Partai Oposisi, Kawan Atau Lawan ?

Saya akan membuka postingan ini dengan pengertian atau definisi dulu ya, apakah partai ? Partai itu bisa organisasi, perkumpulan, atau sekelompok orang yang se azas, sehaluan, setujuan, terutama dalam bidang politik.

---

![image]()

---

[Source](serikatnews.com/persiapan-menuju-babak-akhir-koalisi-incumbent-vs-koalisi-oposisi/)

Nah, sebenarnya ini, kalau saya itu gini, menurut saya, kalau menurut pengertian saya, partai oposisi itukan partai yang berseberangan dengan partai yang menang. Sebenarnya kan tujuan si partai oposisi itu adalah sebagai monitoring, ketika si pemimpin atau si pemegang kekuasaan itu melakukan pelencengan-pelencengan, atau kebijaksanaan, yang memang tidak sesuai dengan masyarakat.

Tapi kalau saya boleh jujur, menurut saya yang namanya dunia partai-partai, itu sama saja seperti orang berdagang.

Karena analoginya sama, mereka pasti mencari yang untung buat mereka. Jadi ketika mereka memutuskan, mereka berkoalisi, ataupun beroposisi itu pertimbangannya cuma satu, "Mana yang lebih untung buat gue".

Apakah gue lebih untung beroposisi gue lebih untung berkoalisi. Kalau se tau saya sih, menurut pengetahuan saya, kalau di Indonesia sendiri, partai koalisi itu kayak terlihat seperti oposisi, tapi kok kadang-kadang mereka berkoalisi gitu. Nah itu yang kadang-kadang saya jadi bingung, kalau bukan oposisi murni, berarti tidak konsekuen, karena kalau murni, harus di sertai dengan konsekuen.

Nah, malah menurut saya, pedagang-pedagang di hari pekan itu jauh lebih murni. Ketika kita tidak suka, kita menganggap dia adalah rival. kita jelas sudah tau, pokoknya mana kelemahan dia langsung kita serang. Tapi kalau disini kita jadi bingung, ini katanya oposisi, tapi kok bawa-bawanya berkoalisi. Lalu di pihak yang mana, sementara di beberapa pemerintahan daerah berkoalisi, padahal diatasannya beroposisi.

Nah, kenapa saya tau banyak soal ini, karena jujur saya jual kursi ke DPR, karena saya dapat honor yang banyak dengan jual kursi ke DPR. Justru itu sebuah tanah, atau lahan yang sangat basah, karena semua orang itu benar-benar berebutan kursi, semua mau dapat kursi disitu.

---

---

Source

Saya tidak berpihak kepada yang oposisi, atau koalisi, mana yang menguntungkan buat saya, itu yang saya beri. Kalau misalnya bapak mau kursi yang paling mahal, itu 100 juta rupiah. Itu terbuat dari perpaduan kulit domba dan kulit sutra.

Kemudian kalau bapak mau, saya punya kursi dari taman, ini kursi taman 100 ribu rupiah, dari besi-besi, tapi nyaman sekali. Nah kalau bapak mau yang paling murah, saya ini ada kursi metromini, bapak taukan metromini ? Ugal-ugalan di jalan. Nah itu kalau misalkan habis ugal-ugalan, nggak sengaja nabrak, terus di hancurin sama massa. Nah kursinya kita ambilin, terus saya jual lagi. Itu satu kursi cuma 15 ribu ribu rupiah

Baiklah ! Saya akan serius, balik lagi ke oposisi, kalau oposisi tadi adalah atau yang menentang, menentang kebijaksanaan. Kalau koalisi adalah kerjasama dengan tujuan untuk mendapat dukungan. Ibaratnya gini ya, dalam sistem perpolitikan kita ini, ada yang semacam black campaign, atau (Kampanye hitam), mereka melontarkan sesuatu tidak tau darimana asalnya, tujuannya juga nggak jelas, yang penting bikin kisruh.

Karena kalau seperti itu artinya apa ? Kalau anda melemparkan sesuatu yang tidak benar, berupa fitnah, pasti suatu saat ketauan juga kok, ya kan ? Masyarakat kita ini sudah pintar. Akhirnya pada partai ini bersaing, itu kita merasa, sehingga merasa dalam tujuan untuk Indonesia. Sebenarnya begini, ketika pemerintah yang nanti berkoalisi di negara ini dengan kekuatannya seberapa besar, terus kemudian ada partai yang menjadi oposisi, dengan kekuatan yang seberapa besar, mereka akan bertarung kan ? Pertanyaan saya, "Siapa yang menang, kan belum tentu yang kekuatannya paling besar yang menang, karena yang kecil belum tentu juga kalah.

Di dunia pemilu ada 3 sistem ya ? Ada sistem yang satu partai, itu kayak Korea Utara, itu satu partai, artinya hanya ada satu partai yang berkuasa. Ini kita di Indonesia susah untuk di kontrol. Kemudian ada yang dua partai, dwi partai, Amerika menganut itu, satu Republik, satu Demokrat. Itu siapapun yang menang, lawannya otomatis jadi oposisi, bisa berbalik-balik itu.

---

---

Source

Yang ketiga adalah multi partai, kayak sekarang. Itu artinya banyak partai, lebih dari dua. Nah keuntungannya apa ? Ini punya kebebasan berpendapat, punya peluang untuk mendirikan partai, peluangnya besar, karena partainya tidak di batasi, ya kan ?

Saya mau mendirikan partai nanti, partai peduli nasib para laki-laki yang masih bujang, anda mau ikut ? Jadi tiga-tiganya ini punya kelemahan, dan kelebihan. Itu kelebihannya adalah, lebih gampang melakukan membuka sumber daya alam, untuk tujuan tertentu. Cuma sayang kekurangannya nggak ada yang ngontrol, bahayanya korupsi.

Kalau dwi partai, atau dua partai, itu kelebihannya adalah mereka jelas posisinya, jadi dalam perhitungan waktu Pilpres, cuma masalahnya kalau sudah jadi pemenang, harus menjalani sistem pemerintahan. Jadi peluang banyak kendala, karena kemungkinan besar partai yang memerintah pun, belum tentu secara porsi dia lebih besar, daripada partai-partai yang kalah, yang menjadi oposisi, jadi bisa menghambat.

Jadi intinya adalah siapapun yang menang, kalau tidak kita dukung oleh pihak siapapun, terutama rakyat, dan partai-partai yang kalah, juga nggak akan bisa mewujudkan apa yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia ini, yaitu kesejahteraan rakyat Indonesia.

Demikianlah postingan saya hari ini, moga-moga ada manfa'at yang di dapat. Sampai jumpa lagi di postingan berikutnya, Insya Allah, Salam Steemian Indonesia

~Keep Writing~

Salam Sahabat Inspiratif

 

---

Posted from my blog with SteemPress : http://midiagam.epizy.com/2018/11/05/partai-oposi-kawan-atau-lawan/

---