Asrama Jejaka Nomor 69 Ternoda dalam Cinta – Bagian 1

in #steempress6 years ago


Malam-malam yang lewat selalu sunyi di jalan itu. Pohon-pohon yang rindang di siang hari seperti tak terlihat ditutup gelap malam, padahal lampu-lampu hias di setiap sudut menyala dengan terang. Suara jengkrik bersahutan di antara jalan setapak menuju rumah gedung di jalan buntu. Rumah itu tampak megah. Mewah. Penuh cahaya. Di pagari tembok besar. Berkilauan oleh tubuh-tubuh berkeringat siang dan malam. Sixpack yang menggoda. Tinggi yang menjulang. Kulit mulus terawat. Pria perkasa yang akan digilai wanita apabila mereka nyasar di perempatan jalan tempat itu.

Sayangnya, mereka hanya keluar pagar rumah beton itu kala libur musim panas. Puluhan mobil akan berderet, silih berganti di depan pintu pagar besi. Bergantian pula mereka meninggalkan rumah gedung itu sesuai nomor antrian yang telah ditetapkan penjaga rumah gedung dengan Asrama Nomor Sekian namanya.

Gedung itu kembali sepi seperti jalanan di depannya di malam hari apabila mereka yang di sana telah pergi berlibur. Tokoh mengawaki Asrama Nomor Sekian seorang diri saja. Ia terbiasa dengan sunyi. Ia tak pernah berinteraksi dengan siapapun di luar pagar rumah besar itu. Biarpun di dua ruas jalan menuju rumah itu kebun teh bersemi hijau dan harum mewangi, tak pernah membuatnya menyentuh bahkan mengecup wanginya. Tatapan matanya selalu lurus, garang, tajam, kaku dan tak pernah tersenyum pada siapapun. Termasuk pada mereka yang telah kembali dari liburan musim panas.


Ilustrasi

Rumah gedung itu kembali dihiasi oleh denting piring, gelas pecah, sendok berdentang, bola voli dipukul, bola kaki ditendang, napas terengah-engah tiap waktu, tak hanya di malam hari saja namun di siang hari juga demikian. Tokoh menjaga mereka yang kembali dengan perasaan tak terdefinisi. Ia senang melihat butir keringat mengucur dari tubuh atletis di depannya. Ia meraung-raung mengintip tubuh-tubuh kekar mandi bersama di kamar besar atau bahkan berenang di kolam renang. Ia sangat galau apabila mendapati mereka yang gempal secara terang-terangan telanjang di depannya. Bulu kuduknya tak pernah meredup karena napsu di dalam dirinya sulit ia keluarkan begitu saja. Ia masih punya hormat pada tuannya. Ia pun masih punya harga diri berlebih kepada mereka yang seringkali meminta bantuan kepadanya, kadang bernyanyi atau berdendang sebuah lagu kenangan atau nyanyian hip-hop anak muda masa kini.

Tokoh sering meratapi nasibnya yang tidak seberuntung anak-anak orang kaya itu. Walaupun mereka ogah-ogahan berada di Asrama Nomor Sekian namun mereka tetap saja berkelakuan baik, dalam tanda kutip. Sebenarnya, mereka adalah pembangkang nomor satu dan sulit diatur sehingga dibuang orang tua ke gedung entah di mana alamat jelas untuk pengiriman surat ini. Di antara mereka ada yang diam-diam merokok di loteng. Mabuk-mabukan di salah satu kamar. Bahkan, nonton film porno di siang hari. Pemandangan yang sulit ia lupakan begitu saja.

Di antara mereka semua, sosok Kurniawan menarik perhatiannya. Dada yang berbulu membuatnya ingin segera berlari ke sana. Tak hanya itu, bulu saja tak cukup jika tidak bidang. Kurniawan memiliki pesona yang ia harapkan dari semua pria yang ada di sekitarnya. Kurniawan tampaknya sering menyendiri. Berbeda dengan mereka yang lain, Kurniawan sama sekali tidak pernah akrab denganya. Berulangkali ia mengajak ngobrol, Kurniawan cuek bahkan membatu. Padahal, dalam malam-malam sunyi ia selalu berdoa agar Kurniawan menjadi jodohnya. Lirikan mata Kurniawan pun tak pernah bersahabat kepadanya. Lirikan mata itu begitu jijik melihat kedatangannya. Jika mereka yang lain tak malu-malu telanjang di depannya, Kurniawan menutup seluruh tubuh untuk dapat ia nikmati. Padahal, apa malunya Kurniawan memberikan kesempatan kepadanya sekali saja. Mereka berdua sama-sama pria dewasa. Ia sendiri sering sekali melihat di tengah malam mereka yang lain tidur berpelukan di dalam satu tempat tidur. Kurniawan sama sekali tak paham dengan dirinya yang terus mengejar.

Ke mana Kurniawan berada, di sanalah ia ada. Tokoh mematung di pinggir lapangan voli menunggu Kurniawan usai smash. Jangan harap Kurniawan menerima botol minum darinya. Dengan senyum sinis, Kurniawan akan keluar lapangan dan menuju ke paviliun menghadap ke kebun teh. Ia mengejar langkah Kurniawan ke sana, namun pria itu berpaling sejauh mungkin sebelum meninggalkan paviliun.

Apa salahnya jika mencintai Kurniawan? Sejak pertama Kurniawan datang ke Asrama Nomor Sekian, ia telah mendapat firasat tak baik. Ia langsung merasa bahwa Kurniawan adalah jodohnya di dunia ini. Penantian yang cukup panjang karena ia hanya menanti seseorang yang ingin ia cintai sepenuh hati.

Lima tahun sudah ia menjaga Asrama Nomor Sekian dengan sukacita. Tiap tahun pula akan datang mereka yang baru, manja, putih, bersih, belum atletis namun sedap dipandang. Namun baru Kurniawan yang membuat detak jantungnya tak keruan. Ia memandang jauh tiap kali Kurniawan jauh dari jangkauannya. Teman-teman Kurniawan sering menganggu dengan senggolan tangan, atau secara terang-terangan mengatakan bahwa ia sedang memperhatikan dia. Seperti biasa, dengan wajah masam Kurniawan sinis kepadanya yang sabar menanti kepastian.


Posted from my blog with SteemPress : http://ceritapria.xyz/2018/08/asrama-jejaka-nomor-69-ternoda-dalam-cinta-bagian-1

Sort:  

You've been hacked. Change your password immediately if you still can or start the recovery process https://steemit.com/recover_account_step_1 with the email you signed up with.

This Account @bairuindra is Under Quarantine!
It is in The Hand of Hackers / Phishers.
Do Not Up Vote !

Warning! Do not interact with @bairuindra Account.
Do Not Click , on any of the comment.
It will lead to The Phishing Site.

* Lost of Control to the Phisher

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64420.25
ETH 3150.23
USDT 1.00
SBD 3.99