Kisah Konsul Belanda di Jeddah Memperdebatkan Doa Orang Aceh

in #story5 years ago

Setelah 17 tahun berperang, Belanda belum juga mampu menaklukkan Aceh. Imbasnya, pergarakan rakyat Aceh di luar negeri juga dipantau, termasuk jamaah haji Aceh di Arab Saudi, doa-doa mereka pun diperdebatkan.

Kisah menarik ini bisa dibaca dalam buku Ambtelijke Adviezen van C Snouck Hurgronje yang ditulis oleh E Gobee dan C Adriaanse. Buku ini berisi nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada Pemerintah Belanda terkait penaklukan Aceh.

Snouck Hurgronje misionaris Belanda yang sedang mempelajari Islam di Arab, menyelidiki apa saja yang dilakukan jamaah haji asal Aceh di Mekkah. Ia tertarik ketika mengetahui ada sekumpulan orang Aceh yang mengumpulkan uang untuk membayar sepuluh orang ulama membacakan doa-doa dan hadis Nabi Muhammad SAW melalui kitab dua perawi hadis, Bukhari dan Muslim.

peziarah-Aceh-di-jedah-Snouk-Hurgronye.jpg
Penziarah asal Aceh di Jeddah tempo dulu Sumber

Kumpulan orang Aceh ini dicurigai oleh Konsul Belanda di Jeddah, H Spakler karena mereka membacakan hadis-hadis tentang kewajiban jihad fisabilillah dan keutamaannya, yang oleh Belanda disebut sebagai pematik nafsu perang orang Aceh. Belanda merasa itu sebagai sebuah spirit yang ditularkan dari Arab ke Aceh.

Apa lagi para jamaah haji Aceh itu kemudian mendapatkan kertas-kertas berisi tulisan-tulisan dan doa-doa untuk keselamatan dan kemenangan dalam medan perang. Inilah yang kemudian menjadi asal mula sebab Belanda mendata setiap orang yang naik haji dan pulang dari Arab.

Namun Snouck Hurgronje tak tahu pasti apa yang dilakukan orang Aceh di Mekkah itu, sehinga ia meminta kepada Pemerintan Belanda melalui Menteri Daerah Jajahan untuk mengizinkannya melakukan penelitian lebih lanjut.

Perdebatan tentang doa orang Aceh di Mekkah itu ditulis oleh Snouck Hurgronje dalam rubrik “Ilmu-Ilmu Agama” tanggal 24 Oktober 1890 dan tanggal 28 April 1891. Pada pembukaan suratnya Snouck Horgronje menulis.

Dengan menyampaikan kembali kiriman Pemerintah No.930 dan No.931 rahasia tertanggal 22 Oktober 1890, maka saya dengan segala hormat, berdasarkan kiriman Pemerintah yang pertama, mengemukakan catatan yang mungkin dapat digunakan untuk memenuhi permintaan Konsul di Jeddah untuk mendapat keterangan lebih lanjut.

COLLECTIE_TROPENMUSEUM_S.S._'Jan_Pieterszoon_Coen'_gemeerd_aan_de_handelssteiger_te_Sabang_op_het_eiland_We_Noord-Sumatra_TMnr_10007920-sabang 1935.jpg
Pelabuhan Sabang, embarkasi haji nusantara tempo dulu Sumber

Menurut Gobee, dokumen rahasia yang dimaksud dalam pembukaan surat Snouck Hurgronje tersebut, merupakan sebuah nota dari Konsul Belanda di Jeddah tanggal 12 September 1890 yang ditujukan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Buitenzorg. Nota tersebut berkaitan dengan doa-doa yang diucapkan di Mekkah oleh para ulama yang memohon bantuan Allah SWT kepada orang Aceh dalam perang melawan Belanda.

Gobee melanjutkan, saat itu orang-orang Aceh yang bermukim di Mekkah, ketika menerima berita tentang perang Aceh melawan Belanda, mereka membuat berbagai usaha untuk membantu Aceh lepas dari mara bahaya perang.

Dengan perantara seorang tokoh Aceh yang sudah lama bermukim di Mekkah, yakni Tuanku Muhammad Saleh, telah terkumpulang dana dari orang-orang Aceh di Mekkah sekitar 300 dolar. Dana itu kemudian diberikan kepada para ulama terkemuka untuk menyampaikan ceramah, petuah-petuah dan doa-doa untuk kemenangan Aceh dalam setiap peperangan.

Sekumpulan orang Aceh yang mengikuti cermah-ceramah tersebut diberikan kertas-kertas berisi doa dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dari kumpulan hadis dua perawi terkenal, Bukhari dan Muslim. Ceramah dan pembacaan kitab-kitan agama berlangsung sebulan dua kali di rumah Syekh Abdul Gani Aceh.

Ada sepuluh ulama terkemuka yang diundang oleh orang Aceh untuk berceramah dan pengajian berbagai kitab, salah satunya Hasan Bin Jahar Allail. Namun dalam tahun-tahun selanjutnya, jumlah orang Aceh yang naik sangat berkurang, hal ini kemudian menjadi tanda tanya besar bagi Konsul Belanda di Jeddah, H Spakler.

Snouck-Hurgronje.jpg
Snouck Hurgronje dalam lain rupa Sumber

Pendapat Konsul Belanda di Jeddah, H Spakler dan kekhawatirannya terhadap kumpulan orang Aceh dan doa-doanya itu kemudian dibantah dan diperdebatkan oleh Snouck Hurgronje. Menurut Snouck Hurgronje orang Aceh di Mekkah berkumpul untuk belajar pada ulama-ulama yang mereka undang untuk membaca kitab-kitab tertentu, tidak ada hubungannya dengan situasi perang di Aceh.

“Kenyataan yang disebut oleh Konsul saya tanggung tidak ada hubungan sedikit pun dengan peristiwa-peristiwa di Aceh pada masa lampau atau masa mendatang,” tulis Snouck Hurgronje dalam suratnya.

Meski demikian keberadaan orang Aceh di Mekkah tetap menjadi perhatian Pemerintah Belanda. Ketika Konsul Belanda di Jeddah digantikan dari H Spakler kepada JB van der Houven van Oordt, penelitian lebih lanjut dilakukan atas saran Snouck Hurgronje.

Untuk kepentingan penelitian tersebut Belanda memperkerjakan seorang ilmuan Indonesia bernama Raden Abu Bakar Djajadiningrat. Ia diangkat sebagai penerjemah di Konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi.

Berdasarkan hasil penerlitian tersebut Konsul Belanda di Jeddah, JB van der Houven van Oordt menyatakan pendapat H Spakler konsul sebelumnya di Jeddah sudah benar, nasehat Snuock Hurgronje yang salah tentang keberadaan orang Aceh dan doa-doanya di Arab Saudi. Artinya ia mengakui memang ada gerakan politik dan keagamaan orang Aceh di Mekkah untuk membantu perjuangan Aceh berperang melawan Belanda.

JB van der Houven van Oordt kemudian pada 6 Januari 1891 mengirimkan hasil penelitain tersebut kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Buitenzorg. Dan keberadaan orang-orang Aceh yang bermukim di Mekkah terus mendapat pengawasan dari Konsul Belanda.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63475.77
ETH 3117.23
USDT 1.00
SBD 3.94