Fragmentaria Perang dan Kegagalan Pendaratan Belanda di Aceh

in #story5 years ago (edited)

Sepanjang tahun 1947 Belanda berulang kali mencoba melakukan percobaan pendaratan pasukan di Aceh, tapi selalu gagal, meski serangan laut dan udara dilakukan dengan kapal-kapal dan pesawat pengebom. Pada Februari 1948 Belanda menyerah dan melakukan gencatan senjata.

Di bawah ini fragmen-fragmen serangan Belanda ke Aceh yang disadur dari buku Modal Perjuangan Kemerdekaan buku ini ditulis Teuku Alibasyah Talsya, salah seorang pejuang kemerdekaan di Aceh.

Pada 11 November 1947, angkatan laut Belanda melakukan percobaan pendaratan pasukan di kawasan Geureutee, antara Lhoknga, Aceh Besar dan Lamno, Aceh Jaya. Mereka ditembaki dari darat dengan senapan mesin oleh pejuang Aceh. Angkatan laut Belanda kemudian menghindar ke laut, menghindari jangkauan tembak.

Beberapa kapal perang Belanda tetap hilir mudik diantara perairan Lhoknga dan Lamno. Kemudian menurunkan pasukan dari kapal dengan sekoci untuk menuju daratan Aceh, tapi sampai malam hari rakyat Aceh dari berbagai laskar perjuangan masih bertahan di pantai, sekoci-sekoci berisi pasukan Belanda itu ditembaki dari darat, hingga mereka balik lagi kembali ke kapal.

divisi rencong penyerahan vendel.jpg
Upacara penyerahan vendel Divisi Rencong sumber

Esoknya, 12 November 1947, kapal perang Belanda juga kelihatan di perairan Sigli, Pidie. Kapal perang tersebut berlabuh tak jauh dari pantai. Setelah ditembaki dari darat, kapal itu melarikan diri ke laut lepas.

Sehari kemudian, 13 November 1947, kapal perang Belanda “Cherekhedes” muncul di perairan Lhokseumawe dan Aceh Utara. Para pejuang Aceh dari Batalyon V Lhokseumawe menembaki kapal tersebut dengan meriam. Setelah empat kali tembakan meriam dari darat, kapal perang Belanda tersebut membalas dengan tembakan meriam. Perang pantai terjadi selama lebih satu jam.

Peluru dan meriam yang ditembaki kapal Belanda jatuh di kawasan Hagu, mengenai gubuk-gubuk di sepanjang pantai. Percobaan pendaratan tentara Belanda ke Aceh selama tiga hari tersebut, mulai dari Geureutee, Sigli, hingga ke Lhokseumawe gagal total.

tentara NICA.jpg
Pasukan NICA sumber

Pada 25 November 1947 pagi sekitar pukul 08.00, Belanda melakukan pendaratan pasukan di Pulo Breueh, antara daratan Aceh dengan Pulau Weh, Sabang. Empat jam kemudian muncul sebuah kapal lagi dengan ribuan tentara di dalamnya.

Untuk mengelabui penduduk di Pulau Breuh, kedua kapal Belanda mengibari bendera Belanda secara vertikal, sehingga menyerupai bendera Perancis. Pasukan dari dua kapal itu bersatu di Pulau Breuh. Di pulau itu mereka melakukan penjarahan bahan-bahan makanan dari kebun-kebun rakyat, karena pasokan segala barang ke Sabang telah diblokade oleh Residen Aceh, sehingga pasukan Belanda di Sabang kekurangan makanan.

Setelah dua hari berada di Pulau Breueh, pasukan Belanda pada 27 November 1947 meninggalkan pulau tersebut, setelah mengetahui pasukan Angkatan Laut Daerah Aceh (ALDA) sedang menuju ke sana untuk menghalau mereka. Sejak hari itu, Resdien Aceh menempatkan pasukan pengawal di Pulau Breuh untuk mencegah kembalinya pasukan Belanda ke sana.

Dua hari kemudian, 29 November 1947, pertempuran antara angkatan laut Belanda dengan pejuang Aceh terjadi di pesisir Kuala Aceh, sebelah utara Kota Banda Aceh. Kapal perang Belanda dari jarak dua mil laut menembaki roket dan meriam ke daratan Aceh. Tidak ada korban jiwa dalam perang selama satu jam lebih itu, tapi kebun warga banyak yang rusak akibat hantaman roket dan meriam Belanda.

Seminggu kemudian, pada 5 Desember 1947, sebuah kapal perang Belanda menembaki roket dari laut ke daratan Kota Sigli. Belanda kembali menyasar sebuah bengkel yang diduga gudang senjata. Serangan itu tidak direspon oleh pejuang Aceh di Sigli karena kapal Belanda masih di luar jangkauan tembak. Kapal Belanda itu tak berani mendekat ke daratan, lalu meninggalkan perairan Sigli menuju ke laut lepas.

agresi militer belanda 2.jpg
Agresi militer Belanda sumber

Tak berhasil dari laut, pada 8 Desember 1947, Belanda melakukan serangan udara, satu pesawat bomber dan satu pesawat pemburu milik Belanda menyerang kawasan Lhoknga. Kawasan Lhoknga dibom dan ditembaki dengan senapan mesin. Beberapa rumah penduduk rusak. Pejuang Aceh menembaki dari bukit Lhoknga menembaki kedua pesawat tersebut dengan meriam PSU. Kedua pesawat itu pun kemudian melarikan diri.

Empat hari kemudian, 12 Desember 1947, kapal perang Belanda JTI memasuki perairan Lhokseumawe pada pukul 12.50, mereka menggeledah dan merazia semua kapal barang dan tongkang milik pengusaha Aceh yang akan dikirim ke Penang dan Singapura. Mengetahui hal itu, pasukan Aceh dari Barisan Pengawal Pantai menembaki kapal Belanda tersebut. Perang terjadi beberapa saat, kapal Belanda itu kemudian melarikan diri ke laut lepas.

Lalu, pada 23 Desember 1947 sekitar pukul 02.00 dini hari, kapal-kapal Belanda antara perairan Sabang dan daratan Aceh menembaki meriam dan roket ke kawasan Krueng Raya. Penduduk di sekitar pantai dibangunkan dengan suara beduk dari masjid-masjid, mereka berkumpul membuat pertahanan di sepanjang pantai. Pasukan bersenjata dari Kota Banda Aceh dan sekitarnya diangkut dengan puluhan truk menuju Krueng Raya. Perang terjadi hingga subuh. Paginya kapal-kapal tersebut tidak lagi nampak di laut.

Seminggu kemudian, pada 30 Desember 1947, tiga pesawat tempur Belanda kembali melakukan provokasi di kawasan Lhoknga. Pejuang Aceh membasan serangan Belanda tersebut dengan tembakan meriam, setelah satu jam pertempuran, ketiga pesawat Belanda itu melarikan diri ke kawasan Pulau Weh, Sabang.

Setelah gagal dalam berberapa kali penyerangan dan upaya pendaratan pasukannya ke Aceh, akhirnya Belanda pada 6 Februari 1948 melakukan perundingan damai dengan Residen Aceh di Tanjung Pura, Sumatera Timur. Gencatan senjata juga dilakukan pada 14 Februari 1948 di Lau Balang, front terdepan antara Tanah Alas dan Tanah Karo.

Sort:  

Groonn sekali dokumentasi sejarahnya brader @isnorman. You orang memang something lah...hehehe

Shengkiyu brader @rezasofyan you juga lebih something lah Bob.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 62937.86
ETH 3092.40
USDT 1.00
SBD 3.87