TTS, Masa Puber Yang Menggelora, dan Sebuah Ungkapan Kerinduan

in #story5 years ago

Dulu ketika masih kecil, aku gemar mengisi TTS (teka-teki silang). Kebetulan kakekku saat itu berlangganan koran Waspada, setiap hari minggu Harian Waspada selalu menyediakan kolom teka-teki silang selain rubrik khusus untuk anak-anak.

image
Ilustrasi (foto dari facebook Abu bakar)

Minggu paginya, aku selalu menunggu abang loper mengantar korannya, aku sengaja menunggu agar menjadi 'tangan pertama' yang mengisi kolom TTSnya. Karena kalau saja telat sedikit, anak-anak buah kakekku yang akan mengisinya.

Aku sering tidak bisa mengisi semuanya, karena selalu saja ada beberapa kata yang agak payah, aku mengguntingnya dan membawa pulang ke rumah. Di rumah aku bisa bertanya sama kedua kakakku, mereka lumayan pintar karena sering menjadi juara di kelaanya. Tapi kalau mereka tidak bisa, buku RPUL jadi tempat guruku bertanya.

Kegemaranku mengisi TTS berlanjut sampai SMA. Saat itu aku sudah jarang mengisi TTS di koran Waspada. Aku membeli beberapa buku TTS di kios-kios, atau di toko buku dan kitab. Aku sengaja memilih sampul yang ada foto ceweknya, tentu saja foto cewek yang menurutku cakep-cakep seperti Nike Ardilla, Dian Nitami, Paramita Rusady, Ida Royani.

image
Ilustrasi stiker yang biasa terselip dalam buku TTS (foto dari facebook Rony Widyanto)

Sering juga aku pilih sampul bintang film panas era 80-90an seperti Sally Marcellina, Eva Arnaz, Mariam Bellina, Yurike Prastika, dan beberapa yang lain. Pose-pose 'panas' mereka sudah pasti bikin adrenalin anak-anak puber se-usiaku menggelora, terbakar karenanya..Ah jadi malu dibahas.

Kebanyakan buku TTS itu menyelipkan stiker bergambar bule porno. Aku lekas-lekas mencopotnya atau menggunting sampul yang ada gambar artis "bohay" itu dan menyimpannya di tempat yang kira-kira aman dari jangkauan kedua kakakku atau bapak. Karena kalau ketahuan mereka aku menyimpan gambar "harom" itu, tentu saja bisa celaka!

Lambat laun aku merasa mengisi TTS adalah pekerjaan sia-sia, hanya dilakukan oleh orang-orang malas atau tidak ada kerjaan. Itu karena aku sering melihat orang-orang yang biasanya asyik mengisi TTS adalah mereka yang berprofesi sebagai harlan (agen), kernet labi-labi, agen buntut (togel) atau orang yang tidak bekerja sama sekali alias pengangguran. Pikiranku, kalau aku asyik mengisi TTS, masa depanku akan berakhir seperti mereka. Ah, picik sekali penilaianku saat itu!

image
Dokumentasi pribadi

Setelah sekian lama, lama sekali aku berhenti mengisi TTS. Baru-baru ini aku membaca sebuah buku biografinya Ben ROG. Anderson, gurubesar antropolog berkebangsaan Irlandia, yang mengajar di Universitas Cornell, New York, Amerika Serikat.

Ben Anderson banyak melakukan riset di kawasan Asia Tenggara, termasuk paling banyak di Indonesia. Tak heran jika dia dijuluki sebagai seorang Indonesianist yang sangat cinta akan budaya Indonesia. Sampai wafatnya pun di Indonesia--beberapa tahun yang lalu ketika hendak mengisi sebuah acara bedah buku di Malang, Jawa Timur.

Dari beberapa kisah yang ia tulis dalam biografinya, ternyata masa muda Ben Anderson punya hobi yang unik. Ia gemar mengisi buku TTS. Menurutnya, mengisi TTS adalah pekerjaan yang asyik dan menantang. Hobinya mengisi TTS tetap dilalukan sampai ia kuliah sarjana muda di Universitas Cambridge, Inggris.

image
Dokumentasi pribadi

Aku tidak tau, apakah Ben juga pilih-pilih sampul buku TTS seperti yang kulakukan dulu, soalnya ia tidak menceritakan sedetil itu dalam bukunya. Yang pasti, hobi Ben Anderson yang gemar mengisi TTS telah membalikkan anggapan idiotku, bahwa orang-orang yang asyik mengisi TTS adalah orang-orang yang tidak kerjaan dan tidak punya masa depan. Padahal mengisi TTS butuh wawasan pengetahuan yang banyak, hanya orang-orang yang ber-otak 'encer' lah yang sukses "melumat" setiap pertanyaan yang diajukan dalam buku TTS.

Om Ben adalah buktinya, sampai akhir hayatnya ia adalah seorang yang hebat dan dikenang oleh banyak orang, khususnya di Indonesia. Gara-gara membaca biografinya Om Ben, kerinduanku akan hobi mengisi buku TTS di kala senggang pun kembali membuncah. Ah, Om Ben, terimakasih telah menyadarkanku dari kepicikan berpikir dan idiot ini.

Warkop "John" BCR, Lhokseumawe, 9 November 2018
@akukamaruzzaman

Sort:  

Dulu, saya juga menyuka TTS... tulisan keren dan mampu membawa saya mengenang sedikit masa silam. Thanks sudah berbagi

@abuarkan syabaih beuluwaih bang 😁

Jiaaahhh.. baru sadar 😂 kalau aku milih buku tts bukan karena sampulnya tapi lihat isi dalamnya susah apa mudah.. ada yg kacau atau aman.. soalnya ada yg yg kotak dgn pertanyaannya tidak nyambung atau tertukar halaman dan itu berarti rugi bandar 😂😂😂 hasil dari kerajinan isi tts adalah haus baca karena ingin tahu lebih detail utk setiap kata baru yang ditemukan dalam buku tts.

Itulah sebabnya TTS lebih dikenal sebagai Asah Otak karena itu bagus buat otak orang yg mengisinya.. cespleng terus. Skrg bukunya mgkn sdh agak exclusive.. tapi isinya masih banyak yg sama meskipun ada juga yg kekinisn.

@cicisaja betul, jangan coba-coba isi TTS kalo otak tumpul 😁


Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.
@c-squared runs a community witness. Please consider using one of your witness votes on us here

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63898.89
ETH 3129.16
USDT 1.00
SBD 3.90