Raskin Dan Potret Kemiskinan Di Desaku: Catatan Steemian Jurnalis Jalanan

in #story6 years ago (edited)

IMG_20180507_151252.jpg

Kawan Steemians...

Semenjak bergabung di Steemit, aku mendadak menjadi seorang fotografer atau jurnalis jalanan. Setiap ada peristiwa menarik yang terjadi di depan mataku, buru-buru aku merogoh Hp smartphone di dalam kantong, mengabadikannya dengan jepretan kamera dan merekam kronologis peristiwa tersebut dalam memori otakku.

IMG_20180507_151457.jpg

Tadi siang, selagi duduk santai di panteuh teras rumah orang tuaku, datanglah bergerombol ibu-ibu dan beberapa pria ke rumah. Aku mengenali mereka yang tak lain adalah warga Desa Gampong Njong, kampungku. Po Jah, salah satu di antaranya menyapaku, "Oo na jamee awak Lhok (baca: Lhokseumawe) lagou, pajan tawoe keunoe?" (Oo, ada tamu orang Lhok rupanya, kapan pulang kemari?)

"Baroe, lon woe acara khanduri sikureung wak di Barouh. Piyouh hai, peu acara njan rame that kaneuba baluem-baluem? (Kemarin, saya pulang acara kenduri sembilan hari wawak meninggal di Utara/Meunasah Raya. Mampir hai, ada acara apa rame kali pakai bawa goni-goni?) kataku tersenyum.

"Meujakcouk breuh raskin, bunoe ban lheuh diumum bak meunasah." (Mau ambil beras raskin, tadi baru diumumkan di menasah) sahut Po Jah sumringah, nampak giginya yang memerah bekas mengunyah sirih.

IMG_20180507_150616.jpg

Kemudian dari dalam rumah keluar Bapakku membawa timbangan. Rupanya Bapakku ditunjuk oleh Geuchik Radak sebagai juru bagi raskin kepada masyarakat di kampung. Masing-masing mendapat raskin 3,2 kg per kepala keluarga. Satu persatu, mulai dari Po Jah, Mawa Tehdi, Cupo Ibah, dan diikuti yang lain memberikan goninya kepada Bapakku untuk diisi beras yang diperuntukkan oleh pemerintah buat orang miskin itu.

IMG_20180507_151738.jpg

"Bang Lah, lon bek neubri breuh sare, neubri peng mantong ku neuk bloe eungkot." (Bang Lah, saya nggak usah diberi beras, kasih uang aja saya mau beli ikan) Kata Cupo Lamah kepada Bapakku. Rupa-rupanya tidak semuanya ambil raskin, tapi ada juga yang minta uang sebagai ganti dapat raskin. Sekilo 5000 rupiah, jika dikalikan 3,2 kg berarti totalnya 16.000 rupiah. Bahkan Cupo Lamah mengambil jatah raskin 7 kilo punya bulan yang lalu dari rumahnya untuk ditukarkan dengan uang, setelah menanyakan kepada Bapakku apa boleh ditukar dengan uang.

IMG_20180507_150441.jpg

Dari amatanku, ada beberapa orang yang lebih memilih ambil uang 16.000 rupiah sebagai ganti jatah 3,2 kg raskin. Aku coba bertanya kepada Ibrahim, salah seorang yang lebih memilih ambil uang daripada raskin. "Kiban Him? Hai pakoen katem couk peng daripada breuh? Kan breuh leubeh meuhai meunjoe tabloe bak keude?" (Gimana Him? Hai kenapa kamu milih ambil uang daripada beras? Kan beras lebih mahal kalau beli di kedai?)

"Keupeu teuh breuh, i rumouh pih mantong na, njoe peng peudeh that, hana meungoun tabloe rukok pih." (Untuk apa beras, di rumah pun masih ada, ini uang pedih kali, nggak ada untuk beli rokok pun.) Kata si Him dengan polosnya. Aku kemudian membidik si Him dengan kamera Hp. "Kapangeh, keupeu kapoto lon?" (Menggerutu, buat apa kamu foto saya?) Protes si Him.

"Kuneuk tipek gamba kah bak koran, bah ituri si Him ganteng le gob." (Mau kutempel gambarmu di koran, biar terkenal si Him ganteng oleh orang banyak) Kataku bercanda. Si Him coba kabur menghindar, tapi kalah cepat dengan bidikan kamera Hpku yang secepat kilat mengabadikannya.

IMG_20180507_152809.jpg

Demikian ceritaku hari ini kawan, begitu pedihnya perekonomian orang-orang di desa sekarang. Di luar sana kita dengan enteng menghabiskan segelas kopi espresso seharga 12.000 atau 15.000, atau makan pizza seporsi yang harganya seratusan ribu, tapi di sini uang 16.000 rupiah lebih berarti sampai mau ditukar dengan 3,2 kg beras hanya untuk keperluan sehari-hari beli ikan atau sebungkus rokok panamas, seperti cerita si Him.


Foto: Semua dokumentasi pribadi.

Gampong Njong, 7 Mei 2018

@akukamaruzzaman

Sort:  

Kisah yang bagus dan menyentuh hati, itulah kehidupan yang harus kita jalani ditengah kebijakan-kebijakan pemerintah yang memang tidak berpihak kepada rakyat kecil, nasib itu sudah pasti namun kita tidak terlahir sebagai masyarakat yang miskin karena postensi SDM kita melimpah, namun siapa yang memiskinkan masayarakat indonesia pada umumnya ialah sistem yang brobrok dalam pemerintahan dan ketidak mampuan pemerintah dalam mengelola manajemen nya. Kita sebagai masyarakat awam bisa membaca dan melihat kejadian yang real terjadi dilapangan dan itu sangatlah sedih bukan berbicara tentang beras raskin namun lebih kepada mutu beras raskin yang terkadang memang tidak layak untuk dikonsumsi. Semoga sukses selalu menyertai mu kawan, salam hangat

Terimakasih @mellissa93, ya begitulah. Negara kita masih salah urus, semoga di masa mendatang lahir seorang pemimpin yang benar-benar bisa mensejahterakan rakyat Indonesia. Soal beras raskin memang benar, kadang-kadang kualitasnya ada yang bagus dan kadang-kadang jelek tidak layak konsumsi, tapi yang ini kualitasnya bagus dan tidak bau apek. Jadi sebenarnya kembali ke soal perekonomian yang memang lagi sulit.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63799.64
ETH 3130.40
USDT 1.00
SBD 3.97