Banda Aceh, Aceh Timur & Lhokseumawe Menyamper Meudrat

---

Begitulah ketika Sang Khalik menetapkan sebuah pertemuan, semua ini tanpa di rencanakan dengan matang dan jauh hari, malam kemarin lewat discord @bonesumpal menyampaikan kepada saya, "Juna, malam besok (tadi malam) saya pulang ke Aceh Utara", Oh ya, Bones berangkat dari Banda Aceh mudik ke Aceh Utara, dan saya membalas pesan discordnya, "turun di Bireuen, kita ngopi dengan rekan-rekan Meudrat", sudah 12 Tahun kami tidak bertemu, hanya sekedar saling shering lewat discord, wa, dan juga via medsos lainnya. Dan dia sekarang telah resmi tercatat sebagai Seven Fingers Creator, Travel.

Saya bergerak dari kediaman pukul 23.30 WIB, karena siang tadipun saya menerima pesan via WA dari @arie.steem "Saya ke Bireuen nanti malam (tadi malam), ajak kawan-kawan Meudrat (nama sebuah komunitas steemit), untuk ngopi". Meskipun tujuan utama Arie bukanlah khusus untuk menjumpai komunitas kecil yang kami bina, namun setidaknya ada niat menjalin hubungan silaturahmi dari sosok pendiri Seven Fingers (anda bisa membuaka @sevenfingers untuk mengetahui apa itu Seven Finger). Arie dan kami hanya menjalin komunikasi via alam maya, namun ketika berjumpa seolah kami telah sangat akrab, karena kami lebih dulu berkenalan di alam maya. Arie berangkat dari Lhokseumawe selepas salat tarawih.

Sembari menunggu Bones & Arie datang, saya duduk di Grand Coffee, seperti biasa @tfq86 telah standby dengan secangkir kopi di mejanya, "pesan apa Pak?" Terdengar suara pelayan bersama pena dan kertas di tangannya, "jangan dulu, lagi nunggu kawan, nanti saya pesan" kata saya.

WhatsApp saya berdenting "bhombhim" (bunyi dentingan), jangan dikomplain tentang nada dentingan WA saya, "saya ingin mencicipi kopi malam ini juga, saya tidak mau dengar alasan apapun, 20 menit lagi saya sampai di Kota Bireuen", memang begitu nada WA-nya, sedikit mengancam. Namun, begitulah kami, bagi mereka yang baca seolah ancaman dan perintah dari atasan paling tinggi, karena mertuanya di seputaran Kota, dan dia di perbatasan Kabupaten Bireuen dengan Aceh Utara dan bertugas sebagai Abdi Negara di Kabupaten Aceh Timur, setiap pulang ke Bireuen asal ada kesempatan, satu malam harus tersita untuk beliau. Poetra Joeang namanya. "Pas sekali, saya sedang di seputaran kota, saya tunggu di Grand Coffee, ya".

---

Satu persatu serangan datang, pertama dari arah Barat, mendaratlah Bones di Depan Suzuya Mall Bireuen, setelah menjemputnya barulah kopi sanger exspreso terpesan, lalu tidak lama juga Poetra (arah Timur) juga menghampiri meja kopi kami, lalu Arie (Lhokseumawe) bersama jaket motornya yang ganas. Dan juga @hermanlc yang sedari tadi kami nantikan, dan saya harus meminta maaf kepada Pak Poetra yang topiknya sedikit tidak terkonek dengan baik, karena Poetra tidak memiliki akun steemit, ketika kami berbicara tentang perihal steemit, jadi ya begitulah, "maaf cek gu akan akan topik yang tak nyambung malam ini".
Topik demi topik terbahas santai di atas meja kopi yang sederhana.

---

Pelayan mulai menyapu lantai, pintu demi pintu mulai diseret tertutup, kami melihat jam, ternyata saat ini menunjukkan pukul 03.00 WIB, lalu kami ke Sekretariat Bawaslu Kecamatan Kuala, pada saat ini diketuai oleh seorang penggagas dan pendiri Meudrat. Setelah sampai di sana, seolah topik tentang steemit selalu asik untuk di kupas. Saya & Poetra pamit kepada Bones & Arie, karena sahur telah menunggu kami di rumah. Setelah menemani tfq86 membeli bekal nasi untuk santapan sahur, lalu saya kembali ke rumah, karena sayang istri mesti sahur sendiri. Tinggallah di sana Arie, Bones, Herman & Taufiq.

"Selamat sahur di Kota Bireuen, Bones & Arie"
Terima kasih kepada kawan-kawan Meudrat, you are my family.

Mari menyambung persaudaraan dengan bersilaturahmi

07 Juni 2018, @jubagarang

---

THANKS FOR VISITING

---