya, itu pengalaman yang tidak mungkin terlupakan. Memungut bola, berdiri di pinggir lapangan. Penghasilan waktu itu hanya Rp1000 per pertandingan, sangat kecil. Tapi tetap senang dan bangga karena bisa menyaksikan pertandingan sepakbola dengan gratis.

Pengalaman yang luar biasa dimasa kecil abg, Tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti abg, setelah menonton gratis dapat uang juga. hehe

Di foto kedua beliau nampak bermata sipit Bang @ayi..
Sekilas kaya Jepun. hehe

Meskipun saya kurang Update tentang bola pertandingan sepak bola, tetapi semoga yang terbaik untuk dunia olah raga di tanah air...

Salam Sukses selalu, Bang Ayi!

Ricky Yakob memang sangat Jepun wajahnya. Sayangnya, selama berkarier di Jepang dia hanya sempat tampil empat kali karena cedera dan tidak cocok dengan cuaca dingin Jepang.

Ya ampun abang... Waktu itu yg selalu jadi penyiarnya adalah Sambas dan saya masih gregetan kalau nonton sepakbola Indonesia...

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.13
JST 0.032
BTC 60648.94
ETH 2906.35
USDT 1.00
SBD 3.60